بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN
TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”
17.
TAWAKKAL
Firman
Allah swt. berfirman :
“Dan
barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.” (Qs. Ath-Thalaq:3).
“Karena
itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang Mukmin bertawakkal.” (Qs. Ali
Imran:160).
“Dan
hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.” (Qs. Al-Maidah:23).
Diriwayatkan
oleh Abdullah bin Mas’ud r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda :
“Telah
diperlihatkan kepadaku semua ummat di tempat berkumpul haji. Kulihat bahwa
ummatku mememnuhi lembah dan gunung-gunung. Jumlah dan penampilan mereka
mengagumkan hatiku. Aku ditanya : “Apakah engkau ridha?” Aku menjawab : “Ya”.
Bersama dengan mereka akan ada tujuh puluh ribu orang yang masuk
surga tanpa hisab. Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah berobat dengan
besi panas, tidak pernah mencari ramalan dengan burung, dan idak penah pula
mencuri; dan mereka hanya bertawakkal kepada Allah.” Mendengar perkataan Nabi
itu, Ukasyah bin Muhsan al-Asady bangkit berdiri dan meminta, “Wahai
Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar memasukan aku ke dalam salah seorang di
antara mereka.” Rasulullah lalu berdoa>’ Ya Allah, jadikanlah ia salah
seorang dari mereka.” Yang lain bangkit pula, juga berkata : “Doakan juga saya,
wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, : “Engkau telah didahului akasyah.” (H.r.
Ahmad).
Abu Ali
ar.Rudzbary menuturkan : “Aku berkata kepada ‘Amar bin Sinan : “Ceritakan
kepadaku tentang Sahl bin Abdullah! Maka ia pun berkata kepadaku : “Ia berkata
bahwa ada tiga tanda orag gyang bertawakkal kepada Allah swt. Tidak
meminta-minta, tidak menolak sesuatu (pemberian) dan tidak pula menahan
sesuatu.”
Abu Musa
ad-Dubaily mengabarkan : “Abu Yazid al-Bisthamy ditanya : “Apakah tawwakl itu?”
Maka ia lalu bertanya kepadaku, “ Bagaimana apendapatmu?” Aku menjawab : “Para
murid kami mengatakan : “Bahkan jika seekor binatang buas dan ular berada di
kiri dan kananmu, jiwamu tidak akan bergetar karenanya.” Abu Yazid mengatakan :
“Ya” itu mendekati. Tetapi jika penghuni surga hidup dengan penuh
kenyamanan dan penghuni neraka hidup dengan penuh siksaan, kemudian terrlintas
dalam pikiranmu untuk lebih menyukai kehidupan yang satu daripada kehidupan
yang lain, berarti engkau telah keluar dari golongan tawakkal!.”
Sahla bin
Abdullah menjelaskan : “Maqam pertama dalam tawakkal adalah bahwa si hamba
berada di tangan Allah swt. seperti mayit di tangan orang yang memandikannya,
yang membolak-balikannya sesuka hatinya, tanpa ia bergerak dan berangan-angan.”
Hamdun
al-Qashshar, menandaskan : “Tawakkal adalah berpaut erat pada Allah swt.”
Seorang
laki-laki bertanya kepada Hatim al-Asham : “Siapa yang memberrimu makanan?” Ia
menjawab : “Milik Allah-lah harta kekayaan dalngit dan bumi, tetapi orang
munafik tidak memahaminya.” (Qs. Al-Munafiqun :7).
Ketahuilah
bahwa tempat tawakkal adalah hati. Sedangkan gerakan lahiriah tidak menaggalkan
tawakkal dalam hati manakala si hamba telah yakin bahwa takdir datang ari Allah
swt, di dalamnya, dan jika sesuatu dimudahkan kepadanya, ia melihat kemudahan
dari Alalh swt. di dalamnya.
Diriwayatkan
oleh Anas bin Malik bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw.
dengan mengendari unta, dan ia bertanya : “Wahai Rasulullah, haruskah aku
biarkan saja unta tanpa ditambatkan atau kemudian aku bertawakal saja kepada
Allah?” Beliau menjawab “Tambatkanlah untamu dan sesudah itu bertawakkallah.”
(H.r. Tirmidzi).
Ibrahim
al-Khawwas berkomentar : “Barangsiapa benar-benar bertawakkal kepada Allah di
dalam urusan dirinya sendiri, pasti juga akan bertawakkal kepada Allah dalam
urusan dengan orang lain.”
Bisyr
al-Hafi mengabarkan : “Salah seorang Sufi mengatakan : “Aku telah bertawakkal
kepada Allah swt. padahal aku berdusta kepada Allah swt. Seandainya ia
bertawakkal tentu akan puas dengan segala sesuatu yang diberikan Allah
kepadanya.”
Yahya bin
Mu’adz ditanya : “Bilakah seseorang dikatakan bertawakkal?” Ia menjawab : “Jika
ia rela menerima Allah sebagai pelindungnya.”
