بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
“Fihi ma Fihi”
Cara
Yang Mengenal Dirinya – Yang Mengenal Tuhannya
LIMA
BELAS
SEMUA
DARI LAUT; KEMBALILAH KE LAUT
Di
dalam diri manusia terdapat cinta, luka, gatal, hasrat, bahkan jika dia
memiliki ratusan ribu dunia, dia akan tidak beristirahat atau menemukan
ketenangan.
Orang
bekerja dengan bermacam profesi, kerajinan, pekerjaan, dan mereka belajar
astrologi dan kesehatan, dan sebagainya, tetapi mereka tidak merasa tenang
karena yang mereka cari tidak dapat didtemukan.
Kekasih disebut “dil-aram” (yang memberi
ketenangan hati), karena hati menemukan ketenangan melalui kekasih. Bagaimana
mungkin menemukan kedamaian melalui yang lain? Semakin cepat seseorang bangun
dari sadar, jalan yang panjang semakin pendek dan semakin sedikit kehidupan
orang yang akan tersia-siakan pada “anak tangga” ini.
ooOOoo
“Orang
Mongol menguasai harta benda, tetapi kadang-kadang mereka memberi kita harta
benda. Itu tentu aneh. Apa artinya ini?” seseorang bertanya.
“Apa
pun yang dirampas kaum Mongol, “kata guru”, semuanya itu berasal dari genggaman
dan gudang Tuhan. Hal itu bagaikan engkau mengisi kendi atau tong dari laut
kemudian membawanya. Selama air masih berada di kendi atau tongmu, air itu
milikmu. Tidak seorang pun memiliki hukum di sana.
Apabila
seseorang mengambil sedikit saja dari itu tanpa ijinmu, pengambilan itu
melanggar hukum. Meski demikian, ketika air itu dituangkan kembali ke
laut, dia meninggalkan kepemilikanmu dan terbebas dari apa pun. Maka, harta
benda kita tidak sah secara hukum bagi orang Mongol, tetapi harta benda mereka
sah untuk kita.
ooOOoo
“Tidak
ada kependetaan dalam Islam. Kebersamaan adalah rahmat. Nabi Muhammad selalu
berusaha keras mengupayakan kebersamaan, karena di dalamnya ada ikatan bersama
ruh besar dan pengaruh luas yang tidak dapat dihasilkan individualitas dan
pengasingan.
Masjid
dibangun agar setiap orang dari segala penjuru dapat berkumpul untuk
mendapatkan “rahmat” dan manfaat yang lebih besar.
Rumah memisahkan satu dari lainnya untuk
“pembubaran” dan menyembunyikan kesalahan; itulah maksud mereka.
Masjid
jamaah dibuat untuk masyarakat suatu kota agar berjamaah di dalamnya;
mengunjungi Ka’bah dibuat sebagai kewajiban agar orang dari berbagai kota dan
negara di dunia dapat berkumpul bersama.
“Ketika
kaum Mongol pertama kali datang ke negeri ini, mereka bertelanjang kaki dan
tidak berpakaian; ,mereka mengendarai banteng, dan senjata mereka terbuat dari
kayu.” Seseorang berkata. “Sekarang kekuatan mereka meningkat, mereka diberi
makan dengan baik, dan mereka memiliki kuda Arab dan senjata terbaik.”
“Ketika
tengah terinjak-injak, lemah, dan tidak berdaya, Tuhan tahu kebutuhan mereka,
diterima di dalam pandangan-Nya dan menemaninya. Sekarang mereka telah
berkembang di dalam ketinggian dan kekuatan, Tuhan akan menghancurkan mereka
dengan makhluk paling lemah agar mereka sadar bahwa mereka mampu menguasai
dunia karena kebaikan dan kekuatan Tuhan, bukan oleh angkatan perang dan
kekuatan mereka sendiri. Pada awalnya mereka berada di dalam kebuasan,
jauh dari orang, tersia-siakan, terhina, bertelanjang dan miskin. Beberpa dari
mereka pernah datang sebagai pedagang menuju kerajaan Khawazmshah menghalangi
mereka dan memerintahkan pedagang mereka dibunuh. Dia pun membebani pajak pada
mereka dan menghalangi saudagarnya dari tanahnya.
