بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
" SURAT-SURAT SANG SUFI "
Muhammad Ibn ‘Abad
SURAT KEDUA
Kepada
Muhammad ibn Adibah. Surat untuk menjelaskan sebab-sebab dosa dan kemaksiatan
yang menjadi ciri seseorang yang memiliki kehidupan spiritual tinggi
10.
Telah kuterima suratmu. Aku memahami betul keadaan
spiritual yang menurutmu tengah engkau alami. Saudaraku, aku ingin engkau
mengetahui bahwa, dengan keadaanmu saat ini, tak ada sesuatu pun perlu
dikhawatirkan atau patut dicela. Seseorang yang berusaha menyucikan kalbunya,
dalam keadaan seperti itu, jarang sekali bisa menemukan jalan yang mesti di
tempuh untuk mencapai tujuan, kecuali bahwa musuhnya menghadang perjalanannya.
Untuk mencapai itu, Musuh mengerahkan tentara-tentara setan seperti dirinya,
belum lagi iblis-iblis betina, dan memasang berbagai jebakan dan perangkap.
Dengan menggunakan siasat dan tipu muslihat, dia menebari berbagai pesona dunia
ini, angan-angan dan janji keselamatan, sehingga mereka yang waspada dan
hati-hati tak dapat melihatnya. Seandainya seorang pencari tersandung tidak
sadar oleh salah satunya dan tanpa bantuan pengetahuan spiritual, maka Musuh
merebut kesempatan ini guna menyebarkan pasukan-pasukannya untuk melawan dia.
Dia mengirimkan setan-setannya untuk memperdaya sang pencari dengan segala
macam kesombongan dan kepra-puraan yang bisa membutakan pandangan kalbunya.
Hal-hal ini menghalangi jalan sang pencari menuju Jalan Tuhannya, sehingga
membuatnya bingung dan tanpa petunjuk di sepanjang jalan itu, sebab dia tidak
bisa menemukan rambu-rambu. Bagaimana mungkin seseorang bisa menempuh jalan
lurus menuju kesucian kalbu dalam kondisi seperti itu, kecuali dengan bantuan
dan sebelumnya mendapat perhatian dari Tuhannya yang Mahakuasa dan Mahaagung.
Sebelumnya aku telah menulis surat kepadamu untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaanmu ketika engkau berada di sini. Dalam surat itu
aku mencantumkan beberapa soal yang bermanfaat bagi sang pencari dalam
perjalanannya, dengan menggunakan secara terinci tentang bagaimana ddia mesti
bertingkah laku dalam segenap keadaan spiritualnya. Itulah pandanganku yang
terbaik dalam soal itu. Tak seorang berakal sehat pun bakal meragukan kelogisan
dari apa yang aku katakan, atau was-was mengenai maksud-maksudnya sebagai obat
buat segala penyakitnya. Setelah aku mengirim surat itu, aku menerima surat
darimu. Karena nadamu dan juga karena engkau tidak membalas suratku, atau tidak
berkata bahwa engkau telah menerimanya, atau memberikan reaksi terhadapnya atau
tak menunjukkan apakah engkau masih berada dalam keadaan jiwamu sebelumnya atau
tidak. Aku pun lalu curiga bahwa suratku tidak sampai kepadamu. Betapapun juga,
aku memberikan jawabanku ini terhadap surat-suratmu yang terakhir dengan
harapan bahwa Allah Swt. bakal memberi keberhasilan. Aku menulis surat ini
mengingat pertanyaanmu, sebagaimana layaknya, dan dengan harapan jawabanku bisa
membantumu.
11.
Inti suratmu bisa diringkas dalam tiga pernyataan.
Pertama, bahwa engkau diliputi berbagai dosa dan kesalahan; keuda, bahwa engkau
tak mampu menghilangkan atau mencegahnya agar tidak terjadi; dan ketiga, bahwa
engkau kemudian mengalami rasa malu dan kekcauan mental. Keuda yang terakhir
ini sesungguhnya bisa menjadi yang pertama, sebab ketidakmampuan menghindari
dosa atau meninggalkannya adalah kesalahan, seperti halnya akibatnya yang
berupa kebingungan dan hilangnya sebagian keyakinan. Singkat kata, engkau
adalah orang penuh dengan berbagai kesalahan.
Adalah penting bahwa engkau menelaah, dengan
pandangan spiritual, kesalahan-kesalahan yang telah engkau katakan ini, baik
secara langsung atau secara tersirat. Dengan kata lain, engkau jangan sekedar
memandangnya secara dangkal, sebab nanti engkau bakal cenderung
melebih-lebihkannya, dan dengan begitu menafsirkan cara hidupmu sebagai
perilaku yang jahat dan bodoh. Engkau akan membayangkan kesalahan-kesalahan
yang sesungguhnya tidak ada, dan melihat penyakit di dalam apa yang
sesungguhnya adalah obat. Pengetahuan mendalam sang hamba tentang keadaan
spiritualnya dalam melihat mana kebaikan dan mana akejahatan, mana yang
relatifbaik dan mana yang realtif jahat, merupakan salah satu pengetahuan
paling penting dan amat langka. Sekarang ini, pengetahuan seperti itu sedikit
sekali dijumpai. Orang-orang yang oleh orang gbanyak dipandang memiliki
pengetahuan mendalam seperti ini dalam bentuknya yang paling canggih –
sesungguhnya berurusan dengan soal-soal hipotesis dan pengetahuan formal, yang
sama sekali tidak berkaitan dengan Kebenaran Mistik. Dalam keadaan seperti itu,
sang pencari hanya makin bertambah bingung dan terhina saja ketika dia melihat
suasana.
Semuanya itu adalah akibat dari sedikitnya
sufi-sufi sejati yang mampu membimbing seseorang mencintai jalan ini. Seseorang
hanya bisa menyesali dan berduka atas hilangnya orang-orang seperti ini.
Ketiadaan emreka di zaman kita ditegaskan oleh kata-kata salah seorang leluhur
kita :
Betapa memilukan tiadanya orang-orang yang menjadi
mercusuar dan benteng pertahanan.
Awan hujan, kota-kita, karang-karang menjulang
tinggi di lembah.
Betapa memilukan padamnya kedamaian dan
ketenangan.
Bagi kita, malam tak bakal berubah jadi siang.
Sampai nasib menapaki jalannya.
Kini kalbu kita hanyalah bara api, mata kita
hanyalah
Segenap linangan air mata.
Ada dua cara pendekatan dalam menelaah
kesalahan-kesalahan yang engkau jelaskan itu. Yang pertama adalah menganggap
kesalahan-kesalahan itu sebagai sifat-sifat yang telah dimaksudkan dan
diciptakan Alalh dalam dirimu. Yang kedua adalah memandangnya sebagai
dinisbahkan kepadamu oleh Hukum Wahyu. Perkataan seseorang : “Semeuanya tiu
dimaksudkan oleh-Nya, tapi tidak harus dinisbahkan kepada-Nya.” Menunjukkan dua
pendekatan ini.
