بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
MENGENAL DIRI SENDIRI
Berikhtiar menempuh proses
pembelajaran diri sendiri sehingga dapat menjadi hamba-Nya yang bisa
punya rasa dan tidak hanya bisa merasa punya
Dalam :
Pembelajaran diri meningkatkan wawasan ilmu
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا (طه: 114)
“dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Tha Ha, 20 : 114)
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ
لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ
طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا
رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (التوبة: 122)
“Tidak sepatutnya bagi
orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah, 9 : 122)
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ
يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ
يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ
كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
(الأنعام: 125)
“Barang siapa yang Allah
menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan
dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki
Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit,
seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan
siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am, 6 : 125)
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ
لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ
قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (الزمر:
22)
“Maka apakah orang-orang yang
dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat
cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka
kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk
mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az-Zumar,
39 : 22)
Selalu memperhatikan diri sendiri (Muhasabah bi nafsih)
Dalam :
Hubungan fungsional kepada alam lingkungan
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا (البقرة: 29)
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 29)
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً (البقرة: 30)
“Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 30)
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي
عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (الروم: 41)
“Telah nampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum, 30 : 41)
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ (شعب الإيمان 13/ 401)
“Orang-orang yang memperoleh
belas kasih adalah mereka yang dikasihi Allah Yang Maha Pengasih.
Kasihilah makhluk yang ada di Bumi agar kalian dikasihi makhluk yang ada
di langit.”(Syu’abu al-Iman, 13 : 401)
Selalu memperhatikan diri sendiri (Muhasabah bi nafsih)
Dalam :
Hubungan horisontal kepada sesama manusia
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ
أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ
وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ (آل
عمران: 112)
“Mereka diliputi kehinaan di mana
saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama)
Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat
kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.” (QS. Ali Imran, 3 :
112)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (الأنبياء: 107)
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’, 21 : 107)
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ
لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ
بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ (الروم: 21)
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
(QS. Ar-Rum, 30 : 21)
إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا،
وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ
كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ (صحيح البخاري3/ 38)
“Sesungguhnya kamu berkewajiban
menunaikan hak-hak kepada Tuhanmu, kepada dirimu sendiri, dan kepada
keluargamu. Tunaikanlah setiap pemilik hak itu haknya masing-masing.”
(Shahih Bukhari, 3 : 38)
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ – أَوْ قَالَ: لِجَارِهِ – مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (صحيح مسلم 1/ 67)
“Tidaklah (sempurna) iman salah
seorang di antara kamu sebelum mencintai saudaranya –atau Nabi saw
bersabda : “mencintai tetangganya”- sebagaimana dia men cintai dirinya
sendiri.” (Shahih Muslim, 1 : 67)
Selalu memperhatikan diri sendiri (Muhasabah bi nafsih)
Dalam :
Hubungan vertikal kepada Allah dan Rasul-Nya
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ
أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ
وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ (آل
عمران: 112)
“Mereka diliputi kehinaan di mana
saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama)
Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat
kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.” (QS. Ali Imran, 3 :
112)
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. لَا شَرِيكَ لَهُ
وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (الأنعام: 162، 163)
“Katakanlah: “Sesungguhnya salat,
ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,
tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”
(QS. Al-An’am, 6 : 162-163)
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ
الْمُطْمَئِنَّةُ . ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً .
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي. وَادْخُلِي جَنَّتِي (الفجر: 27 – 30)
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke
dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS.
Al-Fajr, 89 : 27-30)
الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ
يَتَزَكَّى. وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى. إِلَّا
ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى. وَلَسَوْفَ يَرْضَى. (الليل: 18 –
21)
“yang menafkahkan hartanya (di
jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun
memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia
memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha
Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” (QS. Al-Lail, 92 :
18-21)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي
يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي
فَقَدْ أَبَى (صحيح البخاري ـ م م 9/ 92)
“Dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah saw bersabda, “Semua umatku akan masuk surga kecuali yang
menolak.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah. Siapa yang dimaksud
dengan orang yang menolak itu ?” Jawab Rasulullah saw, “Barangsiapa yang
taat kepadaku masuk surga dan barangsiapa yang mendurhakai aku sungguh
dia orang yang menolak (masuk surga itu).” (Shahih Bukhari, 9 : 92)
Memberikan manfaat kepada orang lain
وَالْعَصْر. إِنَّ الْإِنْسَانَ
لَفِي خُسْ . إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. (العصر: 1 – 3)
“Demi masa. Sesungguhnya manusia
itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati
kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS.