Kaum
Tartarian itu pergi dengan merendahkan hati di depan raja mereka dan berkata,
‘Kami telah dianiaya.’ Raja itu mencari kelonggaran sepuluh hari dari mereka
dan pergi ke gua dalam. Di tempat itu dia berpuasa selama sepuluh hari,
merendahkan hati dan dirinya. Sebuah jeritan datang dari Tuhan, berkata, “Aku
mendengar permintaanmu. Datanglah mendekat dan raihlah kemenangan gilang
gemilang ke mana pun engkau pergi.’ Begitulah, ketika mereka datang atas
perintah Tuhan, mereka berjaya dan menguasai dunia.
“Tetapi
kaum Tartar pun beriman pada Hari Kiamat,” Seseorang berkata, “karena mereka
berkata bahwa nanti akan terjadi Yarghu.”
“Mereka
berdusta,” kata guru. “Mereka ingin mengatakan bahwa mereka sama dengan kaum
Muslim melalui perkataan, ‘Oh, ya, kami juga tahu dan percaya.’ Itu seperti
unta yang ditanyai ke mana saja dia selama ini. ‘Aku datang dari pemandian,’
jawab unta itu. Ya,’ datang adalah sebuah jawaban,’ aku dapat mengatakannya
dari tumitmu!”
“Sekarang,
apabila mereka mengimani Hari Kiamat, di mana tanda keimanan itu? Dosa,
penindasan, perbuatan jahat mereka seperi es dan salju, padat membeku. Ketika
pertobatan dan pengampunan matahari munculkesadaran dari dunia itu dan takut
tpada Tuhan, ia mencairkan salju dosa begitu saja, mirip matahari mencairkan es
dan salju. Apabila es dan salju pernah berkata, ‘Aku pernah melihat matahari di
tenagh musim panas,’ atau, ‘Matahari di tengah musim panas spernah bersinar
kepadaku.’ Dan masih tetap berupa es dan salju, tidak ada orang berakal percaya
itu. Sangat mustahil bagi matahari di tengah musim panas muncul dan tidak
mencairkan es dan salju.
Meskipun
tuhan telah mengijinkan ganjaran untuk kebaikan dan kejahatan di Hari
Kebangkitan, amsih saja setiap contoh cepat dari hal ini dapat dilihat. Apabila
manusia bergembira di dalam hatinya, itu adalah ganjaran karena telah membuat
orang lain sedih.
Terdapat
‘hadiah’ dari dunia itu dan contoh dari Hari Kebangkitan agar orang dapat
memahami yang banyak dari yagn sedikit, sama halnya segenggam penuh gandum
ditunjukkan sebagai contoh dari penuhnya gudang.
“Nabi
Muhammad, dengan seluruh keagungan dan kebesarannya, pada suatu malam terluka
di tangannya. Lalu turunlah wahyu yang mengabarkan bahwa luka itu berhubungan
dengan luka pada tangan Abbas. Abbas yang telah dijadikannya sandera bersama
sekelompok tawanan yang tangannya diikat. Bahkan meskipun iktan pada tangan
Abbas adalah perintah Tuhan, masih saja ada ganjaran untuk perbuatan.
Maka
engkau harus menyadari bahwa pernyataan kecemasan, kesulitan, dan kesakitan
yang engkau derita berkenaan dengan kejahatan dan dosa yang telah enggkau
lakukan (meskipun barangkali tidak ingat rincian yang sebetulnya telah
dilakukan).
Engkau mesti tahu bahwa engkau jauh lebih
banyak melakukan kejahatan, meski pun bisa jadi engkau melakukan itu secara
tidak sadar atau keluar dari ketidaktahuan atau kelompok tak beragama yang
menjadikan dosamu tampak sedemikian ringan hingga dianggap tidak sebagai dosa.