Pendekatan pertama tidak menganggap pujian dan
celaan berasal dari manusia. Allah Swt. sajalah yang harus dipuji. Engkau harus
puas dengan ketentuan-Nya, dan tunduk kepada keputusan dan kehendak-Nya.
Singkirkan keresahanmu tentang hal itu sekarang ini, dan arahkan perhatianmu
pada apa yang harus engkau telaah.
12.
Menurut sudut pandang kedua, kesalahan memang
patut dicela. Engkau harus bertobat atas kesalahan dan merasa sedih serta
menyesalinya. Jika engkau berhasil, engkau bakal beroleh ganjaran berlimpah
berupa karunia abadi serta beroleh keridhaan Tuhanmu lantaran telah melakukan
apa yang Dia perintahkan. Ini tidak berarti bahwa engkau meski khawatir jika
sakit atau jika kelelahan menimpamu selama terjadi berbagai peristiwa. Akan
tetapi, jika engkau tidak cukup merasa menyesal, dan sifat kemanusisaanmu
mengalahkan dirimu, dan nafsumu menguasaimu, maka segeralah mencari
perlindungan kepada Tuhanmu. Akui kelemahan dan keffakiranmu, serta mintalah
karunia-Nya, denganr endah hati dan penuh penyesalan menghadap keharibaan-Nya
sebagai seseorang yang berada dalam kesulitan. Meski begitu, janganlah
menghadapi keadaan ini dengan cara seperti yang engkau katakan telah engkau
lakukan – seakan-akan engkau mati tenggelam dalam gelombang, atau menjadi
mangsa empuk binatang buas, atau menjadi seorang tawanan yang disiksa, atau
seseorang yang dihukum mati. Setelah engkau memasuki keadaan tobat ini,
bergembiralah, sebab engkau bakal menecapai ekdudukan begitu mulia, yang
nilainya hanya diketahui para wali. Seseorang yang mencapai keadaan ini
permintaanya berhak dikabulkan dan keinginannya didpenuhi. Janji harus dipenuhi
demi keadilan, dan Allah Swt. tidak mengingakari janji-Nya. Seorang alim yang
berpandangan seperti inisampai-sampai mengatakan bahwa seseorang yang meiliki
keadaan itu tidak usah meminta orang lain agar mendoakannya. Dia mengatakan,
“Terkabulnya permintaan terletak pada doanya sendiri, bukan doa orang lain.”
Sebuah kisah menceritakan bagaimana seorang wanita
mendatangi Al-Junayd dan berkata : “Berdoalah untukku, sebab anakku hilang.”
Dia menjawab : “Pergi dan ebrsabarlah.” Wanita itu pergi, tetapi kemudian
kembali dan berkata : “Aku sudah melakukan apa yang engkau perintahkan
kepadaku.” Junayd berkata : “Bersabarlah.” Dia menjawab : “Kesabranku sudah
habis, dan tak kuat lagi menanggung hal ini lebih lama lagi, karena itu
berdoalah untukku.” Al-Junayd berkata :”Jika engkau berkata benar, pergilah,
dan anakmu akan kembali.” Lalu wanita itu pun pergi. Tak lama kemudian, dia
datang kembali sambil bersyukur kepada Allah. Seseorang bertanya kepada Junayd
: “Bagaimana engkau mengetahui hal itu?” Dia menjawab : “Lewat firman Allah
Yang Mahatinggi, “Seorang yang membutuhkan, merasa yakin bahwa doanya
dikabulkan manakala dia berdoa kepada-Nya” (Qs. 27:62(. Tanda seorang yang
mengalami tekanan berat adalah dia tidak percaya pada jiwa rendahnya dan tak ebrgantung
kepada sumber daya dan kekuatannya sendiri,d an dia tiba-tiba sadar bahwa tak
ada sesuatu dalam pengalamannya – kecuali hanya Allah – yang mempu
menyingkapkan atau mencegahnya.
Salah seorang sufi berkata : “Yang engkau sembah
adalah pikiran pertama yang datang ke dalam benakmu ketika engkau menderita
kecemasan.” Yang lainnya sambil
mengomentari firman Allah Swt. “Seseorang yang membutuhkan merasa yakin bahwa
doanya dikabulkan manakala dia berdoa kepada-Nya” (Qs. 27 : 62), berkata :
“Orang yang membutuhkan adalah orang yang menghadap keharibaan-Nya dengan
tangan terangkat dalam doa tanpa memimpikan karunia khusus dari Allah
sedemikian seolah-olah dia punya klaim atasnya, seraya berkata : “Tuanku,
berilah aku apa-apa yang Engkau punyai.”
Itulah orang yang membutuhkan, meskipun dia – dalam keadaan ini –
mencapai keistimewaan berupa kedekatan kepada Allah dan berupa cinta. Karena
seseorang mampu beroleh manfaat dari kefakiran dan kemiskinan, maka kebingungan
yang dialaminya pun memudar.
13.
Jika doamu belum dikabulkan dan engkau tidak
besabar serta tidak khyusyuk dalam tobat, serta terus berada dalam keadaan yang
baru saja aku uraikan, yaitu membutuhkan karunia-karunia Allah serta tidak
menggantungkan diri pada sarana-sarana lain, maka satu dari dua hal bakal
terjadi. Entah engkau bakal hancur berkeping-keping bersama kecemasan dan
mengalami kegoncangan hebat, atau engkau akan bersabar dan pasrah. Dalam
kasusmu, tidaka da alasan mengapa engkau mesti hancur karena kegelisahan.
Engkau telah aman dan tiba pada Kebenaran Mistik iman, sehingga tidak ada
alasan bagimu merasa khawatir bakal sampai pada jalan seperti itu, jalan yang
harus engkau pilih di antara dua keadaan. Karena itu, yang mesti dilakukan
adalah tabah dan pasrah. Dan dalam keadaan ini, tiadanya jawaban pun merupakan
jawaban itu sendiri.
Ibn “Atha berkata : “Jika Allah membukakan pintu
pemahaman bagimu dalam bentuk kehilangan, maka kehilangan itu sendiri adalah
suatu karunia.” Dia juga mengatakan : “Manakala Tuhan memberi karunia, Dia
ingin engkau menyadari kebaikan-Nya; manakala Dia membuatmu kehilangan, Dia
ingin menunjukkan kepadamu kekuasaan-Nya yang luar biasa. Dan dalam semuanya
itu, Dia membuatmu paham dan menampakkan diri-Nya keapdamu dalam anugerah-Nya.”
