بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Samudera Al-Quran
Imam Al-Ghazali
SETELAH memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt, yang merupakan
segala pembuka kitab, serta shalawat kepada para Rasul-Nya yang menjadi
pengunci setiap kitab; maka saya benar-benar menggugah tidur Anda, wahai
orang yang selalu tekun membaca dan mengamalkan kajian Al-Qur’an. Anda,
yang selalu menyelami makna-makna realitas dan globalnya, sampai kapan
Anda mengarungi samudera sambil memejamkan mata dari
keanehan-keanehannya? Ataukah Anda sudah menaiki puncak-puncak gelombang
untuk melihat keajaiban-keajaibannya? Apakah Anda telah mengembara
sampai kejazirahnya hingga menemui keindahannya?
Apakah Anda menyelami dan mengarungi kedalamannya, untuk menemukan
mutiaranya? Ataukah mata Anda tertutupi dan inti dan mutiaranya, karena
terpesona oleh ombak dan gemuruh fenomenanya? Sudahkah sampai kepada
Anda, bahwa Al-Qur’an merupakan samudera maha luas? Kemudian dari
samudera itu berantai-rantai, bercabang-cabang ilmu pengetahuan
orang-orang primitif dan orang-orang zaman akhir, sebagaimana samudera
itu sendiri bercabang-cabang pada sungai dan parit-parit? Ataukah Anda
telah memandang benar mereka yang menyelam di balik gejolak ombak, lalu
mereka dapatkan “Al-Kibrit Al-Ahmar”? Kemudian mereka mengarungi dan
menyelami kedalamannya, lalu mengeluarkan “Belerang Merah”, dan mutiara
cemerlang, serta zamrud hijau? Lalu mereka mengarungi setiap pantainya,
lantas menemukan aroma keharuman dahsyat dan permata bening dengan
sebuah tangkai basah yang hijau? Lalu Anda ikatkan pada lingkaran
perikehidupan yang di dalamnya penuh dengan semerbak wangi aroma misik?
Karenanya, sekarang saya tunjukkan yang sebenarnya kepada Anda,
sambil berharap atas berkat dan doa Anda, bagaimana cara mengarungi
samudera Al-Qur’an yang maha luas itu.
Maksud-maksud Al-Qur'an dan Raganya
Adapun rahasia yang dikandung Al-Qur’an, dengan lubuk jiwa dan
maksudnya yang luas, sebagai dakwah bagi hamba menuju pengabdian kepada
Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Luhur, Tuhan dunia dan akhirat,
pencipta langit yang tinggi serta bumi, juga alam di antara langit dan
bumi, di bawah cakrawala.
Karena itu, surat-surat AI-Qur’an tersimpul dalam enam macam:
(a) Tiga sub-bab yang pokok, merupakan cakrawala utama dan
prinsip-prinsip pokok. Dan, (b) Tiga sub-bab pelengkap yang lain,
merupakan pelengkap yang menyempurnakan.
Tiga hal yang pokok berisi:
Pengenalan terhadap substansi kandungannya,
Pengenalan terhadap jalan lurus (shirathal muslaqim) yang harus diamalkan,
Pengenalan metode agar sampai (wushul) ke shirathal mustaqim.
Tiga hal pelengkap yang menyempumakan adalah:Pengenalan
perilaku hamba-hamba yang mencintai Allah sebagai dakwah, disamping
pengenalan tentang kelembutan-kelembutan di dalam jiwa mereka, tujuan,
kerinduan dan kecintaannya kepada Allah. Dikenalkan pula perilaku mereka
yang menentang dan menyimpang dan perintah Allah (ijabah), serta
mengetengahkan bagaimana Allah membalas perilaku mereka itu, disamping
rahasia Allah, maksud dan pengibaratan-Nya.
Hikayat perilaku orang-orang yang jahat dan terbukanya aib serta
kebodohan mereka melalui argumentasi dan kontranya terhadap Al-haq.
Allah juga mengetengahkan rahasia dan tujuan di balik kebatilan mereka,
sebagai pengungkapan aib mereka. Dan di sisi kebenaran, aib mereka
terungkap, dan tiada berdaya.
Mengetengahkan perihal jalan yang berstruktur, dan suatu upaya dalam rangka mendapatkan bekal, karunia dan persiapan.
Syarah dan Tujuan Al-Quran
A. Pengenalan Substansi Tujuan
Yakni, penafsiran terhadap ma’rifat kepada Allah Swt. Substansi ini merupakan Al-Kibrit Al-Ahmar yang terdiri dari:
Pengenalan Dzat Allah Swt.
Pengenalan terhadap sifat-sifat-Nya.
Pengenalan terhadap pekerjaan-pekerjaan-Nya.
Ketiganya merupakan “permata merah”, yakni, faedah yang
diprioritaskan di balik Al-Kibrit Al-Ahmar. Sebagaimana pada “belerang”
itu sendiri, ada beberapa tingkatan: Yang paling utama berwarna merah,
kemudian merah kehitam-hitaman, lalu kuning. Antara satu dengan yang
lain, akan semakin lebih indah. Begitu juga soal ma’rifat terhadap
ketiga persoalan di atas.
