بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
“Fihi ma Fihi”
Cara
Yang Mengenal Dirinya – Yang Mengenal Tuhannya
Karya: Jalaluddin Rumi
DUA
BELAS
ANTARA
KASTURI DAN WANGI KASTURI
“Kami
rindu untuk bertemu denganmu,” kata guru. “Tetapi sejak kami tahu engkau sedang
sibuk dengan urusan kesejahteraan orang-orang, kami tidak akan mengganggumu.”
“Itu
sudah menjadi kewajiban kami,” kata pangeran. “Sekarang masa darurat
telah berakhir, maka kami pasti akan mengunjungi Anda,”
“Itu
tidak berbeda,” guru berkata. “Semuanya sama. Engkau demikian bermurah hati
hingga segala hal sama bagimu. Bagaimana seseorang mampu berbicara tentang
masalah? Maka, sejak kami tahu hari ini engkau berhubungan dengan perbuatan
baik dan perbuatan murah hati, kami pasti akan menolongmu.”
Kami
sedang memikirkan apakah seseorang mesti mengambil dari manusia yang memiliki
keluarga untuk diberikan kepada yang memiliki apa-apa. Kaum Tekstualis
mengatakan bahwa orang mesti diambil dari yang berkeluarga dan memberikan
kepada yang tidak memiliki keberuntungan. Dengan pengamatan yang lebih dekat
dengan ungkapan terakhir sama sekali tak bisa diharapkan.
Apabila
manusia spiritual yang memahami hakikat menyerang orang lain dengan memecahkan
kepala dan hidungnya, setiap orang akan melihat yang terakhir adalah kelompok
terluka. Tapi pada hakikatnya, kelompok terluka adalah orang yang menyarangkan
pukulan.
Pelaku
kesalahan adalah yang berbuat tidak atas kesenangan terbaiknya.
Yang
terpukul dan kepalanya pecah adalah pelaku kesalahan, sedangkan yang
menyarangkan pukulan tentulah kelompok yang terluka. Karena dia memahami
hakikat dan terserap di dalam Tuhan, perbuatannya adalah perbuatan Tuhan, dan
Tuhan tidak dapat disebut pelaku kesalahan. Demikian halnya, Nabi Muhammad
ketika membunuh, menumpahkan darah, dan merampas : mereka yang terbunuh dan
terampas adalah pelaku kesalahan, Nabi Muhammad adalah kelompok yang terluka.
Sebagai
contoh, orang Barat tinggal di Barat dan orang Timur datang ke barat. Yang
menjadi “orang asing” adalah orang Barat. Orang asing macam apa yang datang
dari Timur? Karena seluruh dunia tidak lain kecuali satu rumah, dia tentu
sekedar pergi dari satu ruang ke ruang lain. Dari sudut satu ke sudut lain.
Bukankah
dia masih di dalam rumah itu juga? Demikian halnya, orang Barat yang telah
memahami hakikat ketika dia pergi meninggalkan rumah. Betapa pun Nabi Muhammad
telah bersabda, “Islam dimulai dengan keasingan.” Dia tidak mengatakan orang
Timur dimulai dengan keasingan.” Maka, ketika Nabi terkalahkan, beliau adalah
kelompok yang terluka. Ketika beliau mendapat kemenangan gilang-gemilang dia
msih tetap kelompok yang terluka. Di setiap situasi dan setiap waktu, beliau di
dalam kebenaran. Dan orang yang berada di kanan adalah kelompok orang terluka.
Nabi
Muhammad memiliki rasa kasihan kepada tawanannya. Tuhan mengirim ilham pada
hati utusan, dan berfirman, “Katakan pada mereka bahwa apabila, saat keadaan
mereka terborgol dengan rantai, mereka cenderung berbuat baik. Tuhan akan
membebaskan mereka, mengembalikan berbagai benda mereka yang hilang, dan memeberi
mereka pengampunan dan maaf di kehidupan nanti – dua harta karun, satu yang
telah tiada dari mereka dan satu lagi di dunia yang akan datang.”
