بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab At-Tanwir fi-Isqoth at-Tadbir
Syeikh Ibn ‘Atho’illah as-Sakandary ra
Syeihk Ibnu ‘Ato’illah mengajak kita untuk memahami posisi
kita sebagai seorang hamba Alloh. Dan Alloh lah sang majikan. Sebagi seorang
hamba-Nya, kita dituntut untuk selalu memperhatikan pengabdian kita kepada-Nya.
Tidak malah sebaliknya, yaitu sibuk memikirkan kepentingan dan kepuasan diri sendiri.
Karena itu Syeihk ibnu ‘Ato’illah mengingatkan kita akan pentingnya
Isqotut-tadbir, yakni menghilangkan rasa diri dari ikut mengtur.
Keperluan
dan kebutuhan hidup makhluk sebetulnya sesuatu yang sudah dan selalu dijamin
oleh Alloh. Dengan Ilmu-Nya, Alloh sudah mengatur diri kita bahkan sebelum kita
ada, dan setelah kita dilahirkan didunia ini, Alloh pun terus mengatur urusan
kita. Tapi anehnya, setelah manusia berakal, kebanyakan manusia lupa kalau
urusan hidupnya sudah ada yang mengatur, yaitu Alloh. Sehingga mereka ingin
mengambil alih hak pengaturan itu. Mereka ingin mereka sendiri yang mengatur
dan menentukan hidupnya sendiri. Sedangkan Alloh disuruh melayani semua
kebutuhannya.
Menurut
syeikh, hal ini sebagai bukti ketidak bersyukuran atas nikmat akal. Alloh tidak
berhenti mengatur dan mengurusi kita sekalipun kita sudah berakal. Sedangkan
akal kita seharusnya kita gunakan untuk memahami dan melaksanakan perintah
Alloh, memahami dan mengerjakan secara baik ketentuan Alloh. bukan untuk
melanggarnya. Yang lebih penting yang harus kita perhatikan adalah apa yang
dituntut Alloh atas dirikita, bukan apa yang dijamin Alloh untuk kita. Dalam
kitab Al-Hikam As-Syeikh berkata :
٭ اِجْتِهادُكَ فيمَا ضُمنَ لكَ وتقـْصِيرُكَ فيماَ طُلبَ منكَ
دَلِيلٌ على انطِماسِ البَصِيْرَةِ منكَ ٭
"Kerajinanmu untuk mencapai apa-apa yang
telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, di samping kelalaianmu terhadap
kewajiban-kewajiban yang di amanatkan kepadamu, membuktikan butanya mata
hatimu."
Seberapa banyak upaya,
tenaga, dan pemikiran yang kau curahkan untuk memenuhi keinginanmu, tetap saja
takkan tercapai jika tak sesuai dengan keputusan dan ketentuan Tuhan. Dalam hal
ini as-Syeikh berkata :
٭ سَوَابِقُ الهِماَمِ لاَ تَحْرِقُ اَسْوَرَالاَقْدَارِ ٭
"Kerasnya himmah /semangat perjuangan,
tidak dapat menembus tirai takdir”
Maka dari itu :
٭ اَرِحْ نَفْسَكَ منَ التـَدْ بـِيْرِفماَ قامَ بهِ غيرُكَ عَنْكَ
لا تقـُمْ بهِ لنـَفـْسك ٭
“ Istirahat/enakkan dirimu/pikiranmu dari kesibukan mengatur dirimu, dari
apa-apa yang telah diatur/dijamin oleh selain kamu(yaitu Alloh), tidak perlu
engkau ikut sibuk memikirkannya."
Dalam pandangan Syeikh
Ibnu ‘Ato’illah, sibuk mengatur nasib diri sendiri, sejatinya adalah tindakan
yang sia-sia, apalagi bila kesibukan itu melalaikan manusia dari tugas-tugas
sebagai hamba.
Aneh sekali bila manusia
tetap ingin ikut mengatur dirinya. padahal, mereka pada dasarnya tidak
mengetahui apa yang terbaik bagi dirinya. Karena Alloh-lah yang mengetahui apa
yang terbaik buat para makhluk-Nya, dan Alloh senantiasa mengatur secara
baik,walaupun tanpa sepengetahuan manusia.
Tidak percaya kalau Alloh itu mengatur urusan
makhluk-nya itu membuktikan lemahnya iman, dan buki minimnya cahaya makrifat
dihati kita.
Syeikh Ibnu ‘Ato’illah juga
mengatagorikan sikap sibuk mengatur diri sebagi bentuk syirik Rububyyah. Bila
syirik Uluhiyyah itu berarti meyakini ada Tuhan selain Alloh yang patut
disembah atau menentang ketuhanan Alloh. Sedang syirik Rububyyah berarti
meyakini ada pengatur lain yang ikut mengurus dan mengatur kehidupan selain
Alloh (dalam hal ini kita meyakini bahwa kita bisa menjadi pengatur
selain-Nya), atau menentang pengaturan Alloh.
Syeikh Ibnu ‘Ato’illah
bermaksud menyadarkan kita akan sesuatu yang berbahaya dalam konteks penghambaan
kita kepada Alloh.
Orang yang menjaga
Adabiyyah/kesopanan kepada Alloh dan tak ingin jauh dari-Nya, tentu akan
berusaha menggugurkan Tadbir dan irodah mereka yang membuat mereka terhijab
dari Alloh. Mereka akan keluar dari gelapnya tadbir (sikap mengatur diri)
menuju terangnya Tafwidh (sikap penyerahan urusan dan pilihan hidup kepada
Alloh, sehingga mereka menyaksikan behwa diri ini diatur dan tidak turut
mengatur, ditentukan dan tidak ikut menentukan, dan digerakkan dan tidak
bergerak sendiri. Untuk itu diperlukan Ridho dengan pengaturan Alloh dan
husnud-dhon kepada Alloh, Alloh lebih tahu mengenai apa yang terbaik buat
hamba-Nya. Alloh pun sudah berjanji bahwa siapa yang bertawakkal kepada-Nya,
dia akan mencukupinya.
Kepasrahan ala tasawuf Syeikh Ibnu ‘Ato’illah ini, tidak berarti sebagai
kepasifan dalam hidup, tidak berarti harus berhenti berusaha/ikhtiyar, bekerja
atau berhenti berdo’a, lantaran
meyerahkan semua pada Alloh. Akan tetapi cara memandang, merasa, dan menyikapi
hidup. Yakni semua yang terjadi dalam kehidupan kita baik bekerja, usaha dan
berdo’a itu semua sebagai aturan Alloh. sehingga dengan kepasrahan ini akan
membuahkan sikap hati tidah mudah putus asa bila terjadi kegagalan, dan tidak
merasa sombong bila terjadi keberhasilan, dan akan menjadikan kita optimis
dalam menjalani kehidupan, karena Alloh Dzat yang maha Pengasih dan Penyayang
pada Hamba-Nya. Wallohu a’lam bis-showab.
(As Hakim PPA.)
Daftar isi:
(silahkan klik untuk membaca)
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.