Brahim
al-Khawwa menuturkan : “Ketika aku sedang melakukan perjalanan ke pedalaman,
sebuah suara memanggilku dan seorang Badui berjalan menghampiriku. Ia berkata
kepadaku : “Wahai Ibrahim di antara kami ada yang bertawakkal kepada Allah.
Tinggallah bersama kami sampai keyakinanmu menjadi benar (Shahih). Tidakkah
engkau tahu bahwa harapanmu untuk sampai ke sebuah kota aalah dmei memperoleh
citarasa makananyang berbeda?” Berhentilah mengharapkan kota-kota dan
bertawakkalh kepada Allah.”
Ketika
Ibnu Atha’ ditanya hakikat tawakkal, ia menjelaskan : “Tawakkal adalah bahwa hendaknya
hasrat yang menggebu-gebu terhadap perkara duniawi tidak muncul dalam dirimu,
meskipunengkau sangat membutuhkannya, dan bahwa hendaknya engkau senantiasa
bersikap qana’ah dengan Allah, meskipun engkau tergantung paa
kebutuhan-kebutuhan duniawi itu.”
Abu Nashr
as- Sarraj berkata : “Keadaan bertawakkal kepada Allah adalah seperti yang
dikatakan oleh Abu Turab an-Nakhsyaby : “Mengabdikan jasad untuk beribadat,
mengaitkan hati kepada Allah, dan bersikap tenang dalam mencari kebutuhan. Jika
diberi bersyukur, jika tidak, tetap bersabar.”
Seperti
dikatakan Dzun Nuun al-Mishry : “Tawakkal kepada Allah swt. berarti
meninggalkan daya upaya, sebab si hamba hanya mampu bertawakkal kepada-Nya jika
ia mengetahui bahwa Alalh swt. Maha Tahu dan Maha Melihat akan keadaannya.”
Abu
Ja’far bin Abu Faraj menuturkan : “Aku melihat seorang dari kalangan jahat
dikenal dengan sebutan Unta Aisyah, yang sedang menerima hukuman cambuk. Aku
bertanya kepadanya : “Pada saat bagaimana rasa sakitmu akibat cambukkan menjadi
reda?” Ia menjawab : “Manakala orang yang menyebabkan kami dicambuk melihat
kami.”
Al-Husain
bin Manshur bertanya kepada Ibrahim al-Khawwas : “Apa yag telah engkau capai
dalam perjalananmu menyeberangi padang pasir?” Ibrahim al-Khawwas menjawab :
“Aku tetap berada dalam keadaan tawakkal kepada Allah dan menyembuhkan diriku
dengannya.” Al-Husain lalu bertanya kepadanya : “Engkau telah menghabiskan
usiamu demi menumbuh suburkan jiwamu. Tapi bagaimana pendapatmu tentang
pemusnahan jiwa demi keesaan Allah.?”
Abu Nashr
as-Sarraj mengatakan : “Tawakkal adaalh sebagaimana dikatakan oleh Abu Bakr
ad-Daqqaq : “Membatasi kepedulain mencari rezeki sehari saja, dan tidak
berharap suatu apa pun untuk esok hari.”
Ia
menegaskan : “Tawakkal juga seperti yang dikatakan oleh Sahlbin Abdullah :
“Menyerahkan diri kepada Allah swt. dalam apa pun yang dikehendaki-Nya.”
Abu
Ya’kub an-Nahrajury berkata : “Tawakkal kepada Allah, pada hakikatnya adalah
keadaan yang dicerminkan oleh Ibrahim as. Ketika menaggapi tawaran Jibril as.
Untuk menolongnya, Maka Ibrahim As. Menjawab : “Darimu, aku tiak perlu
bantuanmu.” Ibrahim telah lebur dalam Allah swt. dan bersama-ya, dan karenanya
tidak melihat bersama Allah selain Allah swt.
Seorang
laki-laki bertanya kepada Dzun Nuun am-Mishry : “Apakah tawakkal itu?” dan ia
menjawab : “Tawakkal adalah menyingkirkan semua yang dipertuan (selain Alalh
swt.) dan meninggalkan hukum sebab akibat.” Orang itu meminta : “Apa lagi?”
Dzun Nuun melanjutkan : “Tawakkal aalah menghambakan diri kepada Allah dan
mengeluarkan diri dari rububiyah.”
Ketika
Hmadun al-Qashshar ditanya tentag tawakkal, ia menjelaskan : “Tawakkal adalah
jika engkau punya sepuluhribu dirham dan engkau berhutang seperenam dirham,
engkau tetap merasa cemas kalau-kalau engkau mati sementara hutangmu itu belum
terbayar. Dan jika engkau punya hutang sepuluh ribu dirham dan tidak mampu
mewariskan harta yang cukup untuk melunasi hutangmu, engkau tidak putus asa
bahwa Allah swt. niscaya akan menyelesaikan hutangnmu itu.”