Dalam keadaan ini engkau bakal mengalami kontemplasi atau perenungan dan
tingkat kemajuan di mana engkau akan menemukan peningkatan dan penyegaran.
Insysa Allah, keadaan ini akan menjadi sarana untuk mencapai tujuanmu dan menyembunyikan penyakitmu begitu
engkau merenungkan Tuhanmu Swt. yang Sifat-sifat keagungan, kemuliaan, serta
kedaulatan penuh dan ketakbergantungan mutlak-Nya, merupakan hak itimewa-Nya.
Pdaa saat bersamaan, engkau akan melihat akibat-akibat dari ketentuan dan
keputusan-Nya dalam dirimu, dan melihat dirimus ebagai teater Sifat-sifat dan
Nama-nama-Nya. Ketika engkau memasukkan ini ke dalam kalbumu sehingga menjadi
perhatian utamamu, maka engkau, Insya Allah, akan melangkah ke dalam
keadaan-keadaan lanjutan seperti mengikuti Sunnah Nabi dan dalam kedudukan
mulia seperti cinta, ridla, makrifat, dan takwa. Tak diragukan lagi,
Sifat-sifat sempurna dan anugerah-anugerah Ilahi ini menuntun orang yang
baginya mereka semuanya itu tampak jelas dan yakin bahwa Allah sajalah yang
diinginkan. Allah-lah yang mendekatkan, memberi anugerah dengan murah hati, dan
yang memberi rasa cinta.
Perenungan ini kemudian membimbing menuju keadaan
dan kedudukan lebih lanjut, seperti kedudukan sabar, syukur, harap, malu, dan
tobat. Smuanya ini terjadi seketika, sehingga engkau menjadi baru di mana
sebelumnya engkau sudah hancur, serta kembali ke Zat yang dulu engkau pernah
lari dari_nya. Abu Hurayrah berkata dalam kumpulan hadisnya :”Rasulullah saw.
bersabda : “Demi Zat yang diriku berada dalam genggaman-Nya, sekali pun kamu
tidak berbuat dosa, Allah akan mendatangimu dan menjadikanmu seorang yang akan
berbuat dosa dan memohon ampunan Allah, sehingga Dia mengampuni orang itu.”
Ibrahim ibn Adham berkata : “Suatu malam ketika sedang turun hujan dan guntur
bergemuruh, aku melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah. Lintasan Thawaf sedang
kosong. Lalu aku mendekati pintu Ka’bah
dan berdoa : “ya Allah, lindungilah aku dari tidak mematuhi-Mu.” Aku mendengar
sebuah suara dari dalam Ka’bah, “Oh, Ibrahim, engkau meminta perlindugnan
dari-Ku dan begitu pun semua hamba-Ku. Jika Aku melindungi mereka sepenuhnya,
lantas kepada siapa lagi Aku bersifat Pemurah dan Maha Pengampun?”.
Sebaliknya, jika engkau tetap buta dan tertipu,
dan tidak dengan ikhtiar mencari perlindungan serta tidak mengakui kefakiranmu,
maka engkau bakal terus menghinakan keadaan spiritualmu yang sesungguhnya,
disebabkan oleh dorongan yang kuat untuk mengetahui keadaan-keadaan spiritualmu
itu. Engkau akan membenci dirimu sendiri, dan bersedih atas kelalaianmu dan
sifat borosmu. Jika hal ini terjadi, engkau mesti mengerjakan amal-amal ibadah
dalam kalbu dan jasmani. Amalan-amalan ini akan menunjukkan Jalan menuju
Tuhanmu, dan penyakit yang engkau derita tidak bakal menghalamgni langkahmu di
Jalan itu. Seorang terkenal berkata : “Pergilah menuju Tuhan, sekalipun engkau
lemah dan mengalami kehancuran.”
14.
Tetapi masih ada lagi satu Jalan lebh langsung
menuju-Nya yang bisa engkau jangkau. Tetaplah engkau dalam kedudukan syukur
dengan cara mengetahui segala sesuatu yang menajdi Hak-Nya; dan mintalah lagi.
Dengan begitu engkau bisa membawa dalam kalbumu kebesaran dan keagungan Tuhanmu
serta sifat-sifat kesempurnaan dan transendensi-Nya. Pada saat bersamaan,
engkau akan menyadari tingkat kehinaanmu sendiri, rasa malu dan
ketidakberartianmu, serta kehinaan dan kelemahan jiwa rendahmu. Kemudian,
lihatlah rahmat yang Allah anugerahkan kepadamu dalam bentuk apa pun/ sertelah
engkau mengatamatinya dengan cermat, engkau bakal mulai menyadari anugerah-Nya
kepadamu, dan engkan akan mulai mensyukurinya. Pengetahuan mendalam tentang
rahmat-Nya itu sendiri merupakan rasa syukur, dan menjadi kunci bagi segala
sesuatu yang baik serta sumber berlimpah kelurusan, nasib baik dan ketulusan.
Allah Swt. telah berfirman : “Jika engkau bersyukur, pasi Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu.” (Qs. 14:7). Dan juga, “Ingatlah nikmat-nikmat Allah agar
kamu beroleh kejayaan.” (Qs. 7:69).
Bagi hamba yang hadir di haribaan Tuannya, tak ada
sesuatu pun yang lebih bermanfaat, kecuali hal ini; sebab ia adalah “Jalan
Lurus” (Qs. 1:5). Setan ebrusaha menyelewengkan dan menyesatkan sang musyafir
dari jalan itu. Dalam hubungan ini Allah Swt. berfirman : “Sungguh, aku bakal
benar-benar menghalang mereka dari Jalan Lurus-Mu” hingga kalimat “dan Engkau
tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur” (Qs. 7 : 16-17). Dan sebuah
sabda Nabi saw. berbunyi “Lihatlah orang-orang yang lebih rendah darimu, dan
jangan melihat orang-orang yang lebih tinggi darimu. Yang demikian ini akan
sangat membantumu untuk tidak meremehkan nikmat yang telah Allah berikan
keapdamu.” Tak syak lagi, engkau menyadari anugerah tak ternilai Tuhanmu
keapdamu, baik dalam praktik keagamaan maupun dalam berbagai urusan duniamu.
Nikmat yang tak seberapa ini tak
membuatmu enggan terhadap kondisi spiritualmu saat ini seperti telah engkau
uraikan. Itu adalah salah satu pengaruh keimanan, sesuai dengan sabda Nabi saw.
: “Seorang beriman adalah orang yang amal-amal salehnya membuat dirinya senang
dan yang amal-amal buruknya membuatnya susah.” Betapa banyak orang yang jauh
lebih mengalami kesulitan ketimbang dirimu, namun hati mereka tetap ridha, dan
mereka pun merasa senang serta gembira dalam kondisi mereka!.
