بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Kumpulan Kitab Karya Madzahibul Arba’ah
&
Biografi Singkat
I. IMAM ABU HANIFAH
Imam Abu Hanifah
bernama lengkap An-Nu`man bin Sabit bin Zuta At-Taymiy. Imam Abu Hanifah adalah
pengasas Mazhab Hanafi. Beliau dilahirkan pada tahun 80 Hijrah (699 Masehi) di
sebuah perkampungan bernama Anbar di sekitar bandar Kufah, Iraq. Beliau hidup di
zaman pemerintahan Khalifah Abdul Malik Bin Marwan, Khalifah Bani Umaiyah yang
kelima. Beliau berketurunan Farsi dan ayahnya seorang peniaga kain.
Kemasyhuran nama Abu
Hanifah menurut para ahli sejarah ada beberapa sebab ::
(1) Karena ia
mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Hanifah, maka ia diberi julukan
dengan Abu Hanifah.
(2) Karena semenjak
kecilnya sangat tekun belajar dan menghayati setiap yang dipelajarinya, maka ia
dianggap seorang yang hanif (kecenderungan/condong) pada agama. Itulah sebabnya
ia masyhur dengan gelaran Abu Hanifah. (3) Menurut bahasa Persia, Hanifah
bererti tinta. Imam Hanafi sangat rajin menulis hadits-hadits, ke mana, ia
pergi selalu membawa tinta. Kerana itu ia dinamakan Abu Hanifah.
Beliau dibesarkan di
kota Kufah dengan kehidupan yang senang dan mewah. Sejak kecil beliau sudah
terdidik dalam urusan perniagaan dan mendapat kemudahan untuk menuntut ilmu.
Ini menjadikannya seorang saudagar yang berpengetahuan tinggi dan berpegang
teguh dengan hukum Allah. Beliau seorang yang berakhlaq mulia, pemurah, ikhlas,
berani, suka memberi nasihat, rajin berusaha dan bercita-cita tinggi.
Beliau sering bangun
malam untuk mengerjakan salat malam dan membaca Al-Qur’an.
Ulama yang mengikuti
mazhab Abu Hanifah lebih dikenal dengan ulama Hanafiyah. Diantaranya mereka
yang terkenal adalah Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan, Hasan bin Ziyad, dan
lainnya. Mazhab Hanafiyah telah menyebar ke berbagai wilayah Islam, seperti
Baghdad, Persia, India, Bukhara, Yaman, Mesir, dan Syam. Mazhab Hanafiyah juga
adalah mazhab yang paling banyak dianut pada masa Dynasti ‘Abbasiyah.
Metode yang
digunakan Beliau dalam menetapkan hukum (istinbat) berdasarkan pada tujuh hal
pokok:
(1) Al Quran sebagai
sumber dari segala sumber hukum.
(2) Sunnah Rasul
sebagai penjelasan terhadap hal hal yang global yang ada dalam Al Quran.
(3) Fatwa sahabat
(Aqwal Assahabah) karena mereka semua menyaksikan turunnya ayat dan mengetahui
asbab nuzulnya serta asbabul khurujnya hadits dan para perawinya. Sedangkan
fatwa para tabiin tidak memiliki kedudukan sebagaimana fatwa sahabat.
(4) Qiyas (Analogi)
yang digunakan apabila tidak ada nash yang sharih dalam Al Quran, Hadis maupun
Aqwal Asshabah.
(5) Istihsan yaitu
keluar atau menyimpang dari keharusan logika menuju hukum lain yang menyalahinya
dikarenakan tidak tepatnya Qiyas atau Qiyas tersebut berlawanan dengan Nash.
(6) Ijma’ yaitu
kesepakatan para mujtahid dalam suatu kasus hukum pada suatu masa tertentu.
(7)‘Urf yaitu adat
kebiasaan orang muslim dalam suatu masalah tertentu yang tidak ada nashnya
dalam Al Quran, Sunnah dan belum ada prakteknya pada masa sahabat.
Imam Abu Hanifah
wafat dalam bulan Rejab tahun 150 hijrah (767 Masihi) dalam usia 70 tahun yaitu
semasa pemerintahan Khalifah Abu Ja'far Al Mansur, Khalifah Abbasiyah yang kedua.
Jenazah ulama agung ini dimaqamkan dengan penuh penghormatan oleh puluhan ribu
umat Islam di tanah perkuburan Al Khaizaran di kota Baghdad.
II. IMAM MALIK
Imam Malik bernama lengkap
Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman
bin Kutail bin Amr bin Haris Al Asbahi. Beliau digelar Syaykhu l-Islam, Hujjatu
l-Ummah, dan Imam Daru l-Hijrah.
Ayahnya ialah Abu `Abdi Llah, Ibunya bernama
`Aliyah binti Syarik Al-Azdiyyah. Beliau dilahirkan di Madinah pada tahun
93H/713M, yaitu pada tahun kematian Anas khadam Rasulu llah.