Ketika
ditanay tentang tawakkal, Abu Abdullah al-Qurasyi berkomentar : “Tawakkal
berarti bergantung kepada Allah swt. dalam setiap keadaan.” Si penanya minta
penjelasan lebih jauh, dan beliau mengatakan : “Tinggalkan ketergantungan
kepada setiap sebab yang membawa kepada sebab yang lain, hingga Allah sendiri
yang menguasai semua itu.”
Sahl bin
Abdullah mengatakan : “Tawakkal adalah keadaan ruhani (haal) Nabi saw. dan
Ikhtiar adalah Sunnahnya. Maka, barangsiapa yang tetap keadaannya, berarti
janganlah meninggalkan Sunnahnya.”
Abu Sa’id
bin Isa al-Kharraz berkata : “Tawakkal adalah kecemasan tanpa perasaan puas dan
kepuasan tanpa kecemasan.”
Dikatakan
: “Tawakkal adalah menganggap kemewahan dan kekurangan tidak ada bedanya bagi
diri sendiri.”
Ibnu
Masruq menegaskan : “Tawakkal adalah menyerahkan diri kepada alur qadha’entuan
Allah.”
Abu
Utsman al-Hiry menegaskan : “Tawakkal adalah sikap cukup bersama Allah swt.
dengan menggantungkan diri kepada-Nya.”
Al Husain
bin Manshur mengatakan : “Orang yang benar-benar tawakkal kepada Allh swt.
tidak akan memakan sesuatu, karena di negara itu ada orang yang lebih berhak
akan makanan itu daripada dirinya.”
Umar bin
Sinan menuturkan : “Ibrahaim al-Khawwas berjalan melewati kami, dan kami
berkata kepadanya : “Katakan kepada kami hal paling aenh yang Anda lihat dalam
perjalanan-perjalanan Anda!” Ia menjawab : “Al-Khidhr as. Menemuiku dan minta
diperbolehkan menyertaiku, tapi aku takut jika tawakkalku kepada Allah swt.
menjadi rusak dengan keberadaannya bersamaku. Karena itu, aku lalu memisahkan
diri darinya.”
Ketika
Shal bin Abdullah ditanya tentang tawakkal, ia menjelaskan : “Kalbu yang hidup
bersama Allah swt.dan tidak tertarik kepada yang lain.”
Syeikh
Abu Ali ad-daqqaq berkata : “Ada tiga tingkatan bagi orang yang bertawakkal :
(1) Tawakkal (2). Taslim dan (3), Tafwidh.” Orang yang tawakkal akan merasa
tenteram denan janji-Nya, orang yang taslim akan merasa cukup dengan
pengetahuan-Nya, dan orang yang Tafwidh kepada Allah akan merasa puas dengan
kebijaksanaan-Nya.”
Saya
mendengar beliau berkata : “Tawakkal kepada Allah adalah awal; Taslim adalah
tengah-tengahnya, dan Tafwidh segenap urusan kepada Allah adalah ujungnya.”
Ad-Daqqaq
ditanya tentang tawakkal, dan ia berkomentar : “Tawakkal adalah makan tanpa
tamak.”
Yahya bin
Muadz mengatakan : “Memakai pakaian dari wol adalah sebuah toko; berbicara
tentang zuhud adalah sebuah pekerjaan, dan menyertai sebuah kaffilah adalah
nafsu. Semua ini adalah ketergantungan-ketergantungan.”
Seoang
laki-laki datang kepada Asy-Syibly dan mengeluhkan tanggungan keluarganya yang
banyak. Asy-Syibly mengatakan : “Pulanglah ke rumahmu dan usirlah siapa-siapa
yang rezekinya bukan berkat Allah swt.”
Sahl bina
Abdullah menegaskan : “Barangsiapa menghantam dalam aktivitas geraknya, berarti
menghantan Sunnah, dan abrangsiapa menghantam dalam tawakkal berarti menghantam
dalam iman.”
Ibrahim
al-Khawwas mengisahkan : “Ketika aku sedang dalam perjalanan
menuju ke Mekkah, tiba-tiba aku melihat seorang yang beringas. Aku
bertanya kepadanya : “Engkau seorang manusia ataukah jin?” Ia menjawab : “Aku
Jin.” Aku bertanya lagi : “Engkau hendak pergi ke mana?” Ia menjawab tegas :
“ke Mekkah, Aku kembali bertanya : “Tanpa bekal apa pun?” Ia menjawab tegas :
“Ya, Di kalangan kamijuga ada jin-jin yang melakukan perjalanan dalam keadaan
tawakkal kepada Allah.” Aku bertanya kepadanya : “Dan apakah tawakkal itu?” Ia
menjawab : “ Menerima dari Allah swt.”