Seperti kulihat, engkau masih ebrada dalam
tahap-tahap awal kekalutan ini. Tuhanmu telah bersikap kasih sayang dan murah
hati kepadamu, yaitu dengan membalikkan persoalan sehingga engaku memberikan
pujian atas hasil kerja-Nya dan, insya Allah, beroleh manfaat darinya tanpa
meminta bantuan dari kemampuan dan kekuatanmu. Engkau harus ridha dengan
kemurahan Tuhanmu kepadmu. Biarlah hal itu menyibukkanmu dan membebaskanmu dari
mawas diri berlebihan. Dengan begitu, engkau layak beroleh ridla Tuhanmu. Allah
Swt berfirman kepada salah seorang nabi-Nya : “Capailah nikmat kearifan
(hikmah) dan nikmat tersembunyi, sebab Aku mencintai hal itu.” Nabi itu bertanya
: “Ya Tuhan, apakah nikmat hikmah dan nikmat tersembunyi itu?” Allah berkata :
“Nikmat hikmah adalah begini : “Jika beban berat membebani pundakmu, ketahuilah
bahwa itu Aku yang membebankannya, karenannya, mintalah kepada-Ku untuk
mengangkatnya. Dan nikmat tersembunyi itu begini : ‘Jika engau mempunyai tak
lebih dari seikat buncis-terimakan ulat, ketahuilah bahwa itu cara-Ku untuk
tetap mengingatkanmu, maka bersyukurlah kepadas-Ku atas hal itu.”
15.
Karena itu, ambillah pendekatan positif terhadap
kondisi tersebut, yang dengan kondisi tersebut Tuhanmu telah dengan murah hati
memberimu pelajaran. Dengan bersyukur kepada Tunamu, sibukkan dirimu dengan
ridla atsnya dan dengan menginginkannya lagi. Pandanglah kecemasan,
kegelisahan, depresi, dan derita sedih apa pun yang telah engkau alami sebagai
rahmat berlimpah dan hikmah yang luas. Arahkan pikiranmu pada pahala yang
diberikan kepadamu berkat penilaian Allah Swt. atas dirimu. Sebuah kisah
menceritakan bagaimana seorang syaikh melihat anak muda memasuki Makkah setelah
musim haji berakhir. Anak muda itu putus asa dan sedih seperti kehilangan
segalanya. Lalu syaikh itu berkata
kepadanya : “Demikian sering aku beribadah haji. Karenanya, berikan penderitaan
dan kesengsaraan yang kau pikul padaku, dan aku akan memberikan semua ibadah
hajiku kepadamu.” Yang demikian itu harus membuatmu yakin bahwa Allah melalui
kondisi spiritualmu kini, telah melindungimu dari berbagai marabahaya
kesombongan. Yang jgua seperti itu adalah segala sesuatu yang engkau alami,
yang mungkin membuat jiwamu gelisah dan hatimu terluka.
Engkau curiga jangan-jangan engkau berada di
ambang hukuman, yang merupakan keselamatan dan keuntungan bagimu, menurut
pendapat kaum sufi terkemuka. Sebab, jika engkau tidak curiga seperti itu,
engkau akan seperti orang sakit yang butuh penyembuhan. Seseorang pernah
berkata kepada Hudzayfah, semoga Allah meridhainya : “Aku takut kalau-kalau aku
ini munafik.” Hudzaifah menjawab : “Jika
engkau munafik, maka engkau tidak perlu takut kepada kemunafikan.” Yang paling
penting dilakukan orang pencari adalah memperhatikan sikap ini, dan bersikap
hati-hati kalau-kalau dia memilikinya, yaitu agar dia harus menyucikan
amal-amalnya dan berhasil dalam usahanya. Hal itu akan menunjukkan niatnya dan
ketulusan keinginannya.
Betapa banyak orang yang berusaha beribadah kepada
Allah melalui amal-amal kepatuhan lahiriah sambil tetap memperhatikan
keburukan-keburukan seperti keangkuhan, kesombongan, kepongahan, dan – demi
usaha itu – terus menyusuri jalan perpisahan dan menjauh dari Allah. Betapa
banyak orang yang meninggalkan dan mengingkari dunia ini, sementara orang
paling hina dan memalukan pun menikmati kedudukan tinggi bersama Tuhannya,
ketimbang golongan orang pertama! Sebab, orang yang mengalami kejauhan dalam
kedekatan kepada Allah adalah orang yang diberi kedekatan melalui rasa
takutnya, dan dengan demikian naik ke tingkat yang tinggi. Sebaliknya, orang
yang melihat kedekatan dalam kejauhan, ditipu oleh rasa amannya, dan dengan
demikian pun direndahkan direndahkan kedudukannya. Seperti dikatakan Ibn
‘Atha,’ Mungkin saja Dia akan membukakan untukmu pintu kepatuhan dan tanpa
membukakan untukmu pintu penerimaan; atau barangkali Dia akan menetapkan dosa
bagimu, sehingga dosa itu menajdi sarana untuk datang kepada-Nya.” Itulah makna
ucapan : “Ada banyak dosa yang memberi sang pendosa jalan masuk surga.” Nah,
jika jika engkau menambahkan pada hal itu persepsimu tentang
kesalahan-kesalahan tersembunyi dan tentang apa yang telah disembunyikan jiwa
rendahmu darimu dalam bentuk nafsu yang bisa mengalahkanmu. Maka itulah karunia
paling besar. Ia selaras dengan jalan yang ditempuh orang-orang cerdik untuk
menggelincirkan musuh-musuh mereka lewat kata-kata mereka sendiri; keadaan ini
tak ada bandingannya.
Mungkin engkau akan mengatakan : “Tetapi yang
pasti hal itu hanya bisa memperkuat keadaan yang tak sesuai denganmu?”. Dalam
segala hal, terserah apda Tuhanmu untuk mengemukakan keberatan kepadamu, apakah
engkau mengetahui buktinya atau tidak. Dan beruntung benar bahwa hak istimewa
Tuhanmu jugalah yang membebaskan hamba-Nya dari tuduhan! Karena itu, jika
engkau bisa menghindar dan menahan diri dari sebagian hal itu, maka yang
demikian itu akan merupakan anugerah yang banyak, entah nasibmu berubah atau
tidak. Sekalipun ada perubahan, kondisimu yang tercipta oleh perubahan akan
selalu lebih ringan, lebih mudah ditanggung ketimbang kondisi yang
digantikannya. Karena itu, ambillah keuntungan dari perbedaan antara penilaian
Allah tentang dirimu dan penilaianmu sendiri. Mungkin yang demikian itu merupakan
langkah menahan diri dari menyalahkan dirimu sendiri. Setelah mempelajari
rahasia ini, engkau tidak akan tenang menghadapi berbagai kesengsaraan atau
sangat tercekam berbagai kecemasan; seperti telah aku anjurkan, hendaknya
engkau memandangnya lebih sebagai anugerah.