Imam Malik meninggal
dunia pada pagi hari Ahad dalam bulan Rabi`u l-Awwal tahun 179H/ 789M ketika
berusia 89 tahun dan dimakamkan di perkuburan Baqi`, Madinah. Datuknya yang
pertama, iaitu Malik bin `Amir adalah golongan `ulama’ tabi`in yang terkemuka.
Moyangnya, `Amir bin Al-Haris adalah seorang sahabat dan pernah berperang
bersama-sama dengan Nabi Muhammad.
Imam Malik seorang
yang banyak mendampingi `ulama’ Madinah sejak kecil. Ingatannya sangat kuat
sehingga dapat menghafaz Al-Qur’an dan Hadis sejak kecil. Beliau merupakan
seorang Imam dalam hadis dan riwayatnya dipercayaï. Beliau berguru dengan lebih
daripada 900 orang guru daripada kalangan tabi`in dan tabi` tabi`in. Gurunya
yang pertama ialah Imam `Abdu r-Rahman bin Hamzah.
Beliau pernah
mempelajari ilmu hadis daripada Ibnu Syihab Az-Zuhriy dan ilmu ar-ra’y daripada
Rabi`ah bin `Abdu r-Rahman. Diantara guru-gurunya yaitu: Ayyub bin Abi Tamimah
As-Sikhtiyaniy, Ja`far bin Muhammad As-Sadiq, Humayd At-Tawil, Dawud bin
Al-Husayn, Zayd bin Aslam, Salim Abu n-Nadhr, Sa`id bin Abi Sa`id Al-Maqburiy,
Abi Hazim Salmah bin Dinar Al-Madaniy, Suhayl bin Abi Salih, `Amir bin `Abdi
Llah bin Az-Zubayr, `Abdu Llah bin Dinar, `Amr bin Yahya bin `Ammarah
Al-Maziniy, Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhriy, Nafi` Mawla Ibnu `Umar,
Hisyam bin `Urwah, Yahya bin Sa`id Al-Ansariy.
Kecintaannya kepada
ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya diabdikan dalam dunia pendidikan, tidak
kurang empat Khalifah, mulai dari Al Mansur, Al Mahdi, Harun Arrasyid dan Al
Makmun pernah jadi muridnya, bahkan ulama ulama besar Imam Abu Hanifah dan Imam
Syafi’i pun pernah menimba ilmu darinya, menurut sebuah riwayat disebutkan
bahwa murid Imam Malik yang terkenal mencapai 1.300 orang. Ciri pengajaran Imam
malik adalah disiplin, ketentraman dan rasa hormat murid terhadap gurunya.
Karya Imam malik
terbesar adalah bukunya Al Muwatha’ yaitu kitab fiqh yang berdasarkan himpunan
hadits hadits pilihan, menurut beberapa riwayat mengatakan bahwa buku Al
Muwatha’ tersebut tidak akan ada bila Imam Malik tidak dipaksa oleh Khalifah Al
Mansur sebagai sangsi atas penolakannya untuk datang ke Baghdad, dan sangsinya
yaitu mengumpulkan hadits hadits dan membukukannya, Awalnya imam Malik enggan
untuk melakukannya, namun setelah dipikir pikir tak ada salahnya melakukan hal
tersebut Akhirnya lahirlah Al Muwatha’ yang ditulis pada masa khalifah Al
Mansur (754-775 M) dan selesai di masa khalifah Al Mahdi (775-785 M), semula
kitab ini memuat 10 ribu hadits namun setelah diteliti ulang, Imam malik hanya
memasukkan 1.720 hadits.
Selain kitab
tersebut, beliau juga mengarang buku Al Mudawwanah Al Kubra.
Imam malik tidak
hanya meninggalkan warisan buku, tapi juga mewariskan Mazhab fiqhinya di
kalangan sunni yang disebut sebagai mazhab Maliki, Mazhab ini sangat
mengutamakan aspek kemaslahatan di dalam menetapkan hukum, sumber hukum yang
menjadi pedoman dalam mazhab Maliki ini adalah Al Quran, Sunnah Rasulullah,
Amalan para sahabat, Tradisi masyarakat Madinah, Qiyas dan Al Maslaha Al Mursal
( kemaslahatan yang tidak didukung atau dilarang oleh dalil tertentu.
Mazhab Malikiyah
terus dikembangkan oleh para pengikutnya dan menyebar ke banyak wilayah negeri
Islam hingga ke arah Barat menemui wilayah Mesir, Afrika, Andalusia, dan Ujung
Maroko yang dekat ke Eropa. Begitu pula ke wilayah Timur, seperti Bashrah,
Baghdad, dan lainnya.
III. IMAM SYAFI'I
Imam Syafi’I bernama
langkap Muhammad bin Idris bin Al-`Abbas bin `Usman bin Syafi` bin As-Sa’ib dan
nasabnya sampai kepada `Abdu Manaf datuk Nabi. Dan ibunya masih merupakan cicit
Ali bin Abi Thalib r.a. Beliau dilahirkan di desa Gaza, masuk kota ‘Asqolan
pada tahun 150 H/767 M. Saat beliau dilahirkan ke dunia oleh ibunya yang
tercinta, bapaknya tidak sempat membuainya, karena ajal Allah telah
mendahuluinya dalam usia yang masih muda. Lalu setelah berumur dua tahun, paman
dan ibunya membawa pindah ke kota kelahiran nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi
wassalam, Makkah Al Mukaramah.