Tetapi
lihatlah ganjaran dan lihat betapa menggembirakan hati engkau jadinya pada satu
sisi dan betapa penuh apmunan pada sisi lain. Penyesalanmu betul-betul tebusanmu
untuk dosa, dan kegembiraanmu menjadi balasan atas ketaatan,”
“Nabi
Muhammad telah disiksa karena telah memutar-mutarkan cincin di seputar
jemarinya dan pernah bersabda, ‘Kami tidak menciptakan engkau untuk
bermalas-malas dan bermain-main. Apakah engkau pikir Kami telah menciptakan
engkau secara bermain-main? (QS. 23 : 115).
Engkau
dapat menilai dari sini apakah hari-harimu dihabiskan di dalam ketaatan atau
ketidakpatuhan.”
“Musa
telah didpaksa untuk melibatkan dirinya dengan orang. Meski pun dia didperintah
Tuhan dan benar-benar asyik dengan Tuhan, satu sisi dirinya dibuat untuk
memperhatikan kesejahteraan orang, Khidir, pada sisi lain, betul-betul hanya
asyik dengan dirinya. Nabi Muhammad pertama-tama diizinkan untuk asyik
dengan dirinya, tetapi kemudian dia didperintah menyeru orang, memberikan
nasihat baik, dan memperbaiki keadaan mereka. Nabi Muhammad meratap dan
menangis, “Ya Tuhan, dosa apa yang telah aku perbuat? Kenapa Engkau mendorongku
dari hadapan-Mu? Aku tidak ingin terlibat dengan manusia.’ Keudian Tuhan
menjawab, ‘Muhammad, janganlah bersedih, karena Aku tidak akan membiarkan
engkau benar-benar terlibat dengan manusia. Di dalam keterlibatan
sungguh-sungguh itu engkau akan bersama-Ku. Kebersamaan-Ku dengan mu tidak akan
berkurang sedikit pun ketika engkau bersungguh-sungguh terlibat dengan manusia.
Pada setiap tindakan yang dilakukan engkau benar-benar bersatu dengan-Ku.””
ooOOoo
“Dapatlah
salah satu keputusan abadi yang telah dijanjikan Tuhan dapat berubah sama
sekali?” seseorangn bertanya.
Segala
sesuatu yang telah dititahkan Tuhan semuanya berasal dari keabadian, sakit
untuk sakit dan kebaikan untuk kebaikan, tidak akan pernah berubah karena
Tuhan-lah yang membuat titah. Siapa berkata, dia melakukan kejahatan untuk
memperoleh kebaikan? Apakah seseorang pernah menanam gandum dan berpanen gerst
(tanaman sejenis gandum, untuk membuat roti. Pen), atau menanam gerst dan
memeproleh gandum? Itu mustahil. Seluruh orang suci dan nabi pernah mengatakan
bahwa ganjaran untuk kebaikan adalah kebaikan dan balasan untuk kejahatan
adalah kejahatan. Dan siapa pun yang pernah melakukan kebaikan seberat seekor
semut, dia akan memperoleh hal serupa (QS. 99:7 -8). Oleh titah abadi engkau
mekanai apa yang telah Kami sampaikan dan jelaskan. Karena itu tidak akan pernah
berubah. Demi Tuhan! Apabila engkau menginginkan agar balasan untuk kebaikan
dan kejahatan meningkat dan dapat berubah, sesungguhnya, semakin baik engkau
melakukan, semakin meningkat pula balasan untuk kebaikan; dan semakin tidak
adil engkau berlaku, semakin besar pula balasan kejahatan yang akan menimpamu.
Hal seperti itu dapat berubah, tetapi muasal titak tidak akan berubah.
Seorang
penceloteh bertanya, “Bagaimana halnya dengan kita, kadang-kadang melihat orang
kotor berbahagia dan orang baik celaka?”