Pangeran
bertanya, “Apabila seorang melakukan suatu perbuatan, apakah keberhasilan dan
kebaikan datang dari perbuatan itu sendiri, atau keduanya, adalah berkah dari
Tuhan?”
“Kebaikan
atau keberhasilan adalah berkah Tuhan.” Kata guru, “tetapi Tuhan memang luar
biasa murah hati hingga Dia melengkapkan keduanya untuk menusia. Dia berfirman
: “Keduanya milikmu, sebagai ganjaran untuk apa yang telah mereka berbuat.”
(QS. 32 : 17).
“Apabila
Tuhan Maha Pemurah.” Kata pangeran, “maka siapa pun yang menari dengan
sungguh-sungguh, dia akan menemukan.”
Tetapi
tanpa adanya pemimpin, hal itu tak akan terjadi. Ketika orang Israel taat
kepada Musa, jalan kering terbuka di lautan untuk mereka lewati.
Tetapi
begitu mereka mulai menunjukkan penentangan, mereka berkelana di kesengsaraan
selama bertahun-tahun. Seorang pemimpin harus selalu menyertai rakyatnya pada
saat-saat mereka merasakan kesenangan terbaik. Pemimpin harus selalu hadir di
tengah mereka yang telah terserap untuk taat kepadanya. Sebagai contoh, banyak
tentara mengabdi di bawah jenderal. Sejauh mereka tetap taat kepadanya, dia
akan mencurahkan kecerdasannya untuk memperhatikan mereka dan akan terikat pada
kesenangan terbaiknya. Di sisi lain, apabila mereka melawan, kenapa dia harus
mengkhawatirkan urusan mereka?
Kecerdasan
di dalam tubuh manusia bagaikan pangeran : sepanjang anggota tubuh berada di
dalam ketaatan, semuanya akan berjalan dengan baik, tetapi ketika mereka
memberontak, semuanya menjadi rusak. Tidakkah engkau lihat kerusakan yang
muncul dari tangan, kaki, dan lidah manusia, anggota tubuhnya, ketika dia
mambuk karena minum terlalu banyak anggur? Ketika dia sadar hari esoknya, dia
berkata, “Oh, apa yang telah aku lakukan? Kenapa aku terlibat perkelahian?
Kenapa aku sedemikian terkutuk? Maka, suatu perkara akan baik sepanjang ada
pemimpin di dalam kota dan penduduk yang mentaatinya.
Sekarang,
sejauh setiap orang taat, yang intelek (akal) akan memikirkan kesenangan
terbaik anggotanya. Apabila, sebagai contoh, akal berpikiran. “Aku akan pergi,”
dia hanya akan pergi apabila kaki taat; kalau tidak, dia tidak akan berpikir
untuk pergi.
Sebagaimana
intelek adalah pangeran dari tubuh, orang suci adalah intelek di tengah entitas
lain.
Di
dalam hubungan antara orang suci dan orang-orang biasa, meskipun orang-orang
awam memiliki intelek, pengetahuan, kemampuan spekulasi, dan kemampuan untuk
belajar sendiri, semuanya tak lebih hanyalah “tubuh” bagi sang intelek.
Sekarang, ketika tubuh seseorang tidak taat pada intelek, segala sesuatu berada
di dalam kesesatan. Ketika taat, mereka tentu mengikuti apa pun yang
dilakukannya. Karena tidak mampu memahami melalui inteleknya senddiri, mereka
tidak boleh menentang pikiran sendiri tetapi mesti taat pada pimpinannya.
Ketika kacung magang pada guru penjahit, dia mesti taat. Apabila diberi
potongan kecil untuk dijahit, dia harus menjahit potongan kecil itu. Apabila
diberi kelim baju, dia mesti menyetik kelim itu. Apabila ingin belajar, dia
mesti membuang inisiatifnya sendiri dan benar-benar di bawah aturan gurunya.