Ibrahim
al-Khawwa adalah seorang yang tiada taranya dalam hal tawakkal kepaa Allah. Ia
belaku sangat cermat dalam hal itu, Ia selalu membawa jarum dan benang, sebuah
timba kecil untuk berwudhu, dan sebuah guntung. Seseorang bertanya kepadanya :
“Wahai Abu Ishaq, mengapa anda membawa barng-barang ini, sementara Anda
mencegah diri dari segala hal?” Ia menjawab : “Barang-barang ini tidak merusak
tawakkal kepada Allah set. Sebab Allah swt. telah menjadikan
kewajiban-kewajiban mengikat kita semua. Seorang fakir tak memiliki kecuali
hanya sepotong jubah, dan jubahnya bisa robek. Jika ia tidak membawa jarum dab
benang dan benang, niscaya auratnya akan terbuka, maka kesuciannya akan
ternoda. Jika engkau melihat seorang fakir yang tidak membawa timba, jarum dan
benang, maka patutu engkau ragukan kesempurnaan shalatnya.
Syeikh
Abu Ali ad-Daqqaq berkata : “Tawakkal sifat orang beriman, taslim sifata para
wali, dan menyerahkan segenap urusan kepaa Allah (tafwidh) adalah sifat ahli
tauhid. Tawakkal adalah sifat kaum awam, taslim adalah sifat manusia-manusia
khawash, dan tafwidh adalah sifat khawashul khawash.” Saya juga mendengar
beliau berkata : “Tawakkal kepada Allah adalah sifat para Nabi, taslim adalah
sifat Nabi Ibrahim as. Dan tafwidh adalah sifat Nabi kita Muhammad saw.”
Abu
Ja’far al-Haddad menuturkan : “Selama kira-kira sepuluh tahun tetap berada
dalam keadaan pasrah kepada Allah, sementara aku juga bekerja di pasar. Setiap
hari aku menerima upah, dan tanpa menggunakan sedikit pun darinya untuk membeli
seteguk air atau pergi ke kamar mandi umum, aku membawa upah hasil jerih
payahku kepada para fakir di Syuniziyah, dan kondisiku sendiri tetap seperti
semula.”
Al-Husain,
saudara Sinan, berkata : “Aku melakukan ibadat haji empatbelas kali dengan kaki
telanjang dan penuh tawakkal kepada Alalh. Jika kakiku tercocok duri,
kuingatkan diriku bahwa aku telah mewajibkan pada jiwaku untuk bertawakkal
kepada Allah. Kugosok-gosokan kakiku ke tanah dan kuteruskan perjalananku.”
Abu
Hamzah berkata : “Aku merasa malu kepada Allah swt. memasuki padang pasir dalam
ekadaan perut kenyang, padahal aku meyakini diriku bertawakal, karena khawatir
jangan-jangan perjalananku dengan rasa kenyang itu sendiri merupakan bekal yang
kusiapkan begi dirimu.”
Etika
Hamdun al-Qashshar ditanya tentang tawwakl kepada Allah, ia menjawab :
“Tawakkal adalah derajat yang belum kucapai, dan bagaimana seseorang yang belum
menyempurnakan kondisi imannya berbicara tentang tawwakal?”
Dikatakan
: “Orang yang bertawakkal kepada Allah swt. seperti seorang gbayi. IA tidak
tahu tempat lain di mana harus berlindug, kecuali payudara ibunya. Seperti
itulah keadaan orang gyang bertawakkal kepada Allah swt. Ia dibimbing hanya
kepada Allah swt.”
Salah
seorang Sufi menuturkan : “Aku sedang berada di padang pasir dan berjalan di
depan sebuah kafilah. Aku melihat seseorang di depanku, lalu aku bergegas
menyusulnya. Ternyata ia adalah seorang wanita yang memegang tongkat dan
berjalan cukup pelan. Karena kupikir ia seorang yang lemah, maka aku merogoh
saku dan mengeluarkan uang duapuluh dirham, dan kukatakan kepadanya, “Ambillah
ini. Tunggulah sam[ai kafilah di belakang menyusulmu dan sewalah seekor unta
dengan uang ini!.”
Tetapi
wanita itu hanya mengangkat tangannya ke udara, dan tiba-tiba di tangannya
sudah tergenggam uang-uang dinar. Katanya : “Engkau mengambil dirham dari
kantung bjumu, tetapi aku mengambil dinar dari Yang Gaib.”
Abu
Sulaiman ad- Darany melihat seorang laki-laki di Mekkah – semoga Allah
memuliakan tempat ini --- yang tidak mengonsumsi apa pun selain air Zam-zam.
Setelah beberrapa hari, Sulaiman bertanya kepadanya.” Bagaimana pendapat Anda,
jika sumur Zam-zam kering, apa yang akan Anda minum?” Orang itu berdiri,
mencium kening Sulaiman, dan berkata : “Semoga Allah membalas kebaikanmu karena
engkau telah memberi petunjuk kepadaku; sebab sungguh aku telah menyembah
Zam-zam selama beberpa hari ini.” Kemudian laki-laki itu un berlalu.”