Al-‘Ashr, 103 : 1-3)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (فصلت: 46)
“Barang siapa yang mengerjakan
amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa
yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali
tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya).” (QS. Fushshilat, 41 :
46)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ (الجاثية: 15)
“Barang siapa yang mengerjakan
amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barang siapa
mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian
kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Jatsiyah, 45 : 15)
أحبُّ الناسِ إلى الله أنفعُهم للناس (جمع الجوامع أو الجامع الكبير للسيوطي ص: 984)
“Manusia yang lebih aku sukai
kepada Allah adalah manusia yang memberikan manfaat kepada sesamanya.”
(Jam’u al-Jawami’ awi al-Jami’i al-Kabir, As-Suyuthi, hlm. 984)
خير الناس أنفعهم للناس (البيهقي والطبراني، كنوز السنة النبوية ص: 78)
“Sebaik-baik manusia adalah yang
dapat memberikan manfaat bagi sesamanya.” (Baihaqi dan Thabrani, Kunuzu
as-Sunnati an-Nabawiyyah, hlm. 78)
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ –
أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ – شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ،
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ (صحيح مسلم 1/ 63)
“Iman itu tujuh puluh tiga cabang
lebih –atau enam puluh tiga cabang lebih- maka puncak tertingginya
ucapan : “La ilaha illallah”dan tingkat terendahnya menyingkirkan duri
(sesuatu yang dapat menyakiti orang lain) dari jalan.” (Baihaqi dan
Thabrani, Kunuzu as-Sunnati an-Nabawiyyah, hlm. 78)
Berihtiar Selalu memperhatikan diri sendiri (muhasabah bi nafsih)
وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
“… dan terhadap dirimu apakah tidak kamu perhatikan ?” (QS. Adz-Dzariyat, 51 : 21)
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُم
“Mengapa kamu suruh orang lain
(mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu
sendiri ….” (QS. Al-Baqarah, 2 : 44)
اِبْدَأْ بِنَفْسِك ثُمَّ بِمَنْ تَعُول
“Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian orang terdekatmu” (HR. Nasa’i)
إِذَا أَعْطَى اللَّهُ أَحَدَكُمْ خَيْرًا فَلْيَبْدَأْ بِنَفْسِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ
“Apabila Allah memberikan kepada
salah seorang di antaramu suatu kebajikan, mulailah (mengamalkannya)
dari dirimu sendiri dan anggota rumah tanggamu” (HR. Muslim)
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ،
أَنَّهُ قَالَ فِي خُطْبَتِهِ: حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ
تُحَاسَبُوا وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا (مصنف ابن أبي
شيبة 7/ 96)
“Dari Umar bin Khaththab, bahwa
beliau berkata dalam khutbahnya : “Perhitungkan dirimu sebelum kamu
diperhitungkan da n pertimbangkan dirimu sebelum kamu dipertimbangkan.”
(Ibnu Abu Syaibah, 7 : 96)
Berihtiar menempuh proses
pembelajaran diri sendiri sehingga dapat menjadi hamba-Nya yang bisa
punya rasa dan tidak hanya bisa merasa punya
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي
كَبَدٍ . أَيَحْسَبُ أَنْ لَنْ يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ . يَقُولُ
أَهْلَكْتُ مَالًا لُبَدًا . أَيَحْسَبُ أَنْ لَمْ يَرَهُ أَحَدٌ . أَلَمْ
نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ . وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ . وَهَدَيْنَاهُ
النَّجْدَيْنِ . فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ . وَمَا أَدْرَاكَ مَا
الْعَقَبَةُ . فَكُّ رَقَبَةٍ. {أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ .
يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ . أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ . ثُمَّ كَانَ
مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا
بِالْمَرْحَمَةِ . (البلد: 4 – 18)
“Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia berada dalam susah payah. Apakah manusia itu
menyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atasnya? Dia
mengatakan: “Aku telah menghabiskan harta yang banyak”.Apakah dia
menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya? Bukankah Kami telah
memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami
telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Maka tidakkah sebaiknya (dengan
hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar? Tahukah kamu
apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari
perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim
yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia
termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan
saling berpesan untuk berkasih sayang.” (QS. Al-Balad, 90 : 4 – 18).
وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا
آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (المائدة: 48)
“Tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” (QS.
Al-Maidah, 5 : 48)
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ
مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ
بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(البقرة: 148)
“Maka berlomba-lombalah kamu
(dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 148)
ما آمن بي من بات شبعانا وجاره جائع إلى جنبه وهو يعلم به (معجم الطبراني الكبير 17/ 171)
“Tidak beriman kepadaku orang
yang tidur dalam kekenyangan sedangkan tetangga dekatnya kelaparan
padahal dia mengetahuinya.” (Mu’jamu al-Kabir Ath-Thabrani, 17 : 171)
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.