16.
“Tetapi”, orang boleh jadi berkeberatan,
“ketiadaan perhatian moral atas hal semisal ini akan mengakibatkan berkurangnya
kesedihan, yang pada gilirannya bakal menjurus pada pelanggaran atas prinsip
yang telah engkau letakkan, yaitu bahwa hal-hal yang mengganggu jiwa dan
membuat gelisah dan resah kalbu itu lebih baik. Dengan kata lain, hal itu akan
menjurus pada penolakan apa yang lebih baik, seperti telah engkau uraikan.
Selanjutnya, ia akan menjurus pada peremehan ketidakpatuhan dan perbuatan dosa
serta pada berkurangnya ketakutan dan penyesalan.
Jawaban ata keberatan pertama adalah bahwa
berkurangnya kesedihan dalam hal ini patut dipuji. Itu lebih baik ketimbang
kondisi yang telah engkau gambarkan, sebab pengurangan ini mempunyai hasil-hasil
yang bermanfaat dan kerugian muncul lantaran tak mampu mengurangi kesedihan.
Adapun manfaat positifnya, ia menyebabkan didapatnya karunia Allah, dan
anugerah-anugerah khusus, serta dilihatnya berlimpahnya kemurahan Allah. Dengan
demikian, seseorang pun terangkat ke kedudukan syukur dan ke segala sesuatu
yang mendorong ke hal-hal serupa. Tak ada sesuatu pun yangg menyamai hasil
sangat menguntungkan ini. Adapun bahaya karena tak mampu mengurangi kesedihan
adalah bahwa seseorang menanggung resiko kerugian dalam satu dari dua cara jika
dia terus-menerus berada dalam keadaan sedih yang makin memuncak, sehingga
kalbu dan jiwanya disibukkan dengannya. Cara pertama adalah, bahwa dia mungkin
tergiring menuju keputus-asaan, dan kemurungan – dua macam keburukan paling
berat. Yang kedua adalah bahwa
keengganan meliputi dan menyakitkan pikirannya. Adalah penting melindungi dan
mempertahankan akal dari serbuan keengganan, sebab akal memberikan dukungan
pada sang musafir. Akal yang lemah bukanlah sahabat yang baik.
Dengan adanya jawabanku atas keberatan pertama,
maka keberatan kedua – bahwa seseorang tergiring untuk memandang keingkaran dan
perbuatan dosa sebagai tak berarti – pun runtuh. Keadaan pikiran yang aku
anjurkan sesungguhnya jauh lebih mendorong ke sikap menahan diri dan tobat,
ketimbang rasa takut dan penyesalan itu sendiri. Aku menganjurkan suatu
kecenderungan di mana perenungan menuntun seseorang menuju kedudukan yang
membuatnya bisa lebih cepat menghindarkan diri dari nafsunya. Sikap itu
memiliki kesamaan dengan kebahagiaan di hadapan Allah swt. Keagungan adalah
kualitas yang dipupuk seorang hamba dengan cara menyadari jarak antara
kekuasaan, keagungan serta kedaulatan tertinggi Tuhannya, dengan kehinaan,
kerendahan, dan kekuranganmematuhi Tuhannya. Aku tidak ragu barang sedikit pun,
bahwa akibat mengagumi Allah Swt ini, seorang hamba bisa menilai sendiri secara
lebih akurat besarnya tingkat
pembangkangan ketimbang yang bisa dia capai lewat ketakutannya kepada Tuhan.
Alasannya adalah bahwa dalam keadaan takut,
seseorang memusatkan perhatian hanya apada dirinya sendiri, dan pada bagaimana
dia akan gagal mencapai tujuannya manakala dia jatuh dalam perbuatan dosa.
Dalam keadaan kagum, sebaliknya, sang hamba melihat keagungan dan transendensi
Tuhannya, dan kemudian berhati-hati kalau-kalau Tuhan melihat dia melakukan apa
yang dibenci-Nya. Ada sebuah ucapan : “Orang yang menghindari perbuatan dosa
lantaran berhati-hati agar tak terkena Hukuman-Nya, banyak jumlahnya; tetapi
orang yang berbuat demikian karena takut pada ketelitian cermat-Nya, sangat
sedikit jumlahnya.” Sikap yang aku anjurkan berpusat pada apa yang dicari. Apa
yang telah engkau uraikan merupakan gambaran sang pencari, dan menurut
pandangan kaum Sufi, ada perbedaan besar antara keduanya.
17.
Selain itu, yang sedang aku bicarakan ini
berkaitan dengan sifat-sifat penghambaan. Ia adalah bagian integral dari
kedudukan perenungan (musyahadah) tentang Tuhan, karena ia amengajari seseorang
bagaimana mesti memimpin diri sendiri dengan benar di ahdapan Allah Swt. dengan
memusatkan perhatian pada-Nya. Seseorang yang memiliki sifat-sifat seorang
hamba, merasa semua kebutuhannya dipenuhi, seperti ditunjukkan oleh firman
Allah Swt. “Bukanlah Allah cukup bagi hamba-Nya?” (Qs. 39:36). Seseorang yang
merasa bahwa Allah cukup baginya, pasti menjadikan Allah sebagai penyembuh dan
pemulihnya.
Akhirnya, kekhawatiran orang yang mengajukan
keberatan tentang berkurangnya rasa takut, tidaklah beralasan sama sekali.
Perasaan takut yang benar muncul karena pengetahuan mendalam sang hamba tentang
bujukan jiwa rnedahnya dan perbuatan dosanya. Seseorang yang meiliki
pengetahuan mendalam tentang jiwa rendahnya, melihat bahwa jiwa rendahnya
adalah musuhnya yang paling jahat, sebab semua bujukannya membuka pintu bagi
masuknya akibat-akibat yang membahayakan. Kemudian, orang itu mengundang amarah
dan dendam jiwa rendah. Jiwa rendah memperdayakan dirinya dan menyebabkan dia
jatuh ke dalam kejahatan yang berkedok kebaikan dan dia pun benar-benar tak
menyadarinya. Jiwa rendah tak menjanjikannya batuan, tetapi justru
meninggalkannya dalam keadaan sangat memerlukan, sebab jiwa rendah hanya ingin
menyakiti dan menghancurkannya. Adakah musuh yang lebih memusuhi ketimbang
itu.”
