بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
HIKMAH 228-234
228-234.
“AL-WARID
AL-ILAHIYYAH”
٭ مَتٰى وَرَدَتِ
الوَارِداَتُ الاِلٰهِيَّةُ عليكَ هَدَمتِ العَوَاءـدَ عليكَ .اِنَّ المُلُوكَ اِذ
ْدخَلُوا قـَرْيَة ً اَفـْسَدُوهاَ. ٭
228. “ Ketika datang kepadamu al-waaridatul-Ilahiyyah, maka warid itu
akan menghancurkan/melenyapkan kebiasaan-kebiasaan(hawanafsu)mu, seperti
isyaroh firman Alloh : “Sesungguhnya raja-raja (dan balatentaranya) jika masuk (menjajah)
kedesa/negara, mereka akan
merusaknya(merubah desa).”
Yang dimaksud al-Waaridatul-Ilahiyyah
dalam hikmah ini yaitu : rasa
cinta dan rindu yang sangat, yang diberikan Alloh kedalam hati hamba-Nya, atau juga rasa ketakutan yang sangat, sehingga
bisa menghancurkan dan mengeluarkan kebiasaan dan kesenangan hawa nafsu, dan
bergegas menuju makrifat dan ridho-Nya. Sebagaiman diterngkan dalam hikmah ke
215.
٭ الوَارِدُ
يَاءتِى مِنْ حَضْرَةِ قهَّارٍ.لاَجْلِ ذٰلكَ لاَ يُصَادِمهُ شىءٌ الاَّ دَمَغَهُ
. بَلْ نَقـْذِفُ بِالحَقّ ِ علَى الباَطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَاذاَهُوَزاهِقٌ. ٭
229. “ Warid itu datang dari Dzat asma
Al-Qohhar (dzat yang perkasa tidak ada yang mengalahkan-Nya), karena itu bila
warid datang, maka tiada sesuatu yang berhadapan dengannya melainkan
dimusnahkannya, Alloh berfirman : “Bahkan kami melemparkan yang hak diatas yang bathil, lalu
ia memusnahkannya. Maka yang bathil itu lenyap.”
Dalam hikmah ini
Mu’allif menjelaskan tentang Alwarid yang datang kedalam hati hamba dari asma Alloh Al-Qohhar(maha perkasa), maka semua yang ada dari
hawa nafsu, aghyar (semua selain Alloh) yang ada dalam hati akan dimusnahkan dengan
keperkasaan-Nya. Sehingga hamba yang diberi warid itu semuanya menjadi hak. Yang
dimaksud al-Bathil yaitu : segala sesuatu selain Alloh.
٭ كَيْفَ
يَحْتَجِبُ الحَقّ ُبِشىءٍ والَّذِى يَحتَجِبُ بِهِ هُوَ فِيهِ ظَا هِرٌ
وَمَوجُودٌ حَاضِرٌ ٭
230. “Bagaimana mungkin Al-Haq (Alloh) itu terhijab sesuatu, padahal Alloh itu wujud dan nyata juga hadir pada segala sesuatu yang kau anggap
hijab itu.”
Dalam kitab ini beulang-ulang
kali Mu’allif Syeih ibnu ‘Atho’illah menerangkan tentang Alloh itu tidak bisa dihijab dengan segala sesuatu,
٭
كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالذى ظهرلِكلّ شيىءٍ ---- الخ٭
(hikmah ke 16 "Bagaimana dapat
dibayangkan bahwa Alloh dapat dihijab [dibatasi tirai] oleh sesuatu padahal
Alloh yang menampakkan [mendhahirkan] segala sesuatu."sampai
hikmah ke 23).Al-warid, biasa juga disebut Al-Ahwal, dan Ahwal itu biasanya
menimbulkan al-Amal, maka dari itu selanjutnya Muallif menerangkan tentang
amal.
٭ لاَ تيأَسْ من
قَبولِ عملٍ لَمْ تجِدْ فِيهِ وجوْدُ اْلحُضَُورِ فَرُبَّماَ قبِلَ من العملِ مالم
تُدْرِكْ ثمْرَتَهُ عاجِلاً ٭
231. “ Jangan putus asa dari diterimanya amal yang
belum bisa hadirnya hati (khusuk) karena Alloh, sebab terkadang (ada kemungkinan ) Alloh menerima amalmu itu
padahal kamu belum bisa merasakan (menemukan) buahnya amalmu dengan segera.’