Ibrahim al-Khawwas mengabarkan : “Aku melihat seorang pemuda di jalan yang
menuju ke Syam dengan perilaku menawan hati. Ia bertanya kepadaku : “Apakah
Anda ingin ditemani?” Aku menjawab : “ Tapi aku orang yang lebih lapar.” Ia
berkata : “Jika Anda lapar, saya juga akan berlapar-lapar bersama Anda.” Maka
kami pun berrjalan bersama-sama selama empat hari. Kemudian sesuatu dihadiahkan
orang kepada kami, dan aku mengajaknya makan.” Mari kita makan!”
Ia
berkata : “Saya telah bertekad untuk tidak menerima apa pun melalui seorang
perantara.” Maka aku lalu berkata : “Wahai anak muda, betapa ketatnya engkau
berlaku atas dirimu sendiri.” Ia menjawab : “Wahai Ibrahim, janganlah Anda
memujiku, sebab Dia yang membuat perhitungan melihat kita.” Apa yang engkau
ketahui tentang tawakkal?” Lalu ia menjawab : “Permulaan tawakkal adalah bahwa
jika Anda merasakan sesuatu kebutuhan, Anda menolak, dan Anda tidak
menginginkan sesuatu pun selain Dia yang memiliki segala kecukupan.”
Dikatakan
: “Tawakkal kepada Allah berarti menafikan keraguan dan menyerahkan segala
urusan kepada Sang Maha Diraja.”
Dikatakan
juga : “Sekelompok orang datang kepada al-Junayd dan bertanya : Ke manakah kita
harus mencari rezeki?” Ia menjawab : “Jika kalian semua tahu, pergi dan carilah
di sana!” Mereka berkata : “Tetapi kami memang meminta kepada Allah swt.”
Al-Junayd mengajarkan : “Jika kalian mengira bahwa Dia melupakan diri kalian,
maka ingatkanlah Dia.” Mereka bertanya : “haruskah kita pulang dan bertawakkal
kepada Allah?” Al-Junayd menjawab : “Menguji berarti meragukan.” Mereka
bertanya : “Lantas, apakah rekayasa itu?” Al-Junayd menjawab : “Yaitu
meninggalkan rekayasa itu sendiri.”
Abu
Sulaiman ad-Darany berkata kepada Ahmad bin al-Hawary : “Wahai Ahmad,
sesungguhnya jalan menuju ke akhirat itu banyak, dan Syeikhmu mengetahui banyak
diantaranya, kecuali jalan tawakkal yang diberkati ini, sebab aku belum pernah
mencium baunya.”
Dikatakan
: “Tawakkal adalah mengandalkan apa yang ada di tanagn Allah swt. dan
berputus-asa apa yang ada di tangan manusia.”
Dikatakan
juga : “Tawakkal adalah mengosongkan batin dari pikiran untuk menuntut
terpenuhinya kebutuhan dalam upaya mencari rezeki.”
Al-Harits
al-Muhasiby – semoga Allah merahmatinya – ditanya tentang orang yang
beratawakkal : “Apakah nafsu mempengaruhinya?”
Ia
menjawab : “Kebinasaan yang disebabkan oleh watak yag mempengaruhi, tetapi hal
itu tidak membahayakan dirinya sama sekali, dan berputus asa dari semua yang
ada di tangan manusia memberinya kekuatan untuk mengatasi tamak.”
Dikatakan
bahwa an-Nury sedang berada di apdang pasir dalam keadaan lapar ketika sebuah
suara membisikan kepadanya : “Manakah yang lebih engkau cintai, penyebab
kecukupan ataukah kecukupan itu sendiri?” An-Nury menjawab : “Kecukupan. Sebab
tidak ada lagi selain itu.” Maka ia pun selama tujuhbelas hari tidak makan.”
Abu Ali
ar-Rudzbary berkata : “Jika setelah lima hari seorang fakir mengatakan : “Aku
lapar,” Maka kirimlah ia ke pasar untuk mencari pekerjaan dan memperoleh
sesuatu untuk dimakan.”
Dikatakan
bahwa Abu Turab an-Nakhstaby sekali waktu melihat seorang Sufi memungut kulit semangka
untuk dimakan setelah tiga hari menahan lapar. Maka an-Nakhsyaby lalu berkata
kepadanya, : “Tidak cocok untukmu perilaku Sufi. Pergi saja ke pasar (Untuk
kerja)!.