Kami
berharap bahwa Tuhan akan membawa sebuah keadaan, katakanlah kehendak-Nya, yang
berada di atas dan melampaui ribuan pemaksaan dan usaha, karena malam Al-Qadar
lebih baik dari seribu bulan (QS. 97 : 3). Pernyataan ini serupa dengan
perktaan “Satu sentuhan Tuhan ebih baik daripada ibadah seluruh manusia dan
jin.” Itu untuk mengatakan, kedatangan kehendak Tuhan adalah hasil dari
ratusan ribu usaha. Usaha tambahan memang baik dan berguna – bahkan bermanfaat
– tetapi apa yang selanjutnya berguna bagi kehendak?
Pangeran
bertanya, “Apakah kehendak mendatangkan usaha?”
“Kenapa
tidak?” jawab guru. “Ketika ada kehendak, di sana terdapat pula usaha.” Usaha
apa yang dicurahkan Isa hingga bisa berkata dari buaian, “Aku adalah hamba
Tuhan; Dia telah memeberiku Kitab Injil.” (QS.19:30)? Yohanes pembaptis
menerangkan diri ketika masih berada di dalam rahim ibunya.
Ucapan
muncul kepada Muhammad Rasulullah tanpa usaha, karena dia dikatakan sebagai,
Dia, yang dadanya telah dilapangkan Tuhan (Qs.39 : 22). Ketika orang
pertama kali dibangunkan dari kesalahan, da rahmat di sana; itu pemberian
murni dari Tuhan. Apabila itu, tidak demikian, kenapa orang lain yang mirip
Muhammad tidak memilikinya? Rahmat dan kemarahan seperti binaran saat lalat
keluar dari api. Pada pertamanaya, binar itu adalah “hadiah”, tetapi ketika
engkau meletakkan katun pada binaran itu, lalu menaruhnya, dan menyelimutinya,
maka binar itu menjadi “rahmat dan kemarahan”.
Pada
asalnya manusia itu kecil dan lemah : Manusia diciptakan lemah (QS.4:28).
Tetapi mirip api, ketika engkau memelihara orang lemah, dia menjadi besar dan
memakan seluruh dunia; Api kecil itu menjadi besar : Engkau adalah atak yang
agung (QS. 68 : 4 ).
Aku
mengatakan, “Guru kami sangat mencintai Anda.”
Guru
mengatakan,”Kedatanganku mau pun perkataanku selalu dipenuhi dengan cintaku.
Aku mengatakan apa yang akan datang. Apabila Tuhan berkehendak, Dia akan
membuat kata tak berharga ini jadi penuh manfaat. Dia akan menyemayamkan mereka
di dalam dadamu dan menjadi mereka amat berguna. Apabila Dia tidak berkenan,
engkau dapat membuat ratusan ribu kata tetapi tidak akan masuk ke dalam hatimu;
mereka akan mati dan terlupakan.
Mereka akan jadi seperti percikan yang jatuh
pada kain lap dan membakar; Apabila Tuhan berkehendak, satu percikan itu akan
menjadi besar dan menyebar; apabila Dia tidak berkehendak, ribuan percikan
dapat jatuh pada kain, tetapi semuanya lenyap tanpa jejak.”
Pemilik
Surga dan Bumi adalah Tuhan (QS. 48 : 4). Kata-kata itu adalah tentara Tuhan
yang bisa membongkar dan menaklukkan benteng atas perintah-Nya. Apabila dia
memerintahkan beberapa ribu tentara pergi ke sebuah benteng, tetapi tidak untuk
menguasainya, mereka akan berlaku sebagaimana yang diperintahkan. Apabila Dia
memerintahkan satu orang tentara untuk mengambil alih benteng, satu tentara itu
akan membongkar dan menguasainya. Dia menugaskan satu ngengat untuk menyerang
Namrud, dan ngengat itu menghancurkannya.