Allah Swt. telah memberitahukan hal itu kepada
kita dalam sebuah kalimat yang sangat jelas dan tegas : Sesungguhnya jiwa
rendah (nafsu) menyuruh kepada kejahatan.” (Qs. 12:53). Sifat-sifat jahatnya
adalah sedemikian tupa, sehingga seseorang tidak bisa membayangkan dirinya
dapat terbebas dari sifat-sifat itu kecuali lewat rahmat dan perlindungan Allah
Swt. Seperti difirmankan oleh Allah Swt dalam ayat yang sama : “kecuali bila
Tuhanku memberikan rahmatn-Nya.” (Qs. 12:53). Mengingat semuanaya ini, mana
mungkins seseorang membayangkan bahwa rasa takut bakal berkurang? Tidak ada
alasan bagi kepedulian orang yang berkeberatan. Betul-betul bertentangan. Rasa
takut sangat mungkin bakal bertambah, disebabkan bertambahnya pengetahuan
mendalam tentang Kebenaran Mistik. Itulah salah satu rahmat Allah Swt paling
besar kepada hamba-Nya. Rahmat itu sendiri menjadi sarana untuk menemukan
Rahmat; terlepas dari hubungan langsung dengan perbuatan sang hamba. Banyak
orang melewatkan hal ini begitu saja, dan tidak menikmati manfaat-manfaat yang
telah aku uraikan. Dan di luar manfaat-manfaat yang baru saja disebutkan,
berbagai anugerah dan karunia pun bertambah dan meningkat, seperti dikatakan
oleh kaum sufi :”Kedudukan-kedudukan dalam keyakinan sama sekali tidak
membatalkan satu sama lain; justru semuanya itu memperkuat satu sama lain.”
Setelah kekaguman dan takut ini sepenuhny
adisadari sang hamba, emlalui keduanya dia menerima warisan mulia, yang dengan
warisan itu Allah Swt. memasukkan cahaya ke dalam kalbunya. Keuntungan segera
dari cahaya ini adalah bahwa sang hamba dapat menyadari kesalahan dan kelemahan
tersembunyinya. Cahaya itu menjadi tolok ukur baginya, dan membantunya mematuhi
Tuhannya yang Mahaagung lagi Mahamulia. Ibn “Atha’ berkata : “Cahaya adalah
tentara kalbu, persis seperti kegelapan adalah tentara jiwa rendah (nafsu). Karenanya,
ketika Allah membantu hamba-Nya, Dia memperkuatnya dengan apsuka cahaya, dan menyingkirkan darinya kekuatan
kegelapan dan segala sesuatu selain Allah.” Ibn ‘Atha; memandang cahaya sebagai
pelindung, senantiasa hadir dan mengawasi sang hamba dalam segala situasi;
entah ketika sang hamba patuh, bersemangat, memiliki pengetahuan spiritual dan
melihat terus menerus, atau ketika tidak patuh, semenetara jiwa rendah tak
mampu membebaskan dirinya dari ketakpatuhan itu, karena dikalahkan dan ditawan,
dan dengan demikian cenderung kepada ketidak patuhan, atau dalam kasus-kasus
yang lebih lazim atau di mana keinginan
menguasai seseorang, sehingga dia tidak dapat menemukan kebahagiaan atau cahaya
dalam berbagai anugerah yang diterimanya, tapi lebih mendapati anugerah itu
sebagai membangkitkan rasa benci, membebani dan mengganggu.
18.
Manfaat
lainnya dari cahaya itu adaalah pengetahuan mendalam sang hamba tentang
kekuatan jiwa rnedahnya. Pengetahuan itu membuang semua perilaku congkak dan
sombong, entah dalam hubungannya dengan Tuhan atau dengans esama hamba Tuhan.
Dengan demikian, sang hamba mempunyai sifat rendah hati, halus, lemah lembut,
patuh dan ridha kepada Allah, dan kasih sayang, tidak sukamenyakiti orang lain,
toleransi, saling mengingatkan sesama Muslim dengan tulus, mencintai apa yang
baik bagi mereka dan membuat mereka bahagia. Singkat kata, sang hamba memimpin
dirinya sendiri dengan benar di hadapan Allah Swt dengan harapan meningkatkan
segenap anugerah dari-Nya dan mengurangi kesombongan perilaku dan kebanggan
dirinya. Disadarinya bahwa hanya rahmat dan kebaikan Allah sajalah yang bisa
membantu dia, dan satu-satunya tempat berlindung bagi dirinya adalah rahmat dan
kebaikan-Nya.
Memohon ampunan Allah dan menerima maaf-Nya adalah
keinginan paling utama seorang hamaba. Seperti akta seseorang. “Perhatian
seseorang yang memiliki pengetahuan mendalam terpusat hanya pada meminta
ampunan.” Tentang orang-orang yang sangat ridha kepada-Nya, Allah Swt
berfirman, “Banyak Nabi bersama dengan sejumlah besar orang bertakwa berperang.
Mereka tidak menjadi lemah lantaran apa yang menimpa diri mereka di Jalan
Allah, tidak lesu dan tidak menyerah. Dan Allah mencintai orang-orang yang
sabar.” (Qs. 3 : 146). Selanjutnya, Dia mengatakan : “Dan yang harus mereka
katakan adalah : “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan berbagai tindakan
berlebihan kami” (Qs. 3 : 147). Dituturkan sebuah ksiah tentang bagaimana Ibn
Al-Mubarak mendatangi beberapa sahabatnya pada suatu hari dan berkata, “Kemarin
aku berlaku lancang kepada Allah Swt. Aku meminta surga kepada-Nya.” Begitulah
keadaan spiritual yang baik dari orang-orang seperti ini, dan sifat-sifat mulia
mereka. Allah menghendaki agar kita beroleh manfaat karena menginginkan keadaan
dan sifat serupa.
Karena berkah yang aku uraikan itu adalah milikmu,
mengapa engkau tidak mengambil manfaat darinya?. Mengapa engkau menipu dirimu
sendiri tentang semuanya itu, membuang-buang waktu berhargamu dengan
menduga-duga Tuhan dan meremehkan apa yang Dia inginkan untukmu, hingga
akhirnya engkau berada dalam kondisi yang telah engkau uraikan? Ibn. ‘Atha’
berkata : “Orang yang pada saat tertentu menginginkan agar terjadi sesuatu
selain dari apa yang telah ditimpakan Allah pada saat itu, berarti berpegang
kuat kepada kebodohan.”
Karenanya, isilah ingatanmu dengan pikiran-pikiran
tentang kekuatan dan kekuasaan Allah. Jadikan caramu memohon ampunan sedemikian
rupa, sehingga menghilangkan sisa-sisa kotoran yagn telah merasuk ke dalam
jiwamu, sehingga engkau banyak berdoa seperti dilakukan oleh Utusan Allah,
Yunus a.s. di dalam kegelapan, “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau.
