بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab At-Tanwir fi-Isqothi at-Tadbir
Syeikh Ibn ‘Atho’illah as-Sakandary ra.
BAB ENAM
تنبيه وإعلام
اعلم أن التدبير إنما
يكون من النفس لوجود الحجاب فيها، ولو سلم القلب من مجاورتها، وصين من محادثتها،
لم تطرقه طوارق التدبير.وسمعت شيخنا أبا العباس المرسي رضي الله عنه يقول:(إن الله سبحانه وتعالى، لما خلق الأرض على الماء،
اضطربت فأرساها بالجبال، فقال: {والجبال أرساها}. (كذلك لما خلق النفس
اضطربت فأرساها بجبال العقل). انتهى كلام الشيخ أبي العباس رضي الله عنه.
فأي عبد توفر عقله،
واتسع نوره تنزلت عليه السكينة من ربه،
فسكنت في نفسه عن الاضطراب، ووثقت بولي الأسباب فكانت مطمئنة، أي خامدة ساكنة
لأحكام الله، ثابتة لأقداره، ممدودة بتأييده وأنواره، خارجة عن التدبير والمنازعة،
مسلمة لمولاها بأنه يراها: {أو لم يكف بربك أنه على كل شيء شهيد}.فاستحقت أنه يقال لها:
{يا أيتها النفس
المطمئنة، ارجعي إلى ربك راضية مرضية، فادخلي في عبادي وادخلي جنتي}.
Catatan penting
Ketahuilah, bahwa tadbir(hasrat
untuk ikut mengatur) itu muncul karena adanya hijab yang menutupi hatimu.
Seandainya hatimu terbebas dari hijab dan terjaga dari bisikannya, tentu tidak
akan terlintas hasrat untuk ikut mengatur dalam dirimu. Aku mendengar Syeikh
Abu al-Abbas ra. berkata, “Ketika Alloh menciptakan bumi di air, ia bergoyang.
Lalu Alloh mengokohkannya dengan gunung, maka Alloh berfirman, “Dan
gunung-gunung dipancangkan dengan teguh”. begitu pula ketika Alloh menciptakan
manusia(nafs), ia berguncang sehingga dikukuhkan dengan gunung akal”.
Karenanya, hamba yang memiliki dan
mempergunakan akal beserta cahayanya, niscaya ia akan mendapatkan ketenangan
dari Tuhannya. jiwanya tidak akan guncang dan gelisah. Selamanya ia akan
percaya kepada Tuhan yang menggenggam semua usaha. Dengan demikian ia tenang
menghadapi semua ketentuan/hukum Alloh, teguh ketika menerima takdir-Nya, dan
ditolong dengan bantuan cahaya-Nya. ia akan berhenti mengatur, dan pasrah kepada Tuhannya karena menyadari
bahwa Dia maha melihat. Alloh berfirman, “Tidak cukupkah bahwa Tuhanmu
menyaksikan segala sesuatu”. Orang yang
seperti itu layak di panggil, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang ridho dan di ridhoi oleh-Nya. Masuklah kedalam
golongan hamba-Ku dan masuklah kedalam surga-Ku”.
وفي هذه الآية خصائص
عظيمة، ومناقب لهذه النفس المطمئنة جسمية منها: أن النفوس ثلاثة: أمارة - ولوامة -
ومطمئنة. فلم يواجه الحق سبحانه وتعالى واحدة، من
الأنفس الثلاث إلا المطمئنة، فقال في الأمارة:
{إن النفس لأمارة
بالسوء}.
وفي
اللوامة: {ولا اقسم بالنفس اللوامة}. واقبل على هذه بالخطاب
فقال: {يا أيتها النفس المطمئنة ارجعي}.
Ayat tersebut menjelaskan beberapa
keistimewaan dan kemuliaan jiwa yang tenang. diantaranya: Pertama, Ayat
tersebut menunjukkan bahwa ada Tiga macam jiwa, yaitu : Ammaroh (jiwa yang
memerintahkan kepada keburukan). Lawwamah (Jiwa yang menyesali diri). dan
Mutmainnah (jiwa yang tenang). Alloh swt
tidak menghadapi/berbicara kecuali pada jiwa yaang tenang (Mutmainnah). tentang
jiwa yang memerintahkan keburukan(Ammaroh) Alloh berfirman, “Sesungguhnya nafs
itu selalu memerintahkan kepada keburukan”. tentang jiwa yang menyesali diri
(Lawwamah) Alloh berfirman, “Aku bersumpah dengan jiwa yang menyesali
diri”. sementara kepada jiwa yang
tengang (Mutmainnah) Alloh mengatakan kepadanya, “Wahai jiwa yang tenang,
kembalilah”.
الثاني: تكنيته إياها،
والتكنية في لغة العرب تجليل في الخطاب، وفخر عند أولى الألباب
Kedua,
Dalam ayat itu Alloh memberikan nama kuniyyah (julukan) dalam bahasa arab, nama
julukan untuk mengungkapkan kemuliaan dan kebanggan bagi orang yang berakal.
الثالث: مدحه إياها
بالطمأنينة ثناء منه عليها بالاستسلام إليه، والتوكل عليه.
Ketiga,
Alloh memuji dan menyanjungnya sebagai jiwa yang tenang karena berserah diri
dan bersandar kepada-Nya.
الرابع: وصفة هذه النفس
بالطمأنينة، والمطمئن هو المنخفض من الأرض، فإذا انخفضت بتواضعها وانكسارها، أثنى
عليها مولاها إظهارا لفخرها لقوله صلى الله عليه وسلم:(من
تواضع لله رفعه الله).
Keempat,
Alloh menggambarkannya sebagai jiwa yang bersifat tenang. Kata al-Muthmainn itu
berarti tanah yang rendah. Karena ia merendah dengan ketawadhuannya. Alloh
memujinya dan memperlihatkan kemuliaannya. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi
saw. “Siapa yang merendahkan diri kepada Alloh, Alloh akan memuliakannya”.
الخامس: قوله تعالى: {ارجعي إلى ربك راضية مرضية}. فيه إشارة إلى انه لا
يؤذن للنفس الأمارة، واللوامة بالرجوع إلى الله تعالى رجوع الكرامة، بل إنما ذلك
للنفس المطمئنة لأجل ما هي عليه من الطمأنينة قيل لها:{ارجعي
إلى ربك راضية مرضية}.فقد أبحنا لك الدخول إلى
حضرتنا، والخلود في جنتنا، فكان في ذلك تحريض للعبد على مقام الطمأنينة ولا يصل
إليه أحد إلا بالاستسلام إلى الله تعالى، وعدم التدبير معه.
Kelima,
Firman Alloh, “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridho dan diridhoi-Nya”. mengandung
isyarat bahwa jiwa yang memerintah kebururkan(ammaroh) dan jiwa yang menyesali
diri (lawwamah) tidak di ijinkan kembali kepada Alloh dengan penuh kemuliaan.
Hanya jiwa yang tenang yang di ijinkan kembali kepada-Nya karena ketentraman
yang dimilikinya. dikatakan kepadanya, “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridho
dan diridhoi-Nya”. Yakni, Kami membolehkan kepadamu menghadap kepada Kami dan
kekal disurga Kami. Ayat ini menyiratkan dorongan bagi hamba untuk mencapai maqom jiwa yang
tenang(Muthmainnah), yang hanya bisa dicapai dengan cara berserah diri kepada
Alloh swt. dan tidak ikut mengatur bersama-Nya.
السادس قوله: {ارجعي إلى ربك}.ولم يقل
إلى الرب، ولا إلى الله، فيه إشارة إلى رجوعها إليه من حيث لطف ربوبيته، لا إلى
قهر ألهيته، فكان ذلك تأنيسا لها وملاطفة وتكريما ومواددة.
Keenam,
Firman Alloh, “Kembalilah kepada Tuhanmu” Dia tidak mengatakan “Kepada Tuhan”
dan tidak “Kepada Alloh”. itu menunjukkan isyarat bahwa ia kembali menuju
kelembutan Rububiyyah-Nya.bukan pada keperkasaan Ilahiyyah-Nya. Ayat ini
menentramkan, menyejukkan dan merupakan bentuk penghormatan kepadanya.
السابع: قوله تعالى {راضية} أي عن الله في
الدنيا بأحكامه، وفي الآخرة بجوده وإنعامه، فكان في ذلك تنبيه للعبد أنه لا يحصل
له الرجعى إلى الله إلا مع الطمأنينة بالله، والرضا عن الله، وإلا فلا. وفي ذلك إشارة إلى أنه
لا يحصل أن يكون مرضيا عند الله في الآخرة، حتى يكون راضيا عنه في الدنيا. فإن قلت هذه الآية
تقتضي أن يكون الرضا من الله نتيجة الرضا من العبد، والآية الأخرى تدل على أن
الرضا من العبد نتيجة الرضا من الله عنه؟ فاعلم أن لكل آية ما أثبتت، فلا خفاء في
الجمع بين الآيتين، وذلك أن قوله تعالى: {رضي الله
عنهم ورضوا عنه}. يدل من وجود ترتيبه على أن الرضا من العبد
نتيجة الرضا من الله والحقيقة تقتضي بذلك، لأنه لو لم يرض عنهم أولا، لم يرضوا عنه
آخرا.والآية الآخرة تدل: على أن من رضي عن الله في الدنيا، كان مرضيا عنه في
الآخرة، وذلك بين لا إشكال فيه.
Ketujuh,
Alloh berfirman, “Dengan hati yang ridho”. yakni, ridho kepada Alloh di dunia
ini dengan menerima semua ketentuan dan hukum-Nya, dan di akhirat dengan kebaikan dan karunia-Nya. hal
ini mengingatkan kepada hamba bahwa kembalinya ia kepada Alloh hanya bisa
diraih dengan sikap tentram dan ridho kepada-Nya. ayat ini juga mengisyaratkan bahwa seseorang
baru bisa mendapatkan ridho dari Alloh di akhirot jika ia bisa ridho kepada
Alloh di dunia.