Abu
Ya’kub al-Aqtha’ al-Bashry menuturkan : “Suatu ketika aku kelaparan selama
sepuluh hari di Masjdil Haram, dan aku merasa lemah, Nafsu menggodaku. Maka aku
pergi ke lembah sungai untuk mencari sesuatu yang menguatkan tubuhku. Aku
melihat sebuah saljamat (sejenis sayuran) dibuang seseorang, lalu aku
memungutnya. Aku merasakan suatu kegelisahan yang menakutkan dalam hati karena
perbuatanku itu, seolah-olah ada suara yang mengatakan kepadaku :
“Engkau telah lapar selama sepuluh hari, dan sekarang bagianmu hanya sebuah
saljamat yang busuk!” Maka saljamat itu pun kubuang. Aku masuk ke Masjid,
kemudian duduk. Tiba-tiba ada seorang non Arab di hadapanku seraya meletakkan
sebuah bingkisan dan berkaa : “Ini untuk Anda!” Aku bertanya kepadanya :
“Bagaimana Anda telah memilih saya, untuk memberikan bingkisan ini?” Ia berkata
kepadaku : “Ketahuilah bahwa kami telah berada di laut selama sepuluh hari. Dan
ketika kapal yang kami tumpangi nyaris tenggelam, masing-masing dari kami
bernadzar bahwa jika Allah swt. menyelamatkan, kami akan memberikan sesuatu
sedekah. Saya sendiri bernadzar, bahwa jika Allah swt. menyelamatkan saya, saya
akan memberikan bingkisan ini kepada orang pertama yang saya temui di antara
mereka yang tinggal di dekat Masjid ini, dan Andalah orang pertama yang saya
temui.” Aku lalu meminta orang itu agar membuka bingkisannya. Ia pun membukanya
dan kudapati di dalamnya ada kue-kue samid Mesir, buah kenari
berbalut tepung, dan daging manis yag dipotong kotak-kotak kecil. Aku mengambil
sedikit dari masing-masing jenis makanan itu dan berkata : “Bawalah sisa
makanan ini kepada para pelayan Anda! Ini adalah hadiah saya untuk Anda, karena
saya telah menerima hadiah Anda.” Kemudian aku berkata kepada diri sendiri :
“Selama sepuluh hari, rezekimu sedang diperjalanan menuju ke tempatmu, tapi
engkau malah mencarinya ke lembah.”
Abu Bakr
ar-Razy mengabarkan : “Aku sedang berada bersma Mumsyad ad-Dinawary ketika
mencuat pembicaraaan tentang hutang . Ia berkata : “Suatu ketika aku punya
hutang, dan pikiranku terganggu memikirkannya. Kemudian aku bermimpi bertemu
seseorang yang berkata kepadaku : “Wahai orang yang kikir, engkau merampas hak
kami sebesar jumlah itu. Kewajibanmu adalah mengambil dan kamilah yang
memberi.” Maka sejak saat itu aku tidak pernah lagi berurusan dengan tukang
sayur, tukang daging, ataupun pedagang lainnya.”
Diceritakan
tentang Bannan al-Hammal bahwa ia menuturkan : “Aku sedang berada di tengah
perjalanan menuju ke Mekkah --- semoga Allah menjaganya – datang dari Mesir,
dengan membawa bekal. Tiba-tiba seorang wanita mendatangiku dan berkata :
“Wahai Bannan, engkau seorang kuli, engkau memikul perbeklan di atas
punggungmu, dengan membayangkan bahwa Dia tidak akan memberikan rezeki
kepadamu!.” Mendengar itu, aku lalu meletakkan bawaanku. Tapi kemudian tiga
kali melintas dalam pikiranku bahwa aku belum makan. Aku menemukan sebuah gelang
kaki di tengah jalan dan aku berkata dalam hatiku : “Barang ini akan terus ku
pegang sampai pemiliknya datang. Mungkin ia akan memberiku sesuatu manakala aku
mengembalikannya.” Kemudain muncullah wanita tadi, yang kemudian berkata
kepadaku : “Nah, sekarang engkau adalah seorang pedagang! Engkau mengatakan,
mungkin pemiliknya akan datang dan aku akan mempeoleh sesuatu darinya!” Lalu
dilemparkannya uang bebeerapa dirham kepadaku, sambil berkata : “Belanjakanlah
uang ini!” Ternyata uang itu mencukupi kebutuhanku hingga aku sampai ke
Mekkah.”
Dalam
suatu riwayat tentang Bannan disebutkan, bahwa ia memerlukan seorang budak
wanita untuk melayaninya. Maka ia lalu mengungkapkan keperluannya itu kepada
saudara-saudaranya. Mereka pun mengumpulkan uang untuk membeli seorang budak,
dan memberitahu kepadanya : “Inilah uang untuk membeli budak itu! Sekelompok
budak sedang dibawa orang kemari. Pilihlah mana yang engkau sukai!” Ketika
rombongan budak itu tiba, semua mata tertuju kepada salah seorang budak, dan
mereka berkata : “Itulah budak yang cocok untuknya.” Mereka bertanya kepada
pemiliknya : “Berapa harga budak ini?” Ia menjawab “Ia tidak dijual.” Mereka
meminta dengan sangat agar budak itu dijual kepada mereka, tapi pemiliknya
mengatakan : “Ia telah didperuntukkan bagi Bannan al-Hammal!. Seorang wanita
dari Samarkand mengirimkan kepadanya sebagai hadiah.” Dan kemudian budak itu
pun dibawa kepada Bannan, dan si budak tersebut lalu menuturkan perihal dirinya
kepada Bannan.
