بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Wudlu' kita sehari-hari, ternyata tidak sekadar membasuh
muka, tangan, kepala, telinga maupun kaki. Wudlu' diposisikan sebagai amaliah
yang benar-benar menghantar kita semua, untuk hidup dan bangkit dari kegelapan
jiwa. Dalam
Wudlu'lah segala masalah dunia hingga akhirat disucikan,
diselesaikan dan dibangkitkan
kembali menjadi hamba-hamba yang siap menghadap
kepada Allah SWT.
Bahkan dari titik-titik gerakan dan posisi yang dibasuh air,
ada titik-titik sentral kehambaan yang luar biasa. Itulah, mengapa para Sufi
senantiasa memiliki Wudlu' secara abadi, menjaganya dalam kondisi dan situasi
apa pun, ketika mereka batal Wudlu, langsung mengambil Wudlu seketika.
Mari kita buka jendela hati kita. Disana ada ayat Allah,
khusus mengenai Wudlu.
"Wahai orang-orang yang beriman, apabila engkau hendak
mendirikan sholat, maka basuhlah wajahmu dan kedua tanganmu sampai siku-siku,
dan usaplah pada kepalamu dan kaki-kakimu sampai kedua mata kaki…"
Manusia yang mengaku beriman, apabila hendak bangkit menuju
Allah ia harus berwudlu' jiwanya. Ia bangkit dari kealpaan demi kealpaan,
bangkit dari kegelapan demi kegelapan, bangkit dari lorong-lorong sempit
duniawi dan mimpi di tidur panjang hawa nafsunya.
Ia harus bangkit dan hadlir di hadapan Allah, memasuki
"Sholat" hakikat dalam munajat demi munajat, sampai ia berhadapan dan
menghadap Allah.
Sebelum membasuh muka, kita mencuci tangan-tangan kita
sembari bermunajat:
Ya Allah, kami mohon anugerah dan barokah, dan kami berlindung
kepadaMu dari keburukan dan kehancuran.
Lalu kita masukkan air untuk kumur-kumur di mulut kita.
Mulut kita adalah alat dari mulut hati kita. Mulut kita banyak kotoran
kata-kata, banyak ucapan-ucapan berbusakan hawa nafsu dan syahwat kita, lalu mulut
kita adalah mulut syetan.
Mulut kita lebih banyak menjadi lobang besar bagi
lorong-lorong yang beronggakan semesta duniawi. Yang keluar dan masuknya
hanyalah hembusan panasnya nafsu dan dinginnya hati yang membeku.
Betapa banyak dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadits, betapa
berlimpah ruahnya fatwa amar ma'ruf nahi mungkar, tetapi karena keluar dari
mulut yang kotor, hanyalah berbau anyir dalam sengak hidung jiwa kita. Karena
yang mendorong amar ma'ruf nahi mungkarnya bukan Alllah, tetapi hasrat hawa nafsunya,
lalu ketika keluar dari jendela bibirnya, kata-kata indah hanyalah bau anyir
najis dalam hatinya.
Sesungguhnya mulut-mulut itu sudah membisu, karena yang
berkata adalah hawa nafsu. Ayo, kita masuki air Ilahiyah agar kita berkumur
setiap waktu. Bermunajatlah ketika anda berkumur:
Oh, Tuhan, masukkanlah padaku tempat masuk yang benar, dan
keluarkanlah diriku di tempat keluar yang benar, dan jadikanlah diriku dari
DiriMu, bahwa Engkau adalah Kuasa Yang Menolongku.
Oh Tuhan, tolonglah daku untuk selalu membaca KitabMu dan
dzikir yang sebanyak-banyaknya, dan tetapkanlah aku dengan ucapan yang tegas di
dunia maupun di akhirat.
Baru kemudian kita masukkan air suci yang menyucikan itu,
pada hidung kita. Hidung yang suka mencium aroma wewangian syahwat dunia, lalu
jauh dari aroma syurga. Hidung yang menafaskan ciuman mesra, tetapi tersirnakan
dari kemesraan ciuman hakiki di SinggasanaNya.
Oh, Tuhan, aromakan wewangian syurgaMu dan Engkau
melimpahkan ridloMu…
Semburkan air itu dari hidungmu, sembari munajatkan
Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari aroma busuknya
neraka, dan bau busuknya dunia.
Selanjutnya:
"Basuhlah wajah-wajahmu…"
Dengan menyucikan hatimu dengan air pengetahuan yang manfaat
yang suci dan menyucikan, baik itu bersifat pengetahuan syariat, maupun
pengetahuan hakikat, serta pengetahuan yang bisa menghapus seluruh
penghalang-penghalang, hijab, antara dirinya dan Allah.