Sungguh, aku termasuk orang yagn zalim.” (Qs. 21:87-88). Lalu Allah Swt.
berfirman : “Maka Kami kabulkan doanya, dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan
demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang
beriman.” (Qs. 21: 87:88). Salah seorang ulama berkata : “Setiap orang
beriman yang berdoa seperti Dzun Nun (Nabi Yunus a.s.), manakala dia dilanda
kecemasan atau masalah-masalah serius, akan diselamatkan oleh Allah, seperti halnya
Dia menyelamatkan Dzun Nun, sesuai dengan firman-Nya : “demikianlah Kami
menyelamatkan orang-orang beriman.”
19.
Sejauh ini kita telah mengkaji sampai di mana dosa
dan keingkaran dalam keadaan spiritualmu. Kini, aku beralih pada kesalahan yang
engkau sebutkan, seperti rongrongan hawa nafsu di saat timbul godaan;
kegelisahan yang timbul dan beragai serbuan godaan, kesusahan, dan kegagalan
serta tiadanya kesabaran. Semuanya itu adalah kelemahan-kelemahan yang ada di
dalam kemanusiaanmu dan berakar kuat di dalam watak alaminya. Itu semua tidak
usah disalahkan. Sesungguhnya, dalam keadaan-keadaan tertentu,
kelemahan-kelemahan itu memiliki nilai positif, selama sang hamba mengakui
berbagai kelemahan, kekurangan, kerendahan, kefakiran, dan kebutuhannya. Seperti
dikatakan oleh Ibn “Atha’ “Saat terbaikmu adalah saat ketika engkau melihat
dengan jelas hakikat kefakiranmu, dan engkau pun lalu pasrah.” Dia juga
mengatakan, “Ketika saat-saat sulit datang, para pencari menikmati hari
perayaan.” Sebab mereka mungkin menemukan keberlimpahan di waktu-waktu sulit
yang tidak mereka temukan di dalam puasa dan shalat. Itulah cara Allah Swt.
menguji beberapa orang pilihan-Nya.
Sebuah kisah bercerita bagaimana – ketika Abu
‘Utsman Al-Hiri bersama dengan gurunya, Abu Hafsh – dia mengulurkan tangan
untuk mengambil kismis. Abu Hafs memegang kerongkongannya dan mecoba mengocok
kismis itu agar keluar darinya. Ketika Abu Hafs sduah tenang, Abu ‘Utsman
berkata : “Wahai Guru, aku tahu bahwa hal-hal duniawi ini tak berarti dalam pandanganmu;
karena itu, bagaimana engkau begitu marah kepadaku soal kismis itu?”. Abu Hafsh
menjawab : “Engkau bodoh telah meanruh kepercayaan pada kalbu yagn tidak
diperintah oleh tuannya.”
Orang lain berkata : “Aku pernah bepergian bersama
Al-Khawashsh. Kami berhenti untuk berkemah di bawah sebatang pohon. Kemudian
datang seekor singa serta berbaring di situ untuk istirahat. Aku sangat takut.
Lalu aku memanjat pohon itu dan berpegangan apda dahan sampai fajar tiba karena
takut kepada singa itu. Tetapi Al-Kawashsh tidak memperhatikan binatang buas
itu. Malam berikutnya kami berhenti untuk berisitirahat di sebuah masjid.
Al-Khawashsh tertidur; tetapi ketika seekor kutu busuk melintasi wajahnya, dia
menginjaknya. Aku berkata : “Sungguh aneh! Kemarin seekor singa tidak membuatmu
tersentak ketakutan, malam ini engkau malah takut kepada seekor kutu busuk!”.
Dia menjawab : “Kemarin aku tidak saadar; malam ini aku kembali sadar. Itulahs
ebabnya aku takut.”
Sahl ibn ‘Abd Allah, semoga Allah meridhainya,
berkata : “Allah membebani orang-orang pilihan dengan kefakiran. Dia buat
mereka merasa membutuhkan makhluk, dan kemudian menaruh dalam hati mereka
penangkalnya. Dengan begitu, Dia melarang roang-orang bergantung kepada
makhluk, agar mereka kembali kepada-Nya. Ketika orang-orang pilihan ini kembali
kepada-Nya dalam keadaan pasrah, Dia memberi mereka rezeki yang tidak mereka
perhitungkan sebelumnya. Dituturkan bahwa seseorang melihat, di sebuah daerah
Kristen, seorang sufi yang mengajarkan pengakuan akan keesaan Allah, sikap tak
terpengaruh dan kebergantungan penuh kepada Allah Swt. Dalam keadaan sangat
miskin dan memerlukan, dia meminta sesuatu kepada bekas muridnya. Menjawab
permintaan itu, sang murid melantunkan bait-bait ini :
Kala kami bertindak sebagai pembimbing
Kami berada di atas segenap tuan dan hamba
Tapi kala kami berasa di bawah
Kehinaan kami melebihi kehinaan kaum Yahudi.
Sebaliknya, yagn patut disalahkan adalah jiwa
rendah. Penyebab hal itu adalah tiadanya keyakinan, dan akibatnya adalah
hal-hal yang bisa digolongkan sebagai dosa.
Perhatian apa yang aku bicarakan ini. Kemudian
ketika sebagian masalah yang engkau keluhkan ini menguasaimu, amalkan sifat
penghambaan, kepada Tuhanmu dengan menyeru-Nya : “Wahai Engkau yang Mahakaya,
kepada siapa lagi orang miskin pergi, kalau bukan keapda-Mu?” di saat lemah :
“Wahai Engkau yang Mahakuat, kepada siapa lagi orang lemah pergi, kalau bukan
kepada-Mu?”, di saat kamu berbuat : “Wahai Engkau Yang Mahakuasa melakukan
segala sesuatu, kepada siapa lagi orang tak berdaya pergi, kalau bukan
kepada-Mu?” Dan di saat dalam kehinaan : “Wahai Engkau yang Mahamulia, kepada
siapa lagi orang hina pergi, kalau bukan kepada-Mu?” seorang ahli makrifat
berkata : “Orang bersabar dalam hal itu, pasti dikabulkan doanya.” Dan Ibn
“Atha’ berkata : “Insyafi sifat-sifatmu sendiri, maka Dia akan menuntunmu untuk
mengetahui sifat-sifat-Nya, Insyafi kelemahanmu, maka Dia akan membimbingmu
menuju kekuatan-Nya.”
Manfaatkan dorongan keyakinan, dan yakinlah terus,
jika kau mau sungguh-sungguh mempelajari ilmu kaum sufi. Jadikan keyakinan itu
landasan segala usahamu. Tekunlah dalam belajar, sebagai kewajiban yang harus
dijalankan, dan jangan pedulikan orang lain yang bakal menyimpangkanmu darinya
atau mencemarkan tasawuf, entah dalam diri atau dalam tulisan, entah secara
langsung atau tidak langsung. Adalah memalukan bila seseorang yang cerdas dan
memiliki pemahaman diperkenalkan pada satu persoalan dan tidak bisa mengambil
manfaat darinya, dan lebih-lebih jika seorang pemfitnah berhasil memalingkan
darinya dari hal itu, seperti abrus aja kukemukakan.
