بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Bisa Sabar dalam Shalat,
Sabar Pula dalam Kehidupan Sehari-hari
(Maulana al-Habib M. Luthfi bin
Yahya).
Apa
makna dari ayat "Wasta'inu bishshabri washshalah; tolong-menolonglah dalam
kesabaran dan shalat"? (QS. al-Baqarah ayat 45)
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ
Kita
mengambil makna yang paling bawah (dasar) dulu, mengingat kalimat ayat tersebut
berhubungan dengan dunia tasawuf. Pendidikan tasawuf pertama kali adalah
berdasarkan wasta'inu bishshabri washshalah. Orang-orang yang ma'rifat atau
kaum 'arifin ketika mendengar panggilan adzan atau perintah shalat, hati para
beliau tergugah dan senang. Ingin segera memenuhi panggilan shalat. Menganggap
panggilan itu adalah kehormatan, bukan beban. Bagaimana dengan kita ketika
adzan berkumandang?
Sebagai
gambaran, tanpa bermaksud menyamakan Allah dengan makhluq -na'udzubillah min
dzalik, hanya untuk memudahkan pemahaman. Ketika santri dipanggil kiai, hati
itu ingin matur ini-itu, ada hajat ini-itu, macam-macam. Senangnya juga bukan
main. Padahal ketika sudah berhadapan, cuma bisa diam. Tak bisa ngomong
apa-apa. Yang ada cuma rasa senang luar biasa dipanggil kiai. Sementara
teman-teman di kamar sudah menunggu untuk menanyainya, dapat perintah apa dari
kiai? Dapat dawuh apa? Macam-macam pertanyaan.
Lha
para 'arifin seperti itu (keadaannya) ketika menerima panggilan shalat.
Beliau-beliau menanti. Bahkan inginnya shalat itu tidak cuma 4 rakaat. Tapi
kalau kita orang awam ini, mendengar adzan kaget, koq cepat ya sudah Ashar.
Masih sibuk dengan urusannya. Tidak segera shalat.
Di
sinilah peranan wasta'inu bishshabri washshalah, bisa melawan tantangan nafsu
atau malah ikut nafsu. Perlu diingat bahwa menunda-nunda waktu shalat itu sama
dengan mengabaikan pertolongan yang ditawarkan oleh Allah. Maka hati perlu
ditata dulu agar bisa menerima secara sukarela atau senang dengan perintah
shalat atau datangnya waktu shalat. Sehingga ketika waktu salat datang itu
ibarat pedagang yang dapat keuntungan karena pembeli yang membeli dagangannya,
senang.
Jadi,
saat menjelang takbiratul ihram hati senang dan sebelum takbiratul ihram hati
hudhur (hati yang hadir). Hudhur untuk mendatangkan isti'anah (pertolongan
Allah), hudhur sebelum sowan menghadap hadhratillah (Allah Swt.). Awam harus
belajar tingkatan ini dulu.
Lalu
peranan "bishshabri" apa? Shalat itu perlu kesabaran. Karakter
seseorang yang tampak sabar bisa diketahui benar-benar sabar atau pura-pura itu
dilihat (saat) shalatnya. Shalatnya buru-buru atau tidak. Jangan tiru shalatnya
(kaum) 'arifin yang cepat. Beliau-beliau shalat cepat karena takut hilangnya
hudhur sehingga ghaflah (lalai) dalam salat.
Bishshabri
itu menolong dalam gerakan shalat, makhraj yang dibaca, rukun-rukun dan
sunnah-sunnah shalat. Membaca secara jelas. Allah mengerti apa yang kita baca.
Tapi secara adab kita harus membaca secara jelas.
Bishshabri
juga mendidik kita dalam thuma'ninah fishshalah dan bacaan yang baik. Kalau
bishshabri washshalah sudah diraih, buahnya adalah (yang) pertama untuk
kehidupan sehari-hari. Karena semua aspek hidup butuh sabar. Sabar dilatih
dalam shalat. Kalau dalam shalat bisa sabar, maka begitu juga dalam kehidupan
sehari-hari.
Kalau
tidak punya sabar maka repot. Seperti kita punya orangtua yang sudah
sakit-sakitan. Sejauh mana kesabaran kita mengurusi, merawat orangtua? Bisa
sabar melayani tidak? Sebagai santri apa terimakasih pada orangtua? Apa kita
memahami jerih payah orangtua mencari rizqi? Kalau kiriman orang tua telat, apa
kita akan marah-marah menyalahkan orangtua bahkan menyuruh orangtua hutang?
Sejauh mana sabar kita?
Buah
kedua adalah bisa mengaplikasikan ayat innashshalata tanha 'anil fahsya-i wal
munkar:
ۖ
إِنَّ
الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ
"Sesungguhnya
shalat mencegah dari kekejian dan kemunkaran." (QS. al-Ankabut ayat 45).
Pertanyaannya adalah, kenapa shalat berpengaruh besar pada hidup kita? Karena
sesuai hadits:
أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ الصَّلَاةُ
"Hal
pertama yang kelak dihisab di hari kiamat adalah shalat", yang menunjukkan
kompleksitas peranan shalat dalam hidup. Dan hadits tersebut masih satu
rangkaian dengan wasta'inu bishshabri washshalah, sehingga melahirkan
innashshalata tanha 'anil fahsya-i wal munkar. Hadits tersebut juga menunjukkan
bahwa shalat adalah kunci semua ibadah, dan peningkatan ubudiyyah berangkat
dari shalat.
Ibaratnya,
saya beli beras satu truk. Tapi ada 1 karung yang jadi tolak ukur. Kalau 1
karung itu bagus, maka semua dianggap bagus. Walhasil, sabar dan shalat itu
menghasilkan buah yang berpengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu
a'lam. (Maulana al-Habib M. Luthfi bin Yahya).
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Title : Antara Sabar dan Sholat Apa hubungannya?
Description : Bisa Sabar dalam Shalat, Sabar Pula dalam Kehidupan Sehari-hari (Maulana al-Habib M. Luthfi bin Yahya). Apa makna dari ayat "Wast...