Orang
licik, apakah dia melakukan atau bermaksud baik, akan berbahagia, dan orang
baik yang akan jadi celaka, apakah dia melakukan atau bermaksud jahat akan jadi
demikian? Itu seperti iblis ketia dia menolak untuk bersujud kepada Adam dan
mengatakan, “Engkau telah menciptakan aku dari api, dan telah menciptakan dia
dari tanah liat (QS. 7 : 12). Setelah pernah menjadi ketua di antara
malaikat, dia abadi terkutuk dan diasingkan dari hadapan Tuhan. Kami pun
mengatakan bahwa balasan untuk kebaikan adalah kebaikan dan balasan untuk
kejahatan adalah kejahatan.
ooOOoo
Seseorang
pernah bertanya apakah dia akan dihukum apabila berjanji untuk berpuasa selama
satu hari dan kemudian membuka puasa itu.
Mazhab
Syafi’i dengan tegas mengatakan bahwa dia harus melakukan pertobatan, karena
janji dipandang sebagai sumpah, dan siapa pun yang membatalkan janji mesti
menebusnya. Meski demikian, berdasar pada Abu Hanifah, janji tidak sama dengan
sumpah, maka apertobatan tidak diperlukan. Sekarang terdapat dua jenis janji, yang
bergantung dan tidak. Janji tidak bergantung adalah seperti ucapan, “Aku
bersedia berpuasa untuk satu hari.” Dan janji bergantung adalah seperti ucapan,
“ Aku hershaum satu hari apabila hal-hal seperti ini terejadi.”
Seorang
lelaki kehilangan keledainya dan berpuasa selama tiga hari dengan tujuan
menemukan keledai itu. Setelah tiga hari dia menemukan keledainya telah mati.
Dengan kecewa, dia menghadapkan wajahnya ke langit dan berkata, “Selama tiga
hari aku telah bershaum, aku akan celaka apabila tidak makan enam hari selama
Ramadhan! Engkau hanya ingin memperoleh lebih banyak dariku!”
ooOOoo
Seseorang
bertanya tentang makna tahiyat, shalawat, dan tayibah.
Perbuatan
berbakti dan memuja tidak datang dari kita dan tidak mengenai diri kita.
Kenyataannya, tahiyat dan shalawat adalah milik Tuhan, bukan milik kita. Segala
hal milik Dia dan semestinya akan kembali kepada-Nya. Seperti halnya pada musim
semi orang gpergi ke ladang melakukan penanaman, pergi ke perjalanan, dan
mendirikan bangunan semua itu “diberikan” musim semi. Kalau tidak mereka akan
berdiam diri sebagaimana sebelumnya, mengurung diri di dalam rumah. Meski
demikian, dalam kenyataannya, menanam, melihat-lihat, dan menikmati halhal baik
ini berkenaan dengan musim semi, tetapi pemberi sejati kebaikan itu adalah
Tuhan.
Orang
sekedar melihat penyebab kedua dan mengetahui segala hal melalui penyebab kedua
itu. Meski begitu, bagi orang suci, terungkapkan bahwa penyebab kedua tidak
lain hanyalah “hijab” yang menjaga orang untuk melihat dan mengetahui penyebab
Utama. Itu seperti seseorang berbicara dari belakang layar dan orang berpikir
bahwa layar itu sendiri yang berbicara. Mereka tidak tahu layar itu tidak
berkenaan sama sekali dengan hal itu, ia hanya tirai.
Hanya ketika si pembicara
muncul dari belakang layar, tampaklah bahwa layar itu sekedar perantara. Orang
Suci Tuhan melihat hal ketika diciptakan dan muncul seterusnya dari luar
penyebab kedua mereka sama halnya unta muncul dari pegunungan. Sebagaimana
tongkat Musa menjadi Naga, sebagaimana dua belas mata air mucnul dari batu,
seperti halnya Nabi Muhammad membelah bulan tanpa peralatan, sekedar menunjuk,
seperi Adam muncul sebagai makhluk tanpa ayah atau Ibu, atau Isa tanpa ayah,
sebagaimana taman mawar tumbuh dari api untuk Ibrahim, dan seterusnya. Maka
ketika orang suci melihat hal seperti itu, mereka sadar bahwa penyebab kedua
adalah perantara, bahwa penyebab adalah hal lain. Penyebab kedua tiada lain
“wol di atas mata” untuk menyibukkan orang biasa.