1. Ma'rifat Dzat, Ma’rifat ini ibarat
belerang merah, yang diiringi dengan ma’rifat terhadap sifat-sifat, yang
diibaratkan sebagai belerang merah kehitam-hitaman, disusul kemudian
dengan ma’rifat af’al, sebagai belerang kuning. Keindahan masing-masing
belerang ini, secara eksistensial ada yang lebih mulia dan luhur. Allah
Yang Maha Diraja, tidak mengenalkannya kecuali dengan hal yang mudah,
dan kadang-kadang dengan hal yang banyak. Begitu pula dengan ma’rifat
Dzat, yang merupakan wilayah yang sulit dan sukar jangkauannya dalam
cakrawala pemikiran, jauh untuk diterima dalam ingatan. Karena itu
Al-Qur’an tidak mengetengahkan soal ma’rifat Dzat kecuali dengan
berbagai metafor dan isyarat, yang dikembalikan pada penyucian mutlak,
sebagaimana firman-Nya:
“Tiada sesuatu pun yang menyamai-Nya.” (Q.s. As-Syura: 11).
“Katakanlah,
bahwa Dia adalah Allah Yang Esa. Allah ternpat bergantung. Tiada
beranak dan tiada diperanakkan. Dan tiada Seorang pun yang
rnenyetarai-Nya.” (Q.s. Al-Ikhlash: 1-4).
Pengagungan mutlak, seperti dalam firman-Nya:
“Maha Suci Allah
swt. dan Maha Tinggi dart sifat-sifat yang mereka berikan. Dia pencipta
langil dan burnt.” (Q.s. Al-An’am: 100-1).
2. Ma'rifat Sifat Orientasi ma’rifat
sifat ini sangat luas. Logikanya juga lebih luas. Oleh karena itu,
banyak sekali ayat-ayat yang mengandung penyebutan terhadap sifat Ilmu,
Kekuasaan, Hidup, Kalam, Hikmah, Sama’, Bashar, dan Iain-Iainnya.
3. Ma'rifat Af'al Ma’rifat ini bercabang
luas. Pangkalnya tidak bisa dijangkau. Bahkan tiada wujud ini melainkan
Allah dengan segala pekerjaan-Nya (af’al). Namun kandungan Al-Qur’an
ada yang gamblang, yang terjadi di alam nyata (Alam Syahadah), seperti
penyebutan soal langit, bintang-gemintang, bumi, gunung-gunung, pohon
dan alam hewani, lautan, tetumbuhan, mengalirnya sungai Euphrat, serta
seluruh kehidupan hayati, yang semuanya bisa diindera.
Tetapi yang paling mulia dan menakjubkan justru keagungan ciptaan-Nya
yang tidak tampak atau tiada terjangkau oleh inderawi. Itulah yang
dinamakan dengan Alam Malakut; yakni alam para malaikat dan alam ruhani,
ruh dan kalbu, yang mengenal Allah, dan bagian keturunan Adam.
Ruh dan kalbu merupakan alam ghaib dan malakut. Dan yang keluar dari
Alam Malakut dan Syahadah, antara lain adalah malaikat penjaga bumi yang
berwujud manusia, yaitu yang bersujud kepada Adam as. Termasuk pula
setan-setan yang berbentuk manusia, yaitu yang menolak untuk bersujud
kepada Adam as. Begitu juga malaikat samawi, yakni mereka yang berada di
tingkat tertinggi, yang selalu berada di hadirat hati Yang Maha Suci,
tidak pemah menoleh kepada manusia, bahkan tidak pernah berpaling kepada
siapa pun kecuali hanya menghadap kepada Allah, karena keasyikan mereka
dengan keindahan hadirat Rububiyah dan keagungan-Nya. Malaikat-malaikat
ini hanya muwajahah (menghadap) kepada Allah, siang dan malam selalu
bertasbih, tiada pernah lengah sejenak pun. Dan Anda jangan merasa jauh
jika ada hamba-hamba Allah yang selalu sibuk mengagungkan-Nya tanpa
menoleh kepada anak cucu Adam, begitu juga anak cucu Adam jangan terlalu
membesar-besarkan atas keadaan ini.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah mempunyai bumi
sangat putih, perjalanan matahari di sana tiga puluh han, seperti
han-han dunia, tiga puluh kali; bumi itu dipenuhi oleh makhluk yang
tidak tahu, bahwa sebenarnya Allah swt. diingkari oleh makhluk penghuni
bumi, dan mereka juga tidak tahu, kalau Allah menciptakan Adam dan
iblis.” (H.r. Ibnu Abbas r.a.).
Sungguh sangat luas kerajaan Allah Swt.
Ketahuilah, sebenarnya
pekerjaan-pekerjaan Allah Yang Mulia itu tidak banyak dikenal oleh
khalayak makhluk, bahkan penemuannya atas makhluk itu sendiri terbatas
pada alam empiris dan khayal belaka. Sementara empirisme dan khayal itu
sendiri baru merupakan kesimpulan dari produk Alam Malakut, sebagai
kulit, dibandingkan dengan lubuk yang dalam. Siapa pun yang berpegang
teguh dengan kulit-kulit belaka itu, tidak lebih dan upaya kesaksiannya
terhadap lapisan kulitnya, hal yang sama ketika melihat keajaiban
manusia, tidak lebih dari kemanusiaannya belaka. Kami akan uraikan
ayat-ayatnya secara khusus dalam satu jumlah, ayat mana yang merupakan
lapisan Al-Qur’an, hati, nurani dan rahasia Al-Qur’an itu sendiri.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.