Sudah
diterangkan dalam hikmah-hikmah terdahulu, bahwa buahnya amal (yakni :
merasakan manis dan enaknya amal dalam hati ketika mengerjakan amal), itu bagian
tanda diterimanya amal tersebut.
Walaupun demikian
terkadang Alloh itu menerima amal yang belum bisa merasakan buahnya, yang terpenting
kamu selalu berusaha taqwa kepada Alloh lahir dan batin, ikhlas Lillah dalam beramal, dan
kamu jangan putus asa karena buahnya amal itu hanya sebagian alamat/tanda
diterimanya amal, sedang kan tanda itu tidaklah pasti terjadi.
Dan jangan kamu meninggalkan amal sebab belum
bisa hadirnya hati kepada Alloh, atau belum bisa merasakan buahnya, tapi kewajiban bagimu yaitu dawam/selalu
mengerjakan amal itu sampai bisa mendapatkan buahnya amal, barang siapa yang
mau selalu mengtuk pintu, pastilah dia akan masuk kepintu tersebut.
Adalah seorang ‘Abid
yang selama empat puluh tahun berada di Makkah, dan selalu berdo’a : Labbaika Allohumma Labbaik, lalu ada hatif yang mengatakan :
tidak, kamu tidak hadir dan tidak beruntung, dan hajimu ditolak(tidak
diterima), dan ‘Abid tersebut selalu mengerjakan amalan tersebut, dan tidak
meninggalkannya, suatu hari ada seorang
laki-laki datang kepadanya dan memanggilnya : ya ‘abid labbaik(kesini), lalu
ada jawaban hatif,: La Labbaik,lalu lelaki tersebut berdiri dan terbesit dalam hatinya : orang ini
ditolak. Lalu Abid memnggil tuannya, hai tuanku , engkau mengatakan Labbaik,
dan ada jawaban La labbaik, si ‘Abid menerangkan : ini yang terjadi padaku
selama empat puluh tahun, aku selalu mendengar perkataan tersebut, tetapi aku
selalu bertahan didepan pintu-Nya, walaupun aku ditolak seribu kali aku tidak
akan meninggalkan pintu tersebut, Sampai Alloh menerimaku, maka ketika ‘Abid mengatakan Labbaik, lalu ada jawaban dari Alloh : Labbaika
– wa-sa’daika. WAllohu a’lam.
٭ لاتُزَكِّيَن َّ
واَرِداً لاَتَعلَمُ ثَمرَتهُ فلَيسَ المرَادُمن السَّحابةِ وجودُ الاَمطاَرِ
انـَّما المُرَادُ وجَُودالاَثـْمَارِ ٭
232. “ Jangan membanggakan (menganggap baik)
terhadap Warid, yang belum engkau ketahui buahnya,sebab bukan yang diharapkan
dari awan itu sekedar hujan, tapi tujuan(harapan) yang utama yaitu adanya buah
dari pepohonan(tanaman).”
Apabila warid datang dari Alloh kedalam hatimu, akan tetapi tidak menjadikan kamu
cinta kepada Tuhanmu, semangat melaksanakan taat kepada-Nya dengan memenuhi
hak-hak-Nya , jangan kamu merasa bangga/ senang dengan warid seperti ini,
karena buah dari pada warid dalam hati itu bisa merubah sifat-sifat hati yang
jelek menjadi terpuji, sperti keterangan hikmah yang terdahulu. Sebagaiman isyaroh dari Muallif tentang
datangnya awan tujuan utamanya bukan sekedar hujan, tapi hasilnya bumi setelah
datangnya hujan yakni berupa buah dari tanaman. Begitu juga dengan datangnya
Warid/ahwal bukan sekedar amal yang hudhur, tapi yang lebih utama yaitu
hasilnya Ridho, syukur, dan masuk kedalam An-Nur, dan kemuliaan berjumpa Alloh Al-Ghofur (yang maha pengampun).
