بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Mengenal Sifat Lahirah Batiniah
HAWA NAFSU
berasal dan napas api neraka. Ketika napas itu berembus dari api, syahwat
terbawa ke pintu neraka tempat perhiasan dan kesenangan berada, lalu ia
mendatangi nafsu. Ketika nafsu mendapatkan kesenangan dan perhiasan, ia
bergolak akibat kesenangan dan perhiasan yang diletakkan di
sisinya dalam wadah itu, dan ia
berupa angin panas. Ia lalu mengalir dalam urat-urat, sehingga semua saluran
darah terisi olehnya dalam waktu lebih cepat daripada kedipan mata.
Saluran darah mengaliri seluruh
tubuh dan kepala hingga kaki. Jika angin itu sudah berembus di dalamnya, lalu
jiwa manusia merasakan embusannya dalam tubuh, kemudian ia merasa nikmat dan
senang dengannya, itulah yang disebut dengan syahwat dan kenikmatannya.
Apabila nafsu serta syahwat berikut
kenikmatannya sudah menempati seluruh tubuh, syahwat menyerang hati. Apabila
syahwat sudah demikian hebat, ia menguasai hati, sehingga hati tertawan, yakni
takluk kepada syahwat. Selanjutnya, syahwat dapat memainkannya. Kekuatan hawa
nafsu dan syahwat ada bersama jiwa dan bertempat dalam perut, sedangkan
kekuatan makrifat, akal, ilmu, pemahaman, hafalan, dan pikiran berada di dada.
Makrifat ditempatkan di kalbu, pemahaman di fu’ad, serta akal di pikiran, dan
hafalan menyertainya.
Syahwat diberi sebuah pintu yang
menghubungkan tempatnya ke dada, sehingga asap syahwat yang bersumber dari hawa
nafsu bergolak sampai ke dada. Ia menyelubungi fu’ad dan kedua mata fu’ad
berada dalam asap itu. Asap tersebut adalah kebodohan. Ia menghalangi mata
fu’ad untuk melihat cahaya akal yang dipersiapkan baginya.
Demikian pula amarah ketika
bergolak. Ia seperti awan yang menutupi mata fu’ad, sehingga akal pun tertutup.
Akal bertempat di otak dan cahayanya memancar ke dada. Ketika awan amarah
keluar dari rongga ke dada, ia memenuhi dada dan menyelubungi mata fu’ad.
Karena cahaya akal terhalang,
sementara awan menutupi fu’ad, fu’ad orang kafir berada dalam gelapnya
kekafiran. Itulah tutup yang Allah sebutkan dalam Al-Quran:
Mereka berkata, “Hati kami
tertutup.” (QS Al-Baqarah : 2)
Tetapi, hati orang-orang kafir dalam kesesatan terhadap hal ini. (QS
Al-Mu’minun : 63)
Adapun fu’ad mukmin berada dalam
asap syahwat dan awan kesombongan. Inilah yang disebut kelalaian.
Dari kesombongan itulah amarah
berasal. Kesombongan bertempat dalam jiwa. Ketika jiwa manusia menyadari
penciptaan Allah atasnya, kesombongan berada di dalamnya. Inilah sifat lahiriah
dan batiniah manusia.
Allah Swt. memilih dan memuliakan
manusia yang bertauhid. Dan setiap seribu orang, satu orang dipilih, sementara
sembilan ratus sembilan puluh sembilan lainnya tidak dipedulikan. Dia hanya
memerhatikan satu dari setiap seribu manusia. Dia mendistribusikan bagian pada
Hari Penetapan dan menolak orang yang Dia abaikan, sehingga mereka tidak
mendapat bagian.
Ketika mengeluarkan keturunan
[manusia] lewat sulbi, Dia menjadikan mereka berbicara, Manusia yang diperhatikan
Allah mengakui-Nya secara sukarela saat Allah berfirman, “Bukankah Aku Tuhan
kalian?” (QS Al-A’raf:172). Orang yang tidak mendapat bagian dan tidak mendapat
perhatian Allah menjawab, “Ya, Engkau Tuhan kami” dengan terpaksa.
Itulah makna firman Allah Swt.:
“Seluruh yang terdapat di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya baik
dengan sukarela maupun terpaksa.” (QS Al-Imran:83)
Dia menjadikan mereka dalam dua
kelompok: kelompok kanan dan kelompok kiri.
