بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Risalah Adab Sulukil Muriid
Awal Perjalanan
Cara Memperoleh Dorongan Beribadah Menuju Allah Ta’ala
dan Menjaganya
بسم الله الرحمن الرحيم
فصلٌ
Pasal 1
اِعلم أنّ أوّل الطريق باعثٌ قويّ يُقذف في قلب العبد
يُزعجه ويُقْلقه ويَحثُّه على الإقبال على الله والدّارِ الآخرة، وعلى الإعراض عن
الدُّنيا وعمّا الخَلْقُ مشغولون به مِن عَمارَتِها وجَمعِها والتَّمَتُّع
بشهواتِها والاغتِرارِ بِزخَارِفها.
Ketahuilah bahwa permulaan menempuh jalan menuju Allah
(thariqah) adalah sebuah dorongan kuat yang diletakkan di dalam hati seorang
hamba yang membuatnya gelisah, khawatir dan mendorongnya untuk mendatangi Allah
dan (menuju) Akhirat, serta berpaling dari (kehidupan) dunia dan menjauhi
perkara yang semua manusia sibuk dengannya seperti ikut andil dalam meramaikan
dunia (bermegahan), menumpuk-numpuknya, menikmati kesenangan di dunia (sehingga
lalai) dan tertipu dengan hiasan luarnya.
وهذا الباعِثُ مِن جنود الله الباطِنة، وهو مِن نَفحاتِ
العِناية وأعلامِ الهِدايَة، وكثيراً ما يُفتَح بهِ على العبْدِ عِند التَخْويف
والتّرغيب والتّشويق، وعِند النّظَرِ إلى أهل الله تعالى والنّظَرِ منهم، وقد يقعُ
بِدون سببٍ.
Dorongan ini adalah sebagian dari tentara Allah yang
bersifat batin. Ia termasuk pemberian atau hadiah yakni berupa pertolongan dan tanda-tanda hidayah
(memperoleh petunjuk). Sering kali dorongan seperti ini dibukakan pada hamba
saat dalam kondisi takut, susah, suka ataupun rindu dan (juga) saat memandang
Ahlullah[1] ta’ala atau dilihat oleh mereka. Dan kadang-kadang dorongan
tersebut diperoleh tanpa sebab.
والتّعرُّضُ للنَّفحات مأمورٌ به ومُرغَّبٌ فيه والانتِظار
والاِرتِقاب بدون التَّعرُّض ولزوم الباب حُمقٌ وغَباوةٌ. كيف و قد قالَ عليه
الصّلاةُ والسّلام: " إنَّ لِرَبّكم في أيّام دهركُم نفحاتٍ ألاَ فتَعرّضوا
لها."
Menyingkap dan berupaya memperoleh pemberian-pemberian-Nya
itu merupakan perbuatan yang diperintahkan dan disukai. Sedangkan menunggu dan
meneliti saja tanpa ada upaya menyingkap dan tanpa membuka pintunya adalah
sebuah kebodohan dan kedunguan. Bagaimana tidak seperti itu? Sementara
Rasulullah –‘alaihi assholatu wassalam- telah bersabda: “Sesungguhnya Tuhan
kalian memiliki banyak pemberian di hari-hari dalam tahun kalian. Ingatlah,
cari dan temukanlah pemberian itu!”
ومَن أكرَمه الله بهذا الباعِث الشَّريف فَليَعرِف قَدرَهُ
المُنيف، وَلْيَعلَم أنّهُ مِن أعظَم نِعَم الله تعَالى عليه التي لا يُقدّرُ
قَدرُها ولا يُبْلَغُ شُكرُها فَلْيُبالِغ في شُكر الله تعالى على ما منَحه
وأوْلاهُ، وخصّه به مِن بين أشكالِه وأقرانِه فَكم مِن مُسلمٍ بلَغَ عُمرُه ثمانين
سنَةً وأكثر لم يجد هذا الباعِث ولم يطْرُقْهُ يوماً مِن الدّهر.
Dan siapapun yang diistimewakan oleh Allah dengan
dorongan yang mulia ini maka ketahuilah kadar dan ukurannya yang luhur.
Yakinlah bahwa hal tersebut merupakan sebagian nikmat paling besar dari Allah
yang tidak ternilai dan tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Oleh karena itu,
(orang yang memperoleh dorongan tadi) hendaknya memperbanyak bersyukur kepada
Allah ta’ala atas apapun yang Ia berikan dan prioritaskan kepada orang tersebut
serta beryukur karena Allah telah mengistimewakannya daripada teman dan
rekan-rekannya. Padahal berapa banyak orang islam yang telah mencapai umur 80
tahun bahkan lebih sementara itu ia belum menemukan dorongan ini dan (juga)
tidak menempuh –mencarinya- satu haripun
dari waktunya.