Ingatlah !! terkadang
warid/ahwal itu bisa menjadi hijab, bagi orang yang berhenti dan bangga pada
warid tersebut. Sebagian ulama mengatakan : Takutlah kamu dengan rasa
manis/enaknya taat, karena itu bagaikan racun yang membunuh, bagi orang yang
berhenti pada rasa tersebut, janganlah kamu menjadi hambanya hal/warid, tapi
jadilah hambanya yang memberi hal/wari (yakni Alloh).
٭
لاَتـَطْلـُبَنَّ بَقَاءَ الوَرِدَاتِ بعدَ انْبَسَطَتْ اَنـْوَارَهاَ واَوْدَعَتْ
اسْرَارهَا فلكَ فى اللهِ غِنىً عَنْ كُلِّ شَىءٍ وليسَ يُغْنيْكَ عنهُ شىءٌ ٭
233. “ Jangan meminta tetapnya warid, setelah
kau merasakan/mendapatkan nur-nurnya, dan tertangkap semua rahasia-rahasianya,
maka cukuplah bagimu mengabdi kepada Alloh sehingga tidak
membutuhkan sesuatu yang lain-Nya,sebab tidak ada sesuatu yang bisa mencukupi
kamu tapa pertolongan Alloh.”
Maksud dari mendapatka
Anwar/nurnya warid yaitu : yaitu rusak
dan hancurnya kebiasaan hawa nafsumu, sehingga hati menjadi bersih dari syahwat
jasmaniyyah dan kebiasaan nafsum sehingga lahir dan batinnya hanya menghamba kepada
Alloh. Maksud dari : setelah
tertangkap rahasia-rahasia warid, yaitu adanya Yaqin, Tuma’ninah dan makrifat dalam
hatimu, dan adanya Zuhud, Ridho, dan Taslim, dan munculnya rasa Khusyuk,
tawadhu’ dan hinanya diri, dalam hati. Itu semua sebagai tanda Al-Warid
Al-Ilahiyyah.
Dan ketahuilah bahwa
semua warid, adanya anwar(cahaya-cahaya), tingkat-tingkat maqom kewalian dll,
itu semua semata-mata anugerah dari Alloh kepada hambanya,
karena itu hamba tidak boleh bergantung kepada semua itu, tapi cukuplah
bergantung pada Alloh, dan mengabdi kepada-Nya.
Syeih Abu Sulaiman Ad-daroni ditanya apakah
paling utamanya perkara yang bisa mendekatkan diri (taqorrub) kepada Alloh? beliau menjawab : Supaya Alloh mengetahui bahwa dalam hatimu tidak mengharapkan sesuatu kecuali hanya
Alloh, baik itu didunia maupun diakhirat.
٭ تـَطـَلُّعُكَ
اِلٰى بقاءِغَيرِهِ دَلِيلٌ علٰى عدمِ وِجْدَانِكَ لهُ واسْتِحياَشُكَ لفِقدَانِ
ماَسوَاهُ دليلٌ علٰى عدمِ وُصْلتكَ بهِ ٭
234. “ keinginanmu untuk tetapnya sesuatu
selain Alloh itu sebagai bukti bahwa kau belum bertemu Alloh, dan kerisauan mu karena kehilangan sesuatu selain Alloh itu bukti belum wushulnya kamu kepada Alloh.”
Mengharap tetapnya sesuatu itu berarti cinta
pada sesuatu tersebut, dan barang siapa mencintai sesuatu pasti dia menjadi
hamba sesuatu yang dicintai, begitu juga mengharap tetapnya warid, maqom,dan
lain-lain itu menujukkan kalau dia belum menemukan Alloh, dan barang siapa masih berhajat kepada selain Alloh itu berarti ia belum makrifat kepada Alloh, dan barang
siapa masih risau/susah sebab kehilangan ahwal atau warid atau lainnya, itu
berarti ia belum sampai/Wushul kepada Alloh. Karena orang yang sudah sampai itu tidak akan merasa risau/susah
sebab kehilangan sesuatu selain Alloh. Dan itulah bukti ia telah mencapai derajat yang tinggi, akan tetapi
selama masih menginginkan tetapnya sesuatu atau susah dengan hilang/tidak
adanya sesuatu, maka itu suatu bukti bahwa ia belum mencapai derajat hakikat.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.