بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN
TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”
29.
KEBEBASAN
Firman Allah swt.
:
“.....dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mreka sendiri, sekalipun
mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” Qs. Al-Hasyr :9).
Syeikh berkata :
“Mereka (kaum Anshar) memberikan dengan penuh kemurahan hati kepada kaum
Muhajirin, sebab mereka (kaum Anshar) bebas dari keterikatan pada (harta benda)
yang diterima oleh kaum Muhajirin itu, dan dengan demikian mereka mampu memberi
dengan penuh kemurahan hati.”
Diriwayatkan oleh
Ibnu Abbas. R.a bahwa Rasulullah saw. telah bersabda :
“Apa pun yang
mencukupi kebutuhan seseorang , adalah apa yang cukup untuk dirinya. Semua
hanya akan berakhir pada empat hasta dan sejengkal tanah kuburan, dan segala
sesuatu akan kembali pada tempat kembalinya.”
Syeikh berkata :
“Kebebasan berarti bahwa si hamba bebas dari belenggu sesama makhluk; kekuasaan
makhluk tidak berlaku atas dirinya. Tanda absahnya kebebasan adalah, bahwa tersingkirnya
pembedaan tentang segala hal dalam hatinya, sehingga semua gejala duniawi sama
di hadapannya.”
Haritsah r.a.
mengatakan kepada Rasulullah saw. : “Saya telah menjauhi dunia. Batu dan emas
yang ada di bumi tidak da bedanya bagi saya.”
Syeikh Abu Ali
ad-Daqqaq mengatakan : “Orang yang datang ke dunia ini dalam keadaan bebas
darinya, akan berangkat ke akhirat dalam keadaan bebas pula.” Dalam sebuah
ucapannya pula : “Orang yang hidup di dunia dalam keadaan bebas dari dunia,
akan bebas pula dari akhirat.”
Syeikh berkata :
“Ketahuilah bahwa hakikat kebebasan diperoleh dari kesempurnaan ubudiyah, sebab
jika ubudiyahnya benar, maka kebebasannya dari belenggu akan sempurna. Mengenai
mereka yang menghayalkan bahwa ada waktu dimana seseorang boleh melepaskan
ibadat dan berpaling dari hukum yang tersirat dalam perintah dan larangan Allah
swt. sementara dirinya dalam keadaan mukallaf, maka tindakan itu keluar dari
agama.”
Allah swt.
berfirman kepada Rasulullah saw. :
“Beribadahlah
kepada Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinan.” (Qs. Al-Hijr :99).
Para ahli tafsir
sepakat bahwa “keyakinan” di sini berarti “saat kematian.”
Manakala para sufi
berbicara tentang kebebasan, yang mereka maksud adalah, bahwa si hamba tidak
berada di bawah perbudakan oleh sesama makhluk ataupun diperbudak oleh
perubahan keadaan kehidupan duniawi ataupun ukhrowi; ia akan menunggalkan diri
kepada Allah Yang Esa. Tidak sesuatu pun yang memperbudaknya, baik perkara duniawi
yang bersifat sementara, pencarian kepuasan bawa nafsu, keinginan, permintaan,
niat, kebutuhan ataupun ambisi.
Asy-Syibly pernah
ditanya : “ tidak tahukan Anda bahwa Allah Maha Penyayang?” Beliau
menjawab : “Tentu. Tapi, karena aku telah tahu bahwa Dia Maha Penyayang, maka
aku tidak pernah meminta kepada-Nya agar menyayangiku. Dan maqam kebebasan
sungguhlah mulia.”
Abul Abbas
as-Sayyary pernah bika shalat sah selain membaca Al-Qur’an, tentu sah pula
membaca bait syair ini :
Setiap zaman aku
menginginkan yang mustahil.
Agar kelopak
mataku bisa melihat wajah kebebasan.
Para Syeikh telah
berbicara banyak tentang kebebasan. Al-Husain bin Manshur mengatakan : “Barangsiapa
menghendaki kebebasan, hendaklah meraih ubudiyah.”
Ketika al-Junayd
disodori kasus seseorang yang kekayaan duniawinya hanya sebesar embun yang
menempel di burtir kurma, ia berkata : “Hamba yang masih terikat kontrak akan
tetap menjadi hamba selama ia masih memiliki satu dirham sekalipun.” Ia juga
mengatakan : “Engkau tidak akan dapat mencapai kebebasan sejati selama masih
ada sisa dunia dalam hakikat ubudiyah.”
Bisyr al-Hafi
berkta : “Barangsiapa menginginkan rasa kebebasan dan ringan dalam ubudiyah,
maka bersihkanlah batinnya, antara ia dan Allah swt.”
Al-Husain bin
Mnashur berkomentar : “Ketika orang mencapai maqam ubudiyah, segalanya tampak
bebas dari belenggu ubudiyah, Lalu ia melakukannya tanpa beban, Itulah maqam
para Nabi dan kaum shiddiqin. Maksudnya, ia sendiri dipikul oleh maqam
tersebut; tanpa kesusahan, walaupun tetap konsisten dengan syariat.”
Manshur al-Faqih
membacakan syair berikut :
Tak ada seorangpun
manusia atau jin yang bebas
Kebebasan baginya
berlalu
Kemanisan hidup
adalah kegetiran
Ketahuilah bahwa
jenis kebebasan paling besar justru ketika melayani orang-orang miskin.
Abu Ali ad-Daqqaq
mengatakan, bahwa Allah telah mengajarkan kepada Daud as. : “Jika egkau
menjumpai seorang manusia yang mencari-Ku, maka jadilah dirimu sebagai
pelayan.”
Nabi saw. bersabda
: “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.”(H.r. Abu Abdurrahman
as-Sulami).
Yahya bin
Muadz mengatakan : “Generasi duniawi dilayani budak-budak laki-laki
dan wanita, generasi akhirat dilayani mereka yang merdeka dan saleh.”
Ibrahim bin Adham
berkata : “Orang bebas yang mulai telah keluar dari dunia lebih sbeleum ia
dikeluarkan dari dunia (wafat).”
Dikatakannya pula
: “Janganlah bersahabt, kecuali dengan orang mulia yang bebas, ia hanya
mendengar namun tidak banyak bicara.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.