Faktanya setiap hari kita Wudlu' membasuh muka kita, tetapi
wajah-wajah kita tidak hadir menghadap Allah, tidak "Fa ainamaa tuwalluu
fatsamma wajhullah…" (kemana pun engkau menghadap, wajah hatimu menghadap
arah Allah).
Kenapa wajah dunia, wajah makhluk, wajah-wajah kepentingan
nafsu kita, wajah-wajah semesta, wajah dunia dan akhirat, masih terus
menghalangi tatapmuka hati anda kepada Allah Ta'ala? Ini semua karena kebatilan
demi kebatilan, baik kebatilan dibalik wajah batil maupun kebatilan dengan
selimut wajah kebenaran, telah membatalkan wudlu jiwa kita, dan sama sekali
tidak kita sucikan dengan air pengetahuan ma'rifatullah dan pengetahuan yang
menyelamatkan dunia akhirat kita.
Hijab-hijab yang menutupi wajah jiwa kita untuk melihat
Allah, sudah terlalu tua untuk menjadi topeng hidup kita. Kita bertopeng
kebusukan, bertopeng rekayasa, bertopeng kedudukan dan ambisi kita, bertopeng
fasilitas duniawi kita, bertopeng hawa nafsu kita sendiri, bahkan bertopeng
ilmu pengetahuan kita serta imajinasi-imajinasi kita atau jubah-jubah agama
sekali pun.
Lalu wajah kita bopeng, wajah ummat kita penuh dengan
cakar-cakar nafsu kita, torehan-torehan noda kita, flek-flek hitam nafsu kita,
dan alangkah bangganya kita dengan wajah-wajah kita yang dijadikan landskap
syetan, yang begitu bebas menarikan tangan-tangannya untuk melukis hati kita
dengan tinta hitam yang dipanggang di atas jahanam.
Karena wajah kita lebih senang berpaling, berselingkuh
dengan dunia, berpesta dalam mabuk syetan, bergincu dunia, berparas dengan
olesan-olesan kesemuan hidup, lalu memakai cadar-cadar hitam kegelapan semesta
kemakhlukan.
Banyak orang yang mata kepalanya terbuka, tetapi matahatinya
tertutup. Banyak orang yang mata kepalanya tertutup, matahatinya terbuka.
Banyak orang yang matahatinya terbuka tetapi bertabur debu-debu kemunafikan
duniawinya. Banyak orang yang sudah tidak lagi membuka matahatinya, dan ia
kehilangan Cahaya Ilahi, lalu menikmati kepejaman matahatinya dalam kegelapan,
yang menyangka ia dalam kebenaran dan kenikmatan.
Oh, Allah, bersihkan wajahkku dengan cahayaMu, sebagaimana
di hari Engkau putihkan wajah-wajah KekasihMu. Ya Allah janganlah Engkau hitamkan
wajahku dengan kegelapanMu, di hari, dimana Engkau gelapkan wajah-wajah
musuhMu.
Tuhan, sibakkan cadar hitamku dari tirai yang membugkus
hatiku untuk memandangMu, sebagaimana Engkau buka cadar para KekasihMu…
"Dan basuhlah kedua tanganmu sampai kedua
siku-sikumu…"
Lalu kita basuh kedua tangan kita yang sering menggapai
hasrat nafsu syahwat kita, berkiprah di lembah kotor dan najis jiwa kita,
sampai pada tahap siku-siku hakikat kita dan manfaat agung yang ada di sana.
Tangan kita telah mencuri hati kita, lalu ruang jiwa kita
kehilangan khazanah hakikat Cahaya hati. Tangan nafsu kita telah mengkorupsi
amanah-amanah Ilahi dalam jiwa, lalu kita mendapatkan pundi-pundi duniawi penuh
kealpaan dan kemunafikan.
Tangan-tangan kita telah merampas makanan-makanan kefakiran
kita, kebutuhan hati kita, memaksa dan memperkosa hati kita untuk dijadikan
tunggangan liar nafsu kita. Tangan-tangan kita telah memukul dan menampar wajah
hati yang menghadap Allah, menuding muka-muka jiwa yang menghadap Allah, merobek-robek
pakaian pengantin yang bermahkotakan riasan indah para Sufi.
Maka basuhlah tanganmu dengan air kecintaan, dengan
beningnya cermin ma'rifat, dari mata air dari bengawan syurga.
Basuhlah tangan kananmu, sembari munajat:
Oh, Allah..berikanlah Kitabku melalui tangan kananku, dan
hitanglah amalku dengan hitungan yang seringan-ringannya.