وعلى المُريد أن يجتهد في تَقْويَته وحِفظِه وإجابَته -أعني
هذا الباعِث-
فَتقوِيَته بالذّكر لله، والفِكر فيما عِند الله،
والمُجالسة لأهل الله،
وحِفظِه بالبُعد عَن مُجالسة المحجوبين والإعراضِ عَن
وَسوَسة الشياطين،
وإجابَتهِ بأن يُبادر بالإنابة إلى الله تعالى، ويَصْدُقَ
في الإقبالِ على الله، ولا يَتَوَانى ولا يُسوِّف ولا يَتَباطَأ ولا يُؤَخِّر وقد
أمكنَتْه الفُرصةُ فلْيَنتهِزها، وفُتِح له الباب فلْيَدخُل، ودَعاه الدّاعي
فليُسرع، وَلْيحذَر مِن غدٍ بعد غدٍ فإنّ ذلك مِن عمَل الشّيطان، ولْيُقبل ولا
يَتَثبّط ولا يتَعلَّل بِعَدم الفَراغ وعدم الصّلاحِيّة.
Keharusan bagi murid[2] berusaha dengan tekun dalam
menguatkan, menjaga dan menurutinya -yakni dorongan ini-.
(Cara) menguatkannya adalah dengan dzikrullah (berdzikir
dan ingat kepada Allah, memikirkan/merenungkan apa-apa yang ada di sisi Allah
dan bergaul serta dekat pada Ahlullah.
(Cara) menjaga dan memeliharanya adalah dengan menjauhi
duduk-duduk, berkumpul dengan orang yang terhalangi dari Allah dan melawan
godaan-godaan syetan.
Dan (cara) menurutinya (yakni menuruti dan meng-iyakan
dorongan yang sudah dijelaskan) yaitu dengan bergegas kembali menuju kepada
Allah ta’ala, bersungguh-sungguh dalam mendatangi dan menuju Allah, tidak
bermalas-malasan, menunda-nunda, mengkendurkan dan mengakhirkannya karena
kesempatan telah datang kepadanya untuk itu bergegaslah menggunakannya. Dan
(juga) pintu (menuju Allah melalui dorongan yang telah telah diberikan) telah
dibukakan untuknya, untuk itu masuklah. Serta ia sudah diajak (oleh dorongan
tadi) maka bergegaslah. Dan waspadalah dari “besok-besok” (menunda dengan
alasan masih ada waktu) karena hal tersebut termasuk dari perbuatan syetan.
Kerjakanlah, jangan menjadi kendur (lengah) dan jangan beralasan tidak sempat
dan tidak pantas (belum layak).
قال أبو الرّبيع رحِمه الله: سِيروا إلى الله عُرْجاً
وَمَكَاسِير ولا تَنتَظروا الصِّحة فإنّ انتظار الصِّحة بَطالَةٌ.
Syaikh Abu Rabi’ rahimahullah telah berkata: “Berjalanlah
menuju Allah dengan keadaan pincang dan lemah. Janganlah kalian menunggu sehat,
karena menunggu sehat adalah wujud tuna karya (pengangguran yang tidak akan
memperoleh apa-apa)”.
وقال ابنُ عطاءِ الله في الحِكم: إحالَتُك العَمَل على
وُجود الفراغِ مِن رُعوناتِ النّفوس.
Dan Syaikh Ibnu ‘Athaillah
telah berkata di kitab al Hikam: “menunda beramal (bekerja ataupun berkegiatan)
sampai (menunggu) adanya kesempatan merupakan kebodohan jiwa”.
[1] Kata “ahlu” tidak
diterjemahkan karena malahan akan menyempitkan makna, ahlu secara bahasa bisa
berarti keluarga, pakar dan kelompok. Sehingga Ahlullah secara
bahasa bermakna keluarga Allah, orang atau kelompok yang concern pada
Allah. Jadi Ahlullah bisa jadi wali, orang-orang sholih, ulama
ataupun kiyai.
[2] Istilah ini sudah
dijelaskan pada ngaji yang pertama silahkan yang merujuk di sini.
Untuk Kitabnya Download Disini
<Daftar Isi>
<<Kajian Sebelumnya
Kajian Selanjutnya>>
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.