Ketika hati diselimuti kegelapan, hanya
'percikan cahaya Ilahi' sajalah yang meneranginya. Ketika mata-hati telah
dibutakan oleh nafsu dan hasrat telah menguasai jiwa, tak ada lagi yang bisa
ditunggu selain kehancuran. Hati hanya bisa dibersihkan dengan cahaya tauhid.
Jiwa akan merdeka bila selalu mengesakan Allah. Jika hati telah menjadi suci
dan jiwa terbebaskan, maka keduanya akan terbang menuju ke haribaan Allah dan
siap memperoleh kemenangan dari Ilahi (al-Fath ar-Rabbani) dan limpahan cahaya
dari Tuhan yang Maha Pengasih (al-Faidh ar-Rahmani)
"Jika kau masih takut dan berharap
pada manusia, maka dia menjadi tuhanmu. Jika kau masih menghadapkan hatimu pada
harta dunia, maka kau adalah budaknya, dan dia menjadi tuhanmu. Tak ada cinta
yang paling abadi, kecuali cinta seorang hamba kepada Allah. Seorang pencinta
tak akan meninggalkan kekasihnya, baik saat suka maupun saat derita."
Petuah-petuah dari pendiri dan pemuka
tharekat Qadariyah ini, Syeikh Abdul Qadir Jailani sangat penting bagi para
penempuh jalan ruhani (salik) yang selalu mengharapkan kerindhaan Allah.
Petuah-petuah dalam buku ini bisa dijadikan sebagai bimbingan yang sangat
berharga dalam menapak jalan sufi, mencapai kebeningan hati, dan meniti tangga
pengetahuan tentang Ilahi.
MUQODDIMAH
Bissmillahir-Rohmaanir-Rohiim
Wahai Allah, Wahai Dzat yang
mengetahui kelemahanku dari pemujian-Nya, daku mohon kepada-Mu kesempurnaan
memuji-Mu yang telah dibukakannya dari hakikat Asma dan Sifat-Mu, dan
ketampanan Dzat-Mu yang Mahalembut, maka ma’rifat Engkau kenalkan melalui
kesempurnaan-Mu yang lembut, dan ketika itu Engkau ilhamkan kepadanya dari
sesuatu yang dipujikan kepada-Mu yang tidak diilhamkan oleh lainnya, seperti
apa yang akan diilhamkannya di hari penampakkan secara berlipat ganda. Maka
kesendiriannya yang menyempurnakan di sana tampak akan memperjelas solawat dan
salamnya, yaitu solawat dan salam yang sama bertemu dengan kesempurnaan-Mu
yanng amat suci, melebihi keberadaan jiwa, dan akan memakaikan sesuatu yang
disampaikan oleh-Nya; dari kemuliaan solawat dan salam-Mu meliputi perwujudan
ma’nawi (yang tidak bisa diraba), berserta sesuatu yang bergantung dengan
keduanya dari kealaman makhluq dan perintah. Sehingga Engkau tidak meninggalkan
wahai Tuhanku, seseorang pun dari jajaran para Nabi-Mu, para Malaikat-Mu dan
orang-orang shalih hamba-Mu, kecuali telah dikenakan selimut dengan keutamaan
dan keagungan itu.
NASAB SYEIKH MUKHYIDDIN
Bernama Abu Muhammad Abdul Qadir
bin Abu Shalih Musa bin Abdullah Al-Jiili bin Yahya Az-Zahid bin Muhammad bin
Dawud bin Musa bin Abdullah Al Mahdii bin Hasan Al Mutsanna bin Hasan bin Ali
bin Abi Thalib r.a. (Semoga Allah meridhai mereka seluruhnya).