Basuhlah tangan kririmu dengan munajat:
Oh, Allah, aku berlindung kepadaMu, dari pemberian kitabku
dari tangan kiriku atau dari belakang punggungku…
Lalu, mari kita usap kepala kita:
Karena kepala kita telah bertabur debu-debu yang mengotori
hati kita, memaksa hati kita mengikuti selera pikiran kira, sampai hati kita
bukan lagi menghadap kepadaNya, tetapi menghadap seperti cara menghadap wajah
di kepala kita, yaitu menghadap dunia yang hina dan rendah ini.
Pada kepala kita yang sering menunduk pada dunia, pada wujud
semesta, tunduk dalam pemberhalaan dan perbudakan makhluk, tanpa hati kita
menunduk kepada Allah Ta'ala, kepada Asma-asmaNya yang tersembunyi dibalik
semesta lahir dan batin kita, lalu kepala kita memalingkan wajah hati kita
untuk berpindah ke lain wajah hati yang hakiki.
Mari kita usap dengan air Cahaya, agar wajah hati kita
bersinar kembali, tidak menghadap ke arah remang-remang yang menuju gelap yang
berlapis gulita, tidak lagi menengok pada rimba duniawi yang dipenuhi kebuasan
dan liar kebinatangannya.
Kepala-kepala kita sering menunduk pada berhala-berhala yang
mengitari hati kita. Padahal hati kita adalah Baitullah, Rumah Ilahi. Betapa
kita sangat tidak beradab dan bahkan membangun kemusyrikan, mengatasnamakan
Rumah Tuhan, tetapi demi kepentingan berhala-berhala yang kita bangun dari
tonggak-tonggak nafsu kita, lalu kita sembah dengan ritual-ritual syetan,
imajinasi-imajinasi, kebanggaan-kebanggan, lalu begitu sombongnya kepala kita
terangkat dan mendongak.
Mari kita usap kepala kita dengan usapan Kasih Sayang Ilahi.
Karena kepala kita telah terpanggang panasnya neraka duniawi, terpanaskan oleh
ambisi amarah dan emosi nafsu syahwati, terjemur di hamparan mahsyar duniawi.
Sembari kita mengusap, masti munajat:
Oh Allah, payungi kepalaku dengan Payung RahmatMu, turunkan
padaku berkah-berkahMu, dan lindungi diriku dengan perlindungan payung ArasyMu,
dihari ketika tidak ada lagi paying kecuali payungMu. Oh, Tuhan….jauhkan
rambutku dan kulitku dari neraka…Oh…
Usap kedua telingamu. Telinga yang sering mendengarkan
paraunya dunia, yang anda kira sebagai kemerduan musik para bidadari syurga.
Telinga yang berbisik kebusukan dan kedustaan, telinga yang menikmati gunjingan
demi gunjingan. Telinga yang fantastik dengan mendengarkan indahnya musik
duniawi, lalu menutup telinga ketika suara-suara kebenaran bersautan. Amboi,
kenapa telingamu seperti telinga orang-orang munafik?
Apakah anda lebih senang menjadi orang-orang yang tuli
telinga hatinya?
Munajatlah:
Oh Tuhan, jadikan diriku tergolong orang-orang yang
mendengarkan ucapan yang benar dan mengikuti yang paling baik. Tuhan,
perdengarkan telingaku panggilan-panggilan syurga di dalam syurga bersama
hamba-hambaMu yang baik.
Lalu usaplah tengkukmu, sembari berdoa:
Ya Allah, bebaskan diriku dari belenggu neraka, dan aku
berlindung kepadaMu dari belenggu demi belenggu yang merantai diriku.
Lalu basuh kaki-kakimu sampai kedua mata kaki:
Kaki-kaki yang melangkahkan pijakannya kea lam dunia
semesta, yang berlari mengejar syahwat dan kehinaan, yang bergegas dalam
pijakan kenikmatan dan kelezatan pesonanya.
Kaki-kaki yang sering terpeleset ke jurang kemunafikan dan
kezaliman, terluka oleh syahwat dan emosinya, oleh dendam, iri dan dengkinya,
haruslah segera dibasuh dengan air akhlaq, air yang berumber dari adab, dan
bermuara ke samudera Ilahiyah.
Basuhlah kedua kakimu sampai kedua matakakimu. Agar
langkah-langkahmu menjadi semangat baru untuk bangkit menuju Allah, menapak tilas
Jalan Allah, secepat kilat melesat menuju Allah. Basuhlah dengan air salsabila,
yang mengaliri wajah semesta menjadi jalan lurus lempang menuju Tuhan.
Selebihnya, Wudlu’ adalah Taubat, penyucian jiwa,
pembersihan batin, di lembah Istighfar. Jangan lupakan Istighfar setiap basuhan
anggota wudlu’mu.
Wallahu A'lam.
sufinews.com
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.