بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Risalah Adab Sulukil Muriid
Menghadap kepada Allah
Swt
(Jauhi kemaksiatan dan kerjakan
ketaatan)
فصل
Pasal 6
ويَنبغي لِلمُريد أَن يكونَ أَبعدَ
النَّاسِ عنِ المَعاصي والمَحظوراتِ، وأَحفَظهُم لِلفَرائِضِ والمَأموراتِ،
وأحرَصَهُم على القُرُباتِ، وأسرَعَهُم إلى الخَيراتِ، فإنّ المُريدَ لَم
يَتَميَّزَ عن غَيرِهِ مِن النّاسِ إلا بالإقبالِ على الله وعلى طاعَتهِ،
والتَّفرُّغِ عن كُلِّ ما يُشغِلُهُ عن عِبادَتِهِ.
Seyogyanya seorang murid menjadi orang yang paling menjauhi
kemaksiatan-kemaksiatan dan hal-hal yang diharamkan, paling menjaga
perkara-perkara yang diwajibkan dan diperintahkan, paling gemar melakukan
perbuatan-perbuatan yang mendekatkan kepada Allah dan paling cepat menuju
kebaikan. Karena seorang murid itu tidak akan mengungguli manusia lain kecuali
dengan memprioritaskan Allah dan ketaatan kepada-Nya serta dengan mengganti
semua hal yang menyibukkan dirinya untuk beribadah kepada Allah.
ولِيكُن شَحيحاً على أنفاسِهِ، بَخيلاً
بِأوقاتِهِ، لاَ يَصرِفُ مِنها قليلاً ولا كَثيراً، إلا فِيما يُقَرِّبهُ مِن
ربّهِ، ويَعودَ عَليهِ بِالنَّفعِ في معَادِهِ.
Hendaknya seorang murid menjadi orang yang kikir terhadap
nafasnya dan pelit dengan waktunya. Jangan digunakan (nafas dan waktunya
tersebut) baik itu sedikit ataupun banyak kecuali dalam perkara yang
mendekatkan dirinya pada Tuhannya (Allah SWT) dan dalam hal yang kemanfaatannya
kembali ke tempat pulangnya kelak (yakni akhirat).
ويَنبغي أن يكونَ لهُ وِرْدٌ مِن كُلِّ
نوعٍ مِن العِباداتِ يُواظِبُ عليها، ولا يسمَح بِتَركِ شيءٍ مِنها في عُسرٍ ولاَ
يُسرٍ، فَلْيُكثِر مِن تِلاوةِ القُرآنِ العظيمِ مَع التَدبُّرِ لِمعانيهِ، والتَّرتيلِ
لألفاظِه،
Sebaiknya seorang murid memilik satu wirid dari berbagai
ibadah-ibadahnya yang dilakukan secara terus-menerus (menjadi kebiasaan).
Jangan mentolerir diri dengan meninggalkan sedikitpun wirid tersebut baik itu
dalam kondisi sulit ataupun kondisi longgar. Hendaknya murid memperbanyak
membaca Al Qur’an al ‘Adzim disertai merenungkan maknanya dan membaca tartil
lafad-lafadnya.
وليكُن مُمتلِئاً بِعَظمةِ المُتكَلِّم
عِند تِلاوةِ كَلامِه، ولاَ يَقرأُ كَما يَقرأُ الغافِلون الذينَ يَقرؤونَ القرآنَ
بِألسِنةٍ فصيحةٍ وأصواتٍ عالِيَةٍ وقلوبٍ مِنَ الخُشوعِ والتَعظيمِ لله خاليةٍ،
يَقرَؤونهُ كما أُنزِلَ مِن فاتِحتِه إلى خاتِمَتِه ولاَ يدرونَ مَعناهُ، ولاَ
يعلَمونَ لأيِّ شيءٍ أُنزِلَ، ولَو عَلِموا لَعمَلوا، فإنّ العِلمَ ما نَفعَ،
Disamping itu hendaknya murid memenuhi dirinya sendiri dengan
keagungan Dzat yang berfirman saat membaca Kalam-Nya. Jangan membaca seperti
orang-orang yang lalai yakni mereka yang membaca Al Qur’an dengan lidah/bahasa
yang fasih, suara yang tinggi/merdu dan hati yang jauh dari khusyu’ dan tidak
ada Pengagungan kepada Allah. Mereka membaca Al Qur’an seperti apa yang
diturunkan yakni dari awal sampai akhir sementara mereka tidak tahu maknanya.