Al-Hasan
al-Khayyath meriwayatkan : “Aku sedang berada bersama Bisyir al-Hafi ketika
serombongan musyafir datang dan memberi salam kepadanya. Ia bertanya kepada
mereka : “Dari mana Anda sekalian?” Mereka menjawab : “Kami dari Syam. Kami
datang untuk memberi salam kepada Anda dan sekaligus untuk menunaikan ibadah
haji.” Bisyr berkata : “Semoga Allah swt. menerima syukur Anda sekalian.”
Mereka bertanya : “Maukah Anda pergi bersama kami? Bisyr menjawab : “Dengan
tiga syarat : Kita tidak usah membawa (bekal) apa pun; kita tidak akan meminta
apa pun kepada sipa pun; dan jika ada orang memberikan sesuatu kepada kita,
kita tidak akan menerimanya.” Mereka menjawab : “Mengenai persyaratan pertama,
kami setuju. Persyaratan kedua juga kami setuju. Tapi mengenai persyaratan
ketiga, kami tidak setuju.” Maka Bisyr lalu berkata : “Anda semua telah datang
dengan bertawakkal pada perbekalan untuk berhaji.” Kemudian ia menjelaskan :
“Wahai Hasan,a da tiga macam fakir. Ada fakir yang tidak meminta-minta, tapi
jika diberi ia tidak mau menerimanya, dialah tergolong fakir ruhani. Lalu, ada
fakir yang tidak meminta-minta dan jika diberi sesuatu mau menerimanya, sebagai
tawadhu.” Baginya di hadirat Yang Maha Suci. Dan si fakir yang meminta-minta,
jika diberi menerimanya sebatas kebutuhan. Tebusannya adalah dengan memeberikan
sedekah.”
Habib
al-‘Ajamy ditanya : “Mengapa Anda berhenti berdagang?” Ia menjawab : “Aku telah
mendapati bahwa jaminan Allah swt. itulah yang patut diandalkan.”
Diceritakan
bahwa pada masa dahulu ada seorang laki-laki yang sedang melakukan perjalanan
membawa sepotong roti. Ia berkata : “Jika aku memakan roti ini, aku akan mati.”
Maka Allah lalu menyerahkannya kepada seorang malaikat, dengan perintah : “Jika
ia memakan roti itu berilah ia rezeki. Jika ia tidak memakannya, maka janganlah
engkau beri apa pun.” Sepotong roti itu tetap dipegangnya sampai ia meninggal
(karena kelaparan), tanpa pernah dimakannya. Dan ketika ia meninggal, roti itu
masih ada bersamanya.
Dikatakan
: “Orang yang berjalan di medan tafwidh, maka tujuannya akan datang kepadanya
sebagaimana pengantin wanita diiringkan kepada keluarga pengantin laki-laki.
Perbedaan antara menyia-nyiakan anugerah Allah (tadhyi”) dengan menyerahkan
sepenuhnya kepada Allah (tafwidh) aalah bahwa tadhyi’ berkaitan terhadap
hak-hak Allah swt. dan merupakan tindakan tercela, sedangkan tafwidh berkaitan
dalam hak-hak Anda, dan merupakan tindakan yang terpuji.”
Abdullah
ibnul Mubarak mengatakan : “Barangsiapa menerima uang satu sen dari sumber yang
tidak halal, beraarti ia tidak bertawakkal kepada Allah.”
Abu Sa’id
al-Kharraz menuturkan : “Suatu ketika aku berjalan menelusuri padang pasir
tanpa membawa bekal dan tiba-tiba aku memerlukan kebutuhan yang sangat. Jauh di
sana, kulihat sebuah tempat perhentian, aku senang karena aku telah sampai.
Maka aku berpikir : “Aku telah menjadi tenang, dan bertawakkal kepada sesuatu
selain Dia.” Karenanya aku pun lalu bersumpah, bahwa aku tidak akan masuk ke
suha tempat kecuali jika aku dibawa ke dalamnya. Aku menggali lubang dan
mengubur badanku hingga sebatas dada. Tengah malam, terdengar suara bergema
yang mengatakan : “Wahai penduduk desa, salah seorang wali Alalh telah
menguburkan dirinya di pasir. Cari dan temukanlah ia!” Lalu jamaah datang
kepadaku, mengeluarkanku dan membawaku ke Desa.”
Abu
Hamzah al-Khurasany mengabarkan : “Suatu ketika aku pergi menunaikan ibadat
haji. Di tengah perjalanan aku jatuh tercebur ke dalam sebuah sumur. Jiwaku
mendesak agar aku segera minta tolong, tapi aku berkata : “Tidak, demi Allah,
aku tidak akan minta tolong!.”Begitu aku berpikir demikian. Lewatlah dua orang
laki-laki. Salah seorang diantaranya berkata : “Mari kita tutup lobang sumur
ini agar tidak ada orang orang yang masuk jatuh ke dalamnya.” Mereka membawakan
jerami dan anyaman, dan menutupi bibir sumur itu dengan tanah. Aku ingin
berteriak, namun aku berkata kepada diri sendiri : “Aku hanya akan berteriak
kepada Dia yang lebih dekat daripada kedua orang ini.” Maka aku pun tetap diam.