Dalam surat sebelumnya, aku menulis tentang
tulisan-tulisan sufi yang mesti engkau abca. Aku menyebutkan bahwa yang terpenting di antaranya adalah kitab
karya Syaikh Abu Thalib. Keinginanmu untuk menelaah dan mengkaji kitab ini
mestilah sama dengan keinginan untuk mencari apa apa yang bisa mengakhiri
kekalutanmu dan mengobati penyakitmu. Di sini aku sebutkan kitab Qut Al-Qulub (Santapan Kalbu). Kitab itu akan
membantumu mencapai setiap tujuan yang engkau cari. Mulailah dengan bergaul
bersama seorang yang beriman kuat dan memiliki kematangan spiritual, dan dengan
memperhatikan masalah-masalah yang merugikanmu dan yang menguras inti
keberadaanmu. Aku belum mengetahui dewasa ini seorang yang sangat ahli seperti
guruku, Sulayman, semoga Allah merahmatinya. Karena itum terimalah darinya apa
saja yang engkau pandang membantumu dalam memperkaya akalbumu dan memelihara
hubunganmu dengan Tuhanmu. Belajarlah mengucapkan shalawat atas Nabi Muhammad
saw.; sebab aku tahu beberapa sufi menyebut-nyebut shalawat sebagai sarana
memperkuat keyakinan. Karenanya, tingkatkan amal-amalmu dalam hal itu.
21.
Inilah pandanganku tentang cara-cara yang tepat
untuk menghilangkan kekalutanmu dan mengobati penyakitmu, asalkan engkau mau
mengamalkannya. Tetapi, jika engkau tidak mau mengamalkan hal itu,d an dengan
begitu tidak menemukan kepuasan dari nikmat-nikmat Tuhan Yang Maha Rahman
ketika engkau menapaki jalanmu kecuali dalam cara-cara lahiriah maka aku yakin
bahwa engkau bakal bekerja keraas salam seribu tahun, dan tak bakal pernah
memuaskan keinginan-keinginanmu atau menemukan apa yang ttengah engkau cari.
Kemajuan yang engkau raih akan tetap merupakan harapan yang jauh. Setelah
engkau mengerjakan semua amalan yang aku anjurkan ini, dan kalbumu tak lagi
mengalami kebingungan, maka engkau telah siap mendekati rahmat-rahmat Allah
yang mengagumkan.
Kemudian, sudah abrang tentu, engkau mesti
bersabar dalam amalan-amalan ini selama sisa hidupmu. Segala sesuatu yang aku
bicarakan dalam surat ini dimaksudkan mengajarimu secara sederhana cara
bergerak maju meraih tujuan yang engkau inginkan, dengan bantuan Allah. Ia
adalah suatu metode spiritual. Ia tidak melibatkan amalan-amalan fisik, kecuali
seperti yang diperlukan dalam berbagai hal biasa, dan tidak ada kerja yang
menguras tenaga secara psikologis. Dalam hal ini hakikat metode itu dapat
segera dipahami dan mudah dimengerti. Hanya saja, untuk bisa benar-benar
mencapai tujuan itu, kita mesti bergantung sepenuhnya pada Allah Swt. dan
memusatkan perhatian penuh kepada-Nya di sepanjang jalan kesabaran. Ini akan
memberikan kebahagiaan luar biasa. Dan inilah awal dari apa yang dibicarakan
kaum sufi. Orang yang sabar bakal benar-benar bisa mencapainya.
Sahl Ibn ‘Abd Allah berkata : “Seorang hamba dalam
segala keadaan, harus berjalan menuju Tuannya. Tindakan kembalinya, terus
menerus kepada-Nya merupakan keadaan spiritual paling baik dalam diri sang
hamba. Manakala dia tidak patuh’ dia berkata : “Ya Tuhan, ampunilah aku.” Dan
manakala ketakpatuhannya berakhir, dia mengatakan : “Ya Tuhan, berpalinglah
kepadaku.” Dan manakala Dia sudah berbuat begitu, sang hamba pun berkata : “Ya
Tuhan, terimalah daku.” Mengomntari akta-kata Nabi saw. : “Dia menjadikan
segala sesuatu mudah, karenanya jangan mempersulitnya.” Salah seorang sufi
berkata : “Maksud ucapan itu ialah :”Bimbinglah mereka kepada Tuhan dan jangan
kepada sesuatu selain-Nya; sebab orang yang menuntunmu kepada dunia ini telah
menipumu, dan orang yang menuntunmu kepada Tuhan telah melindungimu.”
22.
Hanya orang yang kalbunya hidup dengan keimanan
saja yang mampu menempuh Jalan ini. Tandanya yang pasti adalah bahwa orang
seperti ini bangkit, bersiap siaga dan peka dalam amalan keagamaannya manakala
timbul berbagai perubahan dan rintangan, entah dalam bentuk kesempitan atau
keluasaan. Orang yang kalbunya mati, dan yang kebal terhadap hal-hal semisal
itus erta asyik beanr mengumbar hawa nafsunya dalam kejahatan, tidak boleh
memandang hal ini. Orang semacam itu hanya makin bertambah saja pengetahuannya
tentang kejahatan dan kemaksiatan, dan akan mendapati kelakuannya hanyalah
kesesatan dalam kerugian. Dia mesti menghindari racun mematikan dan menyibukkan
diri dengan berbagai peringatan tentang keingkaran yang telah sampai kepada
kita di dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah Nabi serta ucapan-ucapan para
ulama. Dan dia mesti pula memperhatikan batas-batas dan sangsi-sangsi hukum di
alam jasmani maupun ruhani. Tak ada obat lain buat jenis penyakit ini.
Terlepas dari apa yang telah aku jelaskan dalam
uraian singkat dan tak memadai ini, aku tak berbicara lebih dari ini dalam
masalah itu. Yakinlah ini dan amalkanlah, sebab ini adalah cara yang mujarab
dalam menuju kebaikan dan peningkatan. “Dan Allah berjaya dalam urusan-Nya.”
(Qs.12:21). “Jika Allah menolongmu, maka tak bakal ada seorang pun mampu
mengalahkanmu; dan jika Allah tidak menolongmu, lantas siapa lagi yagn bsia
menolongmu?” (Qs. 3:160). Segala sesuatu kembali kepada-Nya. Karena itu,
sembahlah Dia, dan berimanlah kepada-Nya, sebab cukuplah Allah bagi orang yang bertawakal
kepadanya.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.