بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Misykat Al-Anwar
Allah Adalah Cahaya Langit dan Bumi
Al-Ghazali
PERMISALAN DALAM
AL-QUR'AN
Uraian tentang
Permisalan Misykat, Pelita, Kaca, Pohon, Minyak, dan Api
Untuk menjelaskan itu
semua haruslah dikemukakan dua kutub pembahasan yang ruang lingkupnya bisa
menjadi amat luas ta npa batas.
Oleh sebab itu, aku
hanya akan mengisyaratkan kepada kedua-duanya dengan merumuskannya secara
ringkas.
a.) Kutub Pertama. Penjelasan
tentang rahasia permisalan (tamsilan, perumpamaan), metodenya : alasan
penjelasan ruh-ruh berbagai makna (ide) dalam acuan permisalan; hubungan
persamaan antara keduanya; dan inti perbandingan antara ‘alam syahadah (alam
kasat mata) yang merupakan material segala macan misal (contoh-contoh
perumpamaan), dengan ‘alam malakut (alam atas, alam malaikat) yang daripadanya
ruh-ruh itu turun.
b). Kutub kedua :
mengenai tingkatan-tingkatan inti ruh-ruh manusiawi dan tingkatan
cahaya-cahayanya.
Misal atau perumpamaan
(ayat 35 Surah Al-Nur) ini dimaksudkan untuk menjelaskan hal itu. Ibn Mas’ud
membaca firman Allah tersebut sebagai berikut :
“ ... Permisalah
cahaya-Nya dalam hati orang-orang mukmin seperti misykat ..... “ dan
seterusnya.
Atau menurut bacaan
Ubay bin Ka’ab :
“..... Permisalan
cahaya hati orang yang beriman seperti misykat .... “ dan seterusnya
Kutub Pertama : Uraian
tentang rahasia Permisalan (Tamsilan) dan Metodenya
Ketahuilah
bahwa alam terdiri dari dua bagian : alam ruhani dan alam jasmani. Atau
bila Anda ingin, dapatlah Anda sebut sebagai : alam indra dan alam akal, atau
bisa pula alam atas (atau tinggi) dan alam bawah (atau rendah).
Semua itu hampir
sama. Yang berbeda hanya istilah-istilahnya.
Jika Anda meninjau keduanya itu dari segi eksistensinya
masing-masing, Anda akan menyebutnya jasmani dan ruhani.
Jika meninjaunya dalam
kaitannya dengan penglihatan yang dapat mencerap keduanya, Anda akan
menyebutnya indriawi dan ‘Aqli (akal).
Jika meninjaunya dalam
hubungan antara arah yang satu dan lainnya, Anda akan menyebutnya “atas” dan
“bawah”.
Adakalanya Anda menamakan yang satu “alam
kenyataan dan kasat mata” (‘alamul-mulk was-syahadah), sedangkan yang lainnya
alam gaib dan malakut (‘alam a;ghaib was malakut).
Nah, barangsiapa
memandang kepada berbagai hakikat kata-kata, mungkin sekali ia akan kebingungan
disebabkan amat banyaknya, dan ia pun akan menghayalkan banyaknya makna yang
dikandungnya. Sedangkan orang, yang hakikat-hakikat itu telah tersngkap
baginya, akan menjadikan berbagai makna itu sebagai pokok dan istilah-istilah
itu sebagai pelengkap.
Sebaliknya, orang
yang lemah pengetahuannya akan mencari hakikat-hakikat melalui istilah-istilah.
Kepada kedua kelompk ini ditujukan firman Allah :
“Maka apakah orang yang
berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak beroleh petunjuk ataukah
orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? (QS. Al-Mulk 67 : 22).
Kini setelah mengetahui
makna kedua alam itu, ketahuilah bahwa ‘alam malakut yang tinggi adalah alam
gaib, sebab ia gaib (tak tampak) bagi kebanyakan orang. Sedangkan alam indriawi
adalah ‘alam syahadah, sebab dapat disaksikan oleh mereka.
Selain dari itu, alam
indriawi adalah sarana pendakian ke alam kekal, dan seandainya tak ada hubungan
dan kesesuaian antara keduanya, niscaya tertutuplah jalan pendakian ke alam
kekal.sekiranya hal itu terjadi, maka mustahil orang dapat berjalan menuju
hadirat ketuhanan serta penghampiran diri kepada Allah Swt.
Tak seorang pun akan
berhasil menghampiri Allah Swt, tanpa sebelumnya menginjakkan kakinya di
tengah-tengah Hadhrat al-Quds. Yang kami maksudkan dengan itu ialah alam yang
jauh meninggi dari pencerapan indra dan khayal yang – jika Anda meninjaunya
secara keseluruhan – merupakan lapangan atau arena yang tak sesuatu yang asing
baginya akan keluar daripadanya ataupun masuk ke dalamnya. Itulah yang kami
maksdukan dengan hadhrat al-Quds. Sebagaimana kita, adakalanya menamakan ruh
manusiawi yang menjadi seluruh limpahan-limpahan kesucian Ilahi sebagai “lembah
yang disucikan” (al-wadi al-muqadas).
Dalam hadhrat ini
terdapat pula berbagai hadhrat yang sebagiannya lebih kuat mengandung
makna-makna kesucian daripada lainnya. Meskipun --- sesungguhnya --- kata
“hadhrat” sudah melingkupi semua tingkatannya.
Maka janganlah
sekali-kali Anda mengira bahwa istilah-istilah ini merupakan
“malapetaka-malapetaka” yang tak dapat dicerna oleh akal, terutama bagi
orang-orang yang telah tercerahkan mata hatinya.
Aku menyadari bahwa
kesibukanku sekarang dalam mencoba menguraikan setiap kata (istilah) yang
kusebutkan, akan menghalangiku untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu, hendaknya
Anda sendiri bersungguh-sungguh dalam usaha memahami arti istilah-istilah
tersebut, sebab aku hendak kembali ke sasaranku semula.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :