بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
BIMBINGAN RUHANI SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI (2)
Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
“Betapa besar kebutuhan kalian, wahai pencinta dunia! Betapa sangat besarnya
kebutuhan kalian semua untuk mendengarkan kata-kata ini! Betapa besar kebutuhan
kalian, wahai orang-orang yang hendak menjauhi kejahilan! Betapa sangat
besarnya kebutuhan kalian semua untuk mendengarkan kata-kata ini! Mayoritas
dari orang-orang yang berperilaku seperti zâhîd (mutazahhidîn) dan ahli ibadah
(mutaʽabbidîn)
sesungguhnya adalah budak-budak makhluk, yang mereka perlakukan seolah-olah
mereka adalah sekutu-sekutu Allah.
Wahai
engkau yang mengabdi dengan tulus kepada Tuhan, tanpa melakukan kemusyrikan
terhadap-Nya, engkau harus mendekati pintu Tuhanmu dan mengambil posisimu di
sebelah-Nya. Engkau tidak boleh mencoba lari manakala datang nasib yang malang.
Apabila engkau telah mengambil posisimu di pintu-Nya, dan malapetaka mengancam
untuk menyusulmu dari belakangmu, engkau harus berpegang kuat-kuat pada pintu
itu, sebab dengan demikian malapetaka itu akan terusir darimu oleh kekukuhan
tauhidmu dan sifat benarmu yang menggetarkan. Karena itu, manakala nasib malang
mengancam akan menyusulmu, engkau harus mempraktikkan kesabaran dan ketabahan,
sambil membaca firman-Nya: “Dan Allah mengukuhkan mereka yang beriman dengan
ucapan yang kukuh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat (QS Ibrâhîm (14) :
27). “Maka Allah akan memelihara kamu dari neraka. Dia Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui,” (QS Al-Baqarah (2):137).
Engkau
juga harus sering-sering mengucapkan kata-kata (Nabi Saw.): “Tidak ada daya dan
kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung (lâ hawla wa lâ
quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhîm).”
Engkau harus sering-sering memohon ampun (istighfâr), mensucikan (tasbîh)
Tuhan, dan mengingat-Nya dengan ketulusan yang jujur (shidq). Jika engkau
melakukan ini semua, engkau akan aman dari tentara bencana dan bala tentara
diri-diri rendah (nufûs), hawa nafsu (hawâ) dan setan.
Betapa
sering aku berusaha membuatmu menyadari, tetapi tetap saja engkau tidak
memahami masalahnya..“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka sungguh
dia adalah orang yang terbimbing lurus (QS Al-A‛râf (7)
:178)
“Barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka sungguh tidak ada pemandu baginya
(QS Al-A‛râf
(7):186). “Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada
orang yang akan dapat menyesatkannya (QS Al-Zumar (39) : 37).
Nabi
kita Muhammad Saw. tetap berharap bahwa mereka yang telah tersesat bisa
menerima petunjuk yang benar, dan beliau sangat menginginkan hal ini sehingga
Allah mewahyukan kepada beliau: “Sesungguhnya engkau tidak bisa memberi
petunjuk kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allah-lah yang membimbing
siapa yang dikehendaki-Nya (QS Al-Qashash (28) : 56).
Ketika itulah beliau Saw. berkata: “Aku telah diutus untuk menawarkan petunjuk,
tetapi (penerimaan) petunjuk itu tidak ada kaitannya denganku. Dan iblis
menyediakan godaan, tetapi penyimpangan dari jalan yang benar tidak ada
kaitannya dengan dia.”
Adalah
keyakinan yang kuat dari orang-orang yang mengikuti kitab Allah dan Sunnah
Rasul-Nya Saw. bahwa pedang tidaklah memotong karena sifatnya, tetapi bahwa
Allah-lah yang memotong dengannya; bahwa api tidaklah membakar karena sifatnya,
tetapi Allah-lah yang menggunakannya untuk membakar; bahwa makanan tidaklah
menghilangkan rasa lapar dikarenakan sifatnya, tetapi Allah-lah yang
menggunakannya untuk menghilangkan rasa lapar kita; bahwa air tidaklah
menghilangkan rasa haus dikarenakan sifatnya, tetapi Allah-lah yang
menghilangkan rasa haus kita dengannya.
Begitu
pula dengan semua sarana material dalam berbagai bentuknya. Allah adalah yang
mengendalikan dan menggunakannya, sementara sarana-sarana tersebut hanyalah
alat di tangan-Nya, yang dengannya Dia melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya.
Ketika Ibrahim a.s., sahabat khusus Allah, dilemparkan ke dalam api besar yang
berkobar-kobar, dan Tuhan tidak menghendaki dia terbakar hangus oleh panasnya,
maka Dia memberlakukan kepadanya keadaan dingin dan damai. Kita tahu, dari
hadis shahih yang telah sampai kepada kita, bahwa Nabi Saw. pernah mengatakan:
“Pada hari kiamat nanti, neraka akan berkata: “Lewatlah, wahai orang beriman,
sebab cahayamu telah memadamkan kobaran apiku!”
Seorang budak mungkin perlu dipukul dengan tongkat, tetapi anggukan kepala saja
sudahlah cukup untuk mengatakan kepada seorang merdeka apa yang diminta
darinya.”
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
“Wahai hamba-hamba Allah, kalian harus melaksanakan dengan setia lima kali
shalat dalam sehari semalam pada waktu-waktunya yang telah ditentukan. Kalian
harus melaksanakannya dengan memenuhi semua syarat-syaratnya dan semua
rukun-rukunnya. Kalian tidak boleh melaksanakannya dengan lalai, kalian pasti
sudah pernah mendengar kata-kata Allah: “Maka celakalah orang-orang yang
shalat, yang lalai akan shalat mereka (QS Al-Mâ‛ûn (107): 4-5).
Ibn ‘Abbâs r.a pernah mengatakan (untuk menjelaskan
hal yang tampaknya paradoks itu): “Demi Allah! Bukanlah yang dimaksud itu
adalah bahwa mereka meninggalkan shalat sama sekali, melainkan bahwa mereka
menunda-nundanya hingga keluar dari batas-batas waktunya yang telah
ditentukan.”
Bertobatlah, sebab dengan demikian Allah akan
melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian. Dan benar-benar setialah kepada kewajiban
kalian begitu kalian telah diberi ganjaran atas taubat kalian. Bertaubatlah
dari perilaku kalian yang salah di masa lalu. Bertaubatlah, wahai kalian yang
telah menunda-nunda shalat hingga keluar batas waktunya. Wahai kalian yang
melakukan penafsiran yang palsu (ta’wîl) dan mengambil argumentasi yang menipu
yamg dikemukakan oleh setan!
Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
“Wahai kalian yang membiarkan diri ditipu oleh cara-caranya yang mengkhianati!
Janganlah kalian mengira diri kalian kebal terhdap hukuman neraka. Janganlah
kalian tertipu, sebab kalian mungkin dihukum bahkan di dunia ini—dengan kebutaan,
ketulian dan sakit yang kronis, dengan kemiskinan yang disertai tidak adanya
kesabaran untuk menghadapinya, dan dengan ketergantungan pada orang lain di saat orang itu berhati keras terhadap kalian—dan
kemudian di akhirat dihukum dengan api neraka. Semua kesakitan ini dalah hasil
buruk dari tindakan pembangkangan dan dosa. Marilah kita berlindung kepada
Allah dari pembalasan dendam-Nya, dari kemarahan dan kemurkaan-Nya!
Ya Allah, ampunilah kami dan perlakukanlah kami
dengan kelemahlembutan-Mu dan kemurahan-Mu yang mulia, bukan dengan
keadilan-Mu! Anugerahilah kami berkah kepada kehendak-Mu. Amin.
Nabi Saw. diriwayatkan telah mengatakan: “Allah
Swt. Telah menciptakan malaikat-malaikat penyiksa (zabâniyah) di dalam neraka.
Mereka melayani Allah dengan cara melakukan balas dendam terhadap
musuh-musuh-Nya, orang-orang kafir. Jadi, manakala Dia berkehendak untuk
menyiksa seorang kafir, Dia berkata kepada malaikat-malaikat itu: ‘Peganglah
dia!’ Tujuh puluh ribu malaikat dari mereka dengan segera maju ke depan ke arah
orang kafir itu, dan begitu dia jatuh ke tangan salah satu malaikat itu, dia
meleleh bagaikan gajih di dalam api, hingga tak ada sesuatu pun yang tertinggal
pada tubuhnya kecuali lelehan-lelehan. Kemudian Allah mengembalikan tubuhnya
kepada keadaannya yang semula, dan para malaikat itu lalu mengikatnya dengan
belenggu dan rantai api, mengikat kepala dan kakinya bersama-sama. Kemudian
mereka melontarkannya ke dalam api nereka.”
Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani pernah ditanya oleh seseorang mengenai pikiran-pikiran
yang muncul di benak (khawâthir), lalu beliau menjelaskan:
“Bagaimana menjelaskan kepadamu apa itu khawâthir? Khawâthir itu datang dari
setan, dorongan alamiah (thabʽ), nafsu (hawâ) dan
dunia ini. Kepentingan atau kepedulianmu (hamm) adalah apa saja yang paling
penting menurutmu. Jenis pikiran-pikiranmu akan sejalan dengan kepentinganmu
yang sedang aktif. Sebuah lintasan pikiran
(khâthir) yang diilhami oleh Tuhan Yang Maha Benar hanya datang ke hati, bebas
dari apapun selain Dia. Sebagaimana telah difirmankan-Nya, “Aku berlindung
kepada Allah dari menahan siapa pun kecuali dia yang padanya kami temukan harta
kami,” (QS Yûsuf (12) : 39).
Jika Allah dan ingatan kepada-Nya (dzikr) hadir
dalam dirimu, maka harimu pasti akan dipenuhi dengan kedekatan-Nya, dan
pikiran-pikiran yang disarankan oleh setan, nafsu dan dunia ini semuanya akan
menjauhimu. Ada semacam pikiran yang datang dari dunia ini dan macam lain yang
datang dari akhirat. Ada pikiran yang datang dari para malaikat, pikiran yang
datang dari diri rendah (nafs) dan pikiran yang datang dari hati. Juga ada
pikiran yang datang dari Tuhan Yang Maha Benar.
Oleh karena itu, adalah perlu bagimu, wahai orang
yang benar (shâdiq), untuk membuang semua pikiran lain dan hanya mengandalkan
kepada pikiran Tuhan Yang Maha Benar. Jika engkau menolak pikiran dari diri
renadah, pikiran nafsu, pikiran setan dan pikiran dunia, maka pikiran akhirat
akan datang kepadamu. Kemudian kamu akan menerima pikiran malaikat, dan
akhirnya pikiran Tuhan. Ini adalah tahap yang terakhir.
Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
“Wahai kaumku! Rabb Al-Haqq melimpahkan berkah-Nya kepada kalian agar Dia bisa
melihat apakah kalian akan bersyukur ataukah kufur, apakah kalian akan mengakui
ataukah mengingkari, apakah kalian akan taat ataukah membangkang.
Kalian tidak boleh merasa terlalu gembira dengan situasi di mana kalian
bergelimang dalam pujian orang banyak sementara kesalahan-kesalahan kalian
tetap tersembunyi. Kehinaan akan datang cepat
ataupun lambat kepada orang yang mengatakan:
“Ya Allah, Engkau telah memberiku lebih dari yang
patut kuterima, dan Engkau telah menyebarluaskan kemasyhuran dan reputasiku di
kalangan manusia. Ya Allah, janganlah Engkau hinakan aku di hadapan mereka pada
hari kebangkitan, sebab aku mempunyai kesalahan yang tersembunyi dan nama harum
yang tersebar.”
Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
“Tak ada sesuatu pun yang akan jatuh ke tanganmu dari Tuhan Yang Maha Benar
disebabkan oleh kemunafikanmu, bicaramu yang lancar dan kefasihanmu, yang
membuat mukamu pucat, memunculkan tambalan-tambalan pada jubahmu yang kumal,
membuat pundakmu bungkuk dan membuatmu pura-pura menangis. Semua hal itu datang
dari diri rendahmu (nafs), setanmu, sikap syirikmu terhadap makhluk-makhluk dan
usahamu untuk mendapatkan keuntungan duniawi dari
mereka.
Engkau harus berprasangka baik terhadap orang lain
dan memandang buruk terhadap dirimu sendiri. Engkau harus memandang rendah diri
rendahmu (nafs) dan melakukan pengendalian terhadapnya. Ingat-ingatlah hal ini
sampai dikatakan kepadamu: “Berbicaralah tentang nikmat-nikmat Tuhanmu!” Putra
Syamʽûn—semoga Allah merahmatinya—biasa mengatakan,
manakala dia
menerima anugerah karismatik (karâmah): “Ini adalah penipuan. Ini dari setan.
“Dia terus mengatakan itu sampai kepadanya dikatakan: “Siapa engkau, dan siapa
ayahmu? Berbicaralah tentang anugerah Kami kepadamu!”
Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
“Wahai para pecinta! Wahai para pencari! Waspadalah, jangan sampai kalian
kehilangan Rabb Yang Maha Benar, sebab jika kalian kehilangan Dia, berarti
kalian telah kehilangan segala-galanya. Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Agung
mewahyukan kepada ʽȊsâ a.s : “Wahai ʽȊsâ, waspadalah, jangan sampai
engkau kehilangan Aku, sebab jika engkau kehilangan Aku, berarti engkau telah
kehilangan segala-galanya, tetapi jika engkau tidak
kehilangan Aku, berarti engkau tidak kehilangan apa pun.”
Mûsâ a.s mengatakan kepada Tuhannya dalam
munajatnya kepada-Nya: “Wahai Tuhanku, nasihatilah aku!” Maka Dia lalu
menjawab: “Aku menasihatkan kepadamu agar bertawakal kepada-Ku dan mencari-Ku.”
Percakapan ini diulang empat kali, setiap kali dengan permintaan yang sama dari
Mûsâ a.s dan jawaban yang sama pula dari Tuhannya. Tuhan tidak mengatakan
kepadanya agar mencari dunia, ataupun mencari akhirat. Seolah-olah Dia mengatakan
kepadanya: “Aku menasihatkan kepadamu agar taat kepada-Ku dan tidak membangkang
kepada-Ku. Aku menasihatkan kepadamu agar mencari kedekatan-Ku. Aku
menasihatkan kepadamu agar mengukuhkan keesaan-Ku (tauhîd) dan bekerja demi
Aku. Aku menasihatkan kepadamu agar berpaling dari segala sesuatu selain Aku.”
Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
“Wahai kalian pengemis-pengemis yang melarat, kalian harus menanggung
kemelaratan kalian dengan sabar, sebab dengan demikian kesejahteraan akan
datang kepada kalian baik di dunia maupun di akhirat nanti. Nabi Saw.
diriwayatkan telah mengatakan: “Kemiskinan dan kesabaran adalah teman duduk
(julasâ’) Allah di hari kebangkitan, dan orang-orang miskin dan mereka yang
bersabar adalah teman-teman duduk ar-Rahmân (Yang
Maha Pengasih), dengan hati mereka hari ini dan dengan jasad mereka esok.”
Mengenai orang-orang miskin yang kebutuhannya
adalah terhadap Tuhan Yang Maha Benar dan mereka yang bersabar dengan-Nya dan
bersikap tak acuh terhadap semua yang lain, maka hati mereka adalah tenang dan
tunduk di hadirat-Nya. Mereka tidak memberikan perhatian kepada seorang pun
selain kepada-Nya. Kepada mereka, seolah-olah Allah Swt. Mengatakan sebagaimana
yang dikatakan-Nya tentang Mûsâ a.s: Dan kami telah mengharamkan ibu-ibu susu
baginya sebelum itu (QS 28:12).
Apabila hati sehat dan benar-benar mengenal
(‘arafa) Tuhan Yang Maha Benar, maka ia akan menolak untuk mengakui yang lain.
Ia akan menemukan persahabatan yang intim dengan-Nya dan merasa terasing dengan
semua yang lain. Ia akan merasakan kenyamanan di sisi-Nya dan tidak nyaman
bersama siapapun selain-Nya.
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Jala Al-Khathir
Bersambung klik disini
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Title : (Jala Al-Khathir) BIMBINGAN RUHANI SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI (2)
Description : BIMBINGAN RUHANI SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI (2) Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Betapa besar kebutuhan kalian, wahai pen...