Dan mereka (juga) tidak mengetahui untuk kepentingan apa Al Qur’an diturunkan.
Apabila mereka mengerti pasti mereka akan mengamalkan. Karena ilmu adalah
sesuatu yang bermanfaat.
ومَن عَلِمَ وما عَمِلَ فَلَيسَ بينهُ
وبَينَ الجاهِلِ فَرقٌ إلا مِن حيثُ إنّ حُجَّةَ الله عليهِ آكَدُ، فَعَلى هذا
يَكونُ الجاهِلُ أَحسنُ حالاً منه،
Barang siapa yang telah mengetahui (berilmu) sementara ia
tidak menerapkannya maka antara dia dan orang bodoh tidak ada bedanya, kecuali
dari sisi bahwa: “Hujjah (bukti) Allah akan mencelakakannya (yakni orang
berilmu tapi tidak mengamalkannya) lebih ditekankan.” Berdasarkan hal ini orang
bodoh lebih baik keadaannya dari orang yang berilmu tapi tidak mengamalkannya.
ولِذلِك قيلَ: كُلُّ عِلمٍ لاَ يَعودُ
عَليكَ نَفعُهُ فَالجَهلُ أَعوَدُ عَليكَ مِنهُ.
Oleh karena itu dikatakan (sebuah pepatah): Setiap ilmu yang kemanfaatannya tidak kembali padamu maka
kebodohan lebih (cepat) pulang padamu daripada ilmu tersebut.
ولِيكُن لكَ - أيّها المُريدُ- حَظٌّ مِن
التَّهجُّدِ فإنّ اللَّيلَ وَقتُ خَلوةِ العَبدِ معَ مَولاهُ فأكثِر فيهِ مِن
التَّضرُّعِ والاِستِغفارِ، وناجِ ربَّكَ بِلِسانِ الذِّلّةِ والاِضطِرارِ، عَن
قلبٍ مُتحقّقٍ بِنِهايةِ العَجزِ وغايَةِ الاِنكِسارِ، واحذَر أن تَدعَ قِيامَ
الليلِ فلا يأتي علَيك وقتُ السَّحرِ إلا وأنتَ مُستيقِظٌ ذاكِرٌ لله سُبحانَهُ
وتعالى .
Jadikanlah bagimu -wahai murid- satu bagian waktu untuk
bertahajjud. Karena malam hari adalah waktu khalwat (berbincang-bincang secara
intim) seorang hamba beserta Tuannya (Allah SWT). Untuk itu, perbanyaklah
merendahkan diri dan meminta ampunan di malam hari. Bermunajatlah kepada
Tuhanmu dengan bahasa yang merendah dan sangat membutuhkan-Nya. Semua itu
dilakukan dengan hati yang menyatakan diri sangat lemah dan (berada) di puncak
kesusahan. Waspadalah, jangan sampai kau meninggalkan beribadah di malam hari.
Jangan sampai waktu sahur mendatangimu kecuali kau sudah bangun dan berdzikir
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Untuk Kitabnya Download Disini
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Title : Risalah Adab Sulukil Muriid Pasal 6 (Menghadap kepada Allah Swt)
Description : Risalah Adab Sulukil Muriid Menghadap kepada Allah Swt (Jauhi kemaksiatan dan kerjakan ketaatan) فصل Pasal 6 ويَنبغي ل...