Setelah satu jam, tiba-tiba datanglah sessuatu yang membuka tutup lubang itu
dan menjulurkan kakinya. Saat itulah kudengar suara raungan pelan yang
seolah-olah mmerintahkan aku : “Berpeganglah kepadaku!” Aku tahu apa yang
dimaksudkan. Maka aku pun berpegang paa kakinya dan makhluk itu lalu menarikku
ke luar dari lubang sumur. Ternyata ia seekor singa! Dan binatang itu lalu
mneruskan perjalanannya. Sebuah suara gaib berseru kepadaku : “Wahai Abu
Hamzah, tidakkah ini lebih baik? Satu kebinasaan menyelamatkanmu dari
kebinasaan yang lain.” Aku pun terus berjalan, sambil bersyair :
Aku
berteriak keras-keras kepada-Mu agar aku tampak.
Kepada-Mu
apa yag kusembunyikan.
Rahasiaku
mengatakan apa yang dikatakan mataku kepadanya.
Maluku
terhadap-Mu mencegahku menyembunyikan nafsu,
Dan Kau
buat aku paham, dari-Mu tersingkapnya tabir
Membuat
kelembutan-Mu dalam persoalanku
Lalu Engkau
tampakkan kesaksianku pada gaibku
Sedang
kelembutan bertemu kelembutan
Engkau
hadirkan Diri-Mu secara gaib kepadaku,
Seakan-akan
Engkau beri daku kabar gembira,
Bahwa Kau
dalam genggaman.
Kini
kulihat Engkau, dan bagiku
Dari
gentarku kepada-Mu.
Lalu Kau
anugerahi sukacita kelemah-lembutan dari-Mu
Dan
kasih-sayang-Mu.
Dan Kau
hidupkan kembali seorang pecinta yang cintanya
Pada-Mu
berarti kematian baginya
Duhai
mengagumkan; hidup ada pada kematian.”
Hudzaifah
al-Mar’asyi, yang telah emlayani dan menemani Ibrahim bin Adam dan para
muridnya, ditanya : “Apakah kejadian paling aneh yang Anda saksikan
bersamanya?” Ia menjawab : “Kami pernah menempuh perjalanan menuju Mekkah
selama beberapa hari tanpa menemukan makanan. Kami datang ke kufah dan mencari
tempat berteduh di sebuah reruntuhan masjid. Ibrahim melihat kepadaku dan
berkata : “Wahai Huzaifah, kulihat tanda-tanda lapar pada dirimu.” Aku menjawab
: “Seperti yang tuan guru lihat.” Ia lalu berkata kepadaku : “Bawalah kepadaku
tinta dan selembar kertas!.”
Kubawakan
apa yang yang dimintanya itu, dan ia menulis : “Dengan Nama Allah Yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang. Engkau adalah Dia yang diinginkan dalam setiap
keadaan.” Maksud keseluruhannya adalah :
Aku
pemudi, aku bersyukur, aku pengingat..
Aku
lapar, aku haus, aku telanjang.
Inilah
enam sifat, dan aku akan menjamin yang setengahnya.
Maka
Engkau-lah penjamin yang setengahnya wahai Pencipta.
Pujiku,
selain Diri-Mu bagaikan api,
Janganlah
hamba-Mu yang kecil ini memasuki neraka
Lalu ia
memberikan kertas bertulis itu kepadaku dan memerintahkan : “Pergilah keluar
dan jangan engkau lekatkan hatimu pada sesuatu pun selain Allah swt. Berikan
kertas ini kepada orang pertama yang engkau jumpai!” Aku pun pergi ke luar, dan
orang pertama yang kulihat adalah seorang laki-laki yang sedang mengendarai
seekor keledai. Kuberikan kertas itu kepadanya. Orang itu mengambilnya dan
menangis. Ia bertanya : “Di mana orang yang telah menuliskan kata-kata pada
kertas ini?” Kukatakan kepadanya, : “Ia berada di Masjid Anu.” Ia memberikan
kepadaku sebuah kantong berisi uang enamratus dinar. Kemudian aku bertemu
dengan seseorang lainnya dan aku bertanya kepadanya siapa orang yang mengendari
keledai itu. Ian memberitahuku bahwa orang tersebut adalah seorang Nasrani. Aku
kembali kepada Ibahim dan kuceritakan semuanya kepadanya. Ia berkata : “Jangan
kau sentuh uang itu, sebab ia sedang menuju ke mari!.” Sejam kemudian orang
Nasrani itu pun muncul, mencium kepala Ibrahim dan menyatakan keislamannya.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.