Ketika
Tuhan berjanji untuk memberi Zakariya seorang bayi, dia menjerit, “Aku lelaki
tua, dan istriku perempuan tua. Organ-organ reproduksiku sudah lemah, dan
istriku telah melampaui masa memiliki anak. Ya Tuhan, bagaimana mungkins eorang
anak muncul dari perempuan seperti itu?” Dia menjawab, Tuhan, baaimana mungkin
aku akan memiliki anak, ketika usia tua telah menguasaiku, dan istriku telah
mandul ?” (QS. 3 : 40). Jawaban muncul, “Perhatikan Zakariya. Engkau telah
kehilangan keteguhan Iman. Aku telah menunjukkan kepadamu ribuan kali berbagai
hal di luar hukum sebab akibat. Itu telah engkau lupakan. Tidakkah engkau
menyadari bahwa penyebab itu hanyalah perantara? Aku mampu dengan segera
menghasilkan tepat di depan amtamu ratusan ribu anak tanpa perempuan dan tanpa
kehamilan. Ketika Aku menunjukkan, beribu-ribu manusia akan dihasilkan,
sempurna, dewasa, dan penuh pengetahuan. Tidakkah Aku memberimu kelahiran di
dunia ruh tanpa ayah tanpa Ibu? Engkau telah menikmati kebaikan di masa lalu
dari-Ku. Kenapa engkau lupa kelahiranmu ke dalam dunia keberadaan ini?”
Nabi,
orang suci, dan orang lain dan berbagai keadaan kebaikan dan keburukan mereka
disesuaikan dengan keckapan dan hakikat seperti budak yang dibawa ke Dunia
Islam dari tanah kaum kafir. Beberapa telah dibawa pada usia lima tahun,
sebagian sepuluh, dan sebagian lagi lima belas. Setelah mereka yang dibawa
sebagai anak kecil telah tinggal selama bertahun-tahun di antara kaum Muslim,
betul-betul lupa keadaan mereka sebelumnya dan tidak ingat apa pun. Selain itu,
mereka yang dibawa dalam usia lebih tua lagi mengingat sebagian besar keadaan
mereka sebeumnya.
Seperti
halnya, ruh berada di dalam kehadiran Tuhan di “dunia itu”. Seperti dikatakan
Al-Qu’an, Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab, Ya, kami bersaksi (QS. 7:172).
Makanan dan sumber tenaga mereka adalah perkataan Tuhan yang tanpa suara dan
tanpa bunyi. Beberapa yang pernah di bawa di masa pertumbuhan tidak ingat
keadaan asal mereka dan mempertimbangkan diri mereka sebagai orang asing
terhadap kata-kata itu ketika mendengarnya. Kelompok ini, telah benar-benar
terbenam ke dalam kekufuran dan kesalahan, mereka “terhijab”. Yang llain dapat
mengingat sedikit, kerinduan mereka pada “sisi lain” dapat ditimbulkan. Mereka
adalah “orang beriman”. Yang lain masih saja melihat di depan mata keadaan
sebelumnya dengan tepat sebagaimana berada di masa lalu ketika mendengar
perkataan itu. “Hijab” mereka benar-benar telah diangkat, dan mereka bergabung
di dalam persatuan. Mereka ini adalah orang-orang suci dan paa Nabi.