Mungkin kau berkata, “Ayat diatas
berarti menunjukkan ridho Alloh adalah akibat dari ridho hamba. Sementara ayat
lain menunjukkan bahwa ridho hamba adalah hasil dari ridho Alloh kepadanya”.
Ketahuilah kedua ayat yang kamu maksud ini sesungguhnya bisa digabungkan.
Firman Alloh, “Alloh ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Alloh”.
menunjukkan bahwa ridho hamba merupakan akibat dari ridho Alloh. dan itulah
yang sebenarnya terjadi. sebab, seandainya Alloh tidak ridho kepada mereka
tentu mereka tidak ridho kepada Alloh. sedangkan Ayat ini sesungguhnya berarti
barang siapa yang ridho kepada Alloh didunia ia akan mendapatkan ridho Alloh
diakhirat. pengertian ayat itu sungguh jelas.
الثامن:
قوله تعالى: {مرضية}
وذلك مدحة عظيمة لهذه النفس المطمئنة، وهي أجل المدح والنعوت، ألم تسمع قوله
تعالى: {ورضوان من الله أكبر}.. بعد أن وصف نعيم أهل الجنة أي رضوان من الله عنهم
فيها أكبر من النعيم الذي هم فيه
Kedelapan,
Firman Alloh, “Dan diridhoi oleh-Nya”. ini merupakan pujian yang sangat
istemewa kepada jiwa yang tenang. itu merupakan pujian dan sebutan yang
agung. Bukankah Alloh telah berfirman,
“Ridho dari Alloh adalah lebih besar”. Pernyataan itu diungkapkan setelah Alloh
meyebutkan berbagai kenikmatan yang didapat oleh penduduk surga. artinya,
dibandingkan semua kenikmatan surga, nikmat ridho Alloh kepada mereka merupakan
nikmat yang paling agung dan paling besar.
التاسع: قوله تعالى {فادخلي في عبادي}. فيه بشارة عظمى للنفس
المطمئنة إذ نوديت ودعيت إلى أن تدخل في عباده، وأي عباد هؤلاء؟ هم عباد التخصيص
والنصر، لا عباد الملك والقهر، هم العباد الذين قال الله فيهم:{إن عبادي ليس لك عليهم سلطان}.
وقال تعالى: {إلا عباد منهم المخلصين}. لا
العباد الآخرون الذين قال فيهم: {إن كل من السماوات
والأرض إلا آتي الرحمن عبدا}. فكان فرح النفس
المطمئنة بقوله: {فادخلي في عبادي} أشد من فرحها بقوله تعالى: {وادخلي
جنتي} لأن الإضافة الأولى إليه تعالى، والإضافة
الثانية إلى جنته.
Kesembilan,
Firman Alloh swt. “Masuklah kedalam golongan hamba-Ku”. ini mengandung isyarat
yang agung bagi jiwa yang tenang. Maksudnya ia diseru dan di ajak masuk ke
golongan hamba-Nya. lalu, hamba seperti apa yang dimaksud dalam ayat ini?
Mereka adalah hamba yang mendapatkan kemuliaan dan pertolongan, bukan hamba
yang menjadi target keMaha Kuasaan dan keMaha Perkasaan Alloh. Mereka adalah
hamba yang dikatakan Alloh “Engkau tidak mempunyai kekuasaan atas
hamba-hamba-Ku itu”. dan firman Alloh “...Kecuali para hamba yang ikhlas”.
Bukan hamba yang dikatakan Alloh, “Seluruh yang ada dilangit dan dibumi datang
kepada Tuhan yang maha Pemurah sebagai hamba”.
Kebahagiaan yang dirasakan oleh jiwa
yang tenang setelah mendengar firman Alloh, “Masuklah kedalam golongan
hamba-Ku” itu lebih besar daripada setelah mendengar firman Alloh selanjutnya
yaitu, “Dan masuklah kesurga-Ku”. karena sandaran yang pertama itu kepada Alloh
swt. sedangkan sandaran yang kedua itu dinisbatkan kepada surga-Nya.
العاشر: قوله تعالى: {وادخلي جنتي} فيه إشارة
إلى أن هذه الأوصاف التي اتصفت بها النفس المطمئنة، هي التي أدتها إلى أن تدعى أن
تدخل في عباده، وإلى أن تدخل في جنته، جنة الطاعة في الدنيا، والجنة المعلومة في
الآخرة. والله اعلم.
Kesepuluh,
Firman Alloh, “Dan masuklah kesurga-Ku”
ayat ini mengandung isyarat bahwa seluruh sifat yang dimiliki jiwa yang
tenang itu yang membuatnya layak diajak bergabung ke golongan hamba-Nya dan
masuk ke surga-Nya. Surga yang dimaksud adalah surga ketaatan didunia, dan
surga kenikmatan di akhirat. Wallohu a’lam..
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.