Allah Swt. kemudian berfirman,
“Sebagian mereka berada di surga dan Aku tidak peduli; Aku tidak peduli
ampunan-Ku tercurah kepada mereka. Sebagian lagi berada di neraka dan Aku pun
tidak peduli; Aku tidak peduli ke mana kembalinya mereka.”
Dia lalu mengembalikan mereka ke
sulbi Nabi Adam as. Dia mengeluarkan mereka pada hari-hari dunia untuk (memberi
mereka kesempatan) melakukan amal dan menegakkan hujah. Manusia yang telah
dipilih dan dimuliakan Allah, kalbunya dicelup dalam air kasih sayang-Nya
sampai bersih. Allah Swt. berfirman, “Itulah celupan Allah, dan siapakah yang
lebih baik celupannya daripada Allah?!” (QS Al-Baqarah:138)
Dia kemudian menghidupkannya dengan
cahaya kehidupan setelah sebelumnya ia hanya berupa seonggok daging.
Ketika dihidupkan dengan cahaya
kehidupan, ia pun bergerak dan membuka kedua mata di atas fu’dd. Ia lalu
diberi-Nya petunjuk dengan cahaya-Nya yang tidak lain adalah cahaya tauhid dan
cahaya akal. Ketika cahaya itu menetap di dadanya serta fu’ad dan kalbu merasa
teguh dengannya, Ia pun mengenal Tuhan. Itulah maksud firman Allah Swt.: “Dan
apakah orang yang sudah mati kemudian Dia kami hidupkan ...“ (QS
Al-Baqarah:138). Yaitu, dihidupkan dengan cahaya kehidupan.
Allah Swt. kemudian berfirman,
“Lalu, Kami berikan untuknya cahaya yang dengan itu ia berjalan di tengah-tengah
man usia.” (QS Al-An’am : 122) Yakni, cahaya tauhid.
Dengan cahaya itu, kalbunya
menghadapkannya kepada Allah, sehingga jiwa menjadi tenteram dan mengakui bahwa
tiada Tuhan selain Dia. Ketika itulah lisan mengungkapkan ketenteraman jiwanya
dan kesesuaiannya dengan kalbu berupa ucapan: “laa ilaaha illaa Allah (tiada
Tuhan selain Allah).” Itulah makna firman Allah Swt.: “Tidaklah jiwa seseorang
beriman kecuali dengan izin Allah” Yunuus dan firman-Nya: “Wahai jiwa yang
tenteram.” (QS Al-Fajr : 27)
Kala jiwa sudah merasa tenteram saat
melihat perhiasan karena akal menghiasi mata fu’ad dengan tauhid, saat
melihatnya itu jiwa merasakan kenikmatan cinta Allah yang meresap dalam kalbu
bersama cahaya tauhid. Saat melihat perhiasan, ia merasakan kenikmatan cinta dalam
cahaya tauhid. Ketika itulah jiwa menjadi tenang dan senang kepada tauhid. Ia
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Firman-Nya, menjadikan kalian cinta
kepada keimanan dan menjadikan iman indah dalam kalbu kalian.”135
Kala jiwa mendapatkan perhiasan itu,
ia membenci kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan.
Ketika seorang mukmin berbuat dosa,
Ìa melakukan itu dengan syahwat dan nafsunya, padahal ia membenci kefasikan dan
kekufuran. Karena benci, ia berbuat fasik dan bermaksiat dalam kondisi lalai.
Ia sebenarnya tidak bermaksud kepada kefasikan dan kemaksiatan seperti halnya
iblis.
Kebencian itu tertanam dalam jiwa,
namun syahwat menguasai jiwa. Kebencian itu ada, karena tauhid terdapat dalam
dirinya. Hanya saja, kalbu dikalahkan oleh sesuatu yang merasukinya, akal
terhijab, dada dipenuhi asap syahwat, dan nafsu menguasai kalbu.
Ini terjadi lantaran akal kalah,
makrifat tersudut, dan pikiran buntu, sementara hafalan dan akal terkurung
dalam otak. Jiwa melakukan dosa karena kekuatan syahwat, sementara musuh menghiasi,
membangkitkan angan, mengiming-imingi ampunan, serta mempertunjukkan tobat,
sehingga hati berani berbuat dosa.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.