Kemudian
kami memberi nasihat kepada sahabat kami. Ketika “pasangan makna hakiki”
terejawantah di dalam dirimu dan misteri disingkapkan, perhatikanlah! Sekali
lagi aku katakan, berhati-hatilah agar engkau tidak mengatakan itu kepada
lainnya. Jangan engkau memberi uraian kepada mereka, dan jangan hubungkan perkataan
yang engkau dengar itu kepada orang semebarangan. “Jangan berikan hikmah kepada
ayang tidak layak kalau-kalau engkau salah; jangan sembunyikan itu dari orang
yang layak, kalau-kalau engkau berbuat salah kepada mereka.” Apabila engkau
memiliki istri atau kekasih yang disembunyikan di dalam rumahmu dan dia
mengatakan kepadamu, “Jangan perlihatkan aku kepada siapa pun, akrena aku
adalah milikmu sendiri.” Akankah jadi benar untuk memperlihat dia di
tengah-tengah pasar dan diaktakan kepada setiap orang, “Ayo datang dan lihat
yang satu ini?” Akankah kekasihmu menyukainya? Dia tentu akan sangat marah
kepadamu dan kabur kepada yang lainnya. Tuhan telah melarang perkataan ini bagi
mereka “yang lain.”
Itu
seperti penghuni neraka yang berteriak kepada penghuni surga, “Di manakah
kemurahhatian dan kebajikanmu? Apa yang akan terjadi apabila engkau memberikan
kepada kami sebagian kemurahan sebagai amal baik, sebagaimana sejumlah kebaikan
dan rahmat Tuhan telah dibekalkan kepada dirimu, juga seperti ungkapan, ‘dan
kepada cangkir mulia bumi, satu bagian, karena kami di bakar di dalam api ini.
Apa bahaya yang akan menimpamu apabila engkau memberikan kepada kami
buah-buahan atau amta air bersinar dari surga?” Dan penghuni api neraka akan
memanggil kepada penghuni surga, mengatakan, Tuangkanlah sejumlah air kepada
kami, atau dari kesegaran itu yang telah dibekalkan kepada kalian! Mereka akan
menjawab, sungguh Tuhan akan melarang semuanya bagi kaum tidak beriman (QS. 7 :
50). Penghuni surga menjawab, Tuhan telah melarang kami melakukan itu. Biji
kebaikan ini adalah di dunia ini. Karena engkau tidak menyebarkan dan
menyemaikan mereka di sana ( dan mereka adalah iman dan ketaatan), Apa yang
dapat diraih di sini? Bahkan apabila kita memberikan sebagian kepadamu tanpa
rasa kasihan, karena Tuhan telah melarang engkau atas buah-buahan itu, mereka
akan membakar tenggorokanmu dan tidak dapat ditelan. Apabila engkau melatkkan
mereka di dalam akrung, dia akan terpecah dan akan jatuh.
Sekelompok
kaum munafik dan orang asing datang keada Nabi Muhammad, memujinya dan mencari
penjelasan untuk mistri ini. Nabi Muhammad memberi aba-aba kepada para sahabat
untuk “memberhentikan botol mereka”. Maksudnya ialah untuk menutupi kendi dan
tong mereka, sebagaimana apabila didkatakan, “Orang-orang ini tidak bersih dan
merupakan binatang berbisa. Berhati hatilah, agar mereka tidak jatuh ke dalam
notol kalian dan menyebabkan engkau berbahaya dengan tanpa sadar meminum dari
botolmu.” Ini adalah perilaku yang dia katakan kepada mereka agar menahan hikmah
bagi orang asing dan menahan lidah mereka di hadapan orang asing, karena mereka
adalah tikus, tidak layak dari hikmah dan kebaikan ini.
ooOOoo
Guru
mengatakan, “Bahkan apabila pangeran yagn baru saja meninggalkan kami tidak
memahami perkataan dengan tepat, secara umum dia masih mengetahui kita berdoa
kepada Tuhan untuk dia. Kita menganggap anggukan kepalanya, cinta dan kasih
sayangnya dalam pemahaman kita. Petani yang datang ke kota barangkali tidak
mengetahui ajakan shalat ketika dia mendengarnya. Tetapi dia tahu apa yang
mereka tandakan.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.