Beliau meninggal dunia pada 29 Rajab tahun
204H/820M di Mesir.
Imam Asy-Syafi`iy
mula-mula belajar Al-Qur’an ketika berusia lima tahun dan telah menghafaz
Al-Qur’an ketika berusia tujuh tahun. Imam Asy-Syafi`iy mempunyaï ingatan yang
kuat, berkebolehan tinggi, dan dapat menghafal semua pelajaran yang diajar.
Diantara hal-hal
yang menunjukkan kecerdasannya antara lain::
(1)Kemampuannya
menghafal Al-Qur’an di luar kepala pada usianya yang masih belia, tujuhtahun.
(2)Cepatnya
menghafal kitab Hadits Al Muwathta’ karya Imam Darul Hijrah, Imam Malik bin
Anas pada usia sepuluh tahun.
(3)Rekomendasi para
ulama sezamannya atas kecerdasannya, hingga ada yang mengatakan bahwa ia belum
pernah melihat manusia yang lebih cerdas dari Imam Asy-Syafi`i.
(4)Beliau diberi
wewenang berfatwa pada umur 15 tahun.
Di Madinah, Imam
Asy-Syafi`iy belajar daripada Imam Malik bin Anas, Ibrahim bin Abi Yahya
As-Samiy, Muhammad bin Sa`id bin Abi Fudayl dan `Abdu Llah bin Nafi` As- Sani`.
Imam Asy-Syafi`iy menghafal kitab Al-Muwatta’ Imam Malik ketika berusia 10
tahun semasa beliau di Makkah dan belum lagi berjumpa dengan Imam Malik.
Imam Asy-Syafi`iy
telah datang ke Iraq pada tahun 195H dan tinggal di sana selama dua tahun. Para
`ulama’ di sana telah belajar dengannya dan ramai antara mereka telah bertukar
kepada mazhab Asy-Syafi`iy daripada mazhab asal mereka. Kemudian Asy- Syafi`iy
telah kembali ke Makkah dan kemudian kembali ke Baghdad pada tahun 198H dan
tinggal di sana selama sebulan. Kemudian Asy-Syafi`iy pergi ke Mesir sehingga
dia Wafat.
Asy-Syafi`iy wafat pada hari Juma`at pada
penghujung bulan Rajab tahun 204H dan dimakamkan di Al-Qarafah selepas `Asar.
Beliau mewariskan
kepada generasi berikutnya sebagaimana yang diwariskan oleh para nabi, yakni
ilmu yang bermanfaat. Ilmu beliau banyak diriwayatkan oleh para murid- muridnya
dan tersimpan rapi dalam berbagai disiplin ilmu. Bahkan beliau pelopor dalam
menulis di bidang ilmu Ushul Fiqih, dengan karyanya yang monumental Risalah.
Mazhab Syafi’iyah
telah memenuhi berbagai wilayah kota besar di Qatar selain penduduk asli dan
suku pedalaman. Mazhab Syafi’iyah juga berkembang di Palestina, Kurdistan, dan
Armenia.. begitu juga dengan para penganut Ahlus Sunnah di Persia, Muslim di
Wilayah Thailand, Philipina, Jawa dan sekitarnya, India, Cina, Australia, Iraq,
Hijaz, dan Syam bersama-sama dengan mazhab lainnya.
IV. IMAM AHMAD BIN
HANBAL
Namanya ialah Abu
`Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin `Abdillah bin Hayyan bin `Abdillah bin Anas bin `Awf bin Qasit bin Mazin Ibnu
Syayban bin Zahl bin Sa`labah bin `Ukabah bin Su`b, bin `Aliy bin Bakv Wa’il
bin Qasit bin Wahb bin Afsiy Asy-Syaybaniy Al-Muruziy Az-Zahliy Al- Baghdadiy.
Beliau lahir di kota Baghdad pada bulan rabi’ul Awwal tahun 164 H (780 M), pada
masa Khalifah Muhammad al Mahdi dari Bani abbasiyyah ke III.
Nasab Imam Ahmad
kembali kepada Bani Syayban dan ia ialah suatu qabilah daripada Bani Rabi`ah
`Adnaniyyah yang bertemu nasabnya dengan Nabi pada Nizar bin Ma`d bin `Adnan.
Ayahnya meninggal dunia ketika beliau masih berusia tiga tahun. Ibunya bernama
Safiyyah binti Maymunah binti `Abdu l-Malik Asy-Syaybaniy. Beliau wafat pada 12
Rabi’ul Awwal 241 H (855). Pada hari itu tidak kurang dari 130.000 Muslimin
yang hendak menshalatkannya dan 10.000 orang Yahudi dan Nashrani yang masuk
Islam.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.