Dikatakan
untuk orang yang mengetahui, satu danaq dan dinar, atau satu singa dan kucing,
sama saja. Apabila Tuha memberikan restu-Nya, satu danaq akan berarti ribuan
dinar, bahkan lebih. Apabila dia membatalkan restu-Nya, ribuan dinar tidak akan
mempu melakukan hal yang dapat dilakukan satu danaq. Apabila dia menugaskan
seekor kucing untuk menyerang singa, ia akan menghancurkan singa, seperti
dilakukan ngenat pada Namrud.
Bila Dia menugaskan singa, singa akan
menggigil di hdapannya, atau kalau tidak singa yang sama itu akan jadi keledai.
Mirip sejumlah darwisy mengendari singa. Bila Dia berkehendak, api jadi dingin
dan menyelamatkan (Q. 21 : 69), untuk Ibrahim. Api berubah menjadi taman mawar
karena tidak ada perintah Tuhan untuk membakarnya. Sederhananya, mereka yang
sadar bahwa apa pun berasal dari Tuhan, segala sesuatu sama.
Kami
berharap kepada Tuhan bahwa engkau mendenegar kata ini dari dalam diri, karena
di sana terletak manfaat. Seribu perampok barangkali berasal dari luar, tetapi
mereka tidak mampu membuka pintu sampai pencuri lain membantu mereka dengan
membukakan pintu dari dalam. Engkau dapat berkata seribu kata dari luar, tetapi
sejauh tidak ada seorang pun dari dalam mengatakan bahwa mereka benar, itu
tidak akan bermanfaat. Seperti pohon, sejauh tidak terdapat kesegaran di dalam
akar, tidak akan berbeda betapa pun engkau mengairinya. Pertama-tama mesti ada
kesegaran di dalam akar agar air bermanfaat. “Meski orang melihat ratusan ribu
cahaya, cahaya terletak hanya pada sumbernya.” Meskipun seluruh dunia dibangun
di dalam cahaya, orang yang matanya tidak cerah tidak akan mempu melihatnya.
Hal
yang paling utama adalah kemauan memahami di dalam jiwa. Jiwa adalah satu hal,
ruh hal lain. Tidaklah engkau lihat betapa jiwa mengembara ke luar selama
tidur? Sementara ruh tetap berada di dalam tubuh, jiwa berkelana dan menjadi
sesuatu yang lain. Ketika Ali berkata, “Yang mengetahui jiwanya, Tahu
Tuhannya.”
Yang
dia perbincangkan adalah jiwa ini. Apabila kita berkata dia membicarakan jiwa
ini, maka itu bukan berkenaan dengan hal kecil. Pada sisi lain, jika kami
menjelaskan dia sebagai jiwa itu, pendengar akan memahami itu sebagai jiwa yang
sama karena dia tidak mengetahui jiwa itu. Sebagai contoh, apabila engkau
memegang cermin kecil, tidak akan berbeda yang ditunjukkannya besar ata pun
kecil, karena bayangan dalam cermin masih benda itu sendiri. Memang mustahil
ini disampaikan melalui perantara kata, Perkataan hanya cukup menghasilkan
sebuah petunjuk untuk rangsangan.
Di
luar yang kita katakan ada sebuah dunia untuk kita cari. Dunia dan
kesenangannya ini dibagikan kepada sifat binatang manusia; mereka adalah
makanan untuk kebinatangannya. Yang paling utama di dalam diri manusia sedang
mengalamai kemerosotan. Manusia dinamai binatang bernalar, maka dia memiliki
dua hal. Yang memberi makan kebiatangannya di dunia ini adalah nafsu dan
hasrat. Tetapi makanan untuk bagian hakikatnya adalah pengetahuan, kebijakan,
dan pandangan Tuhan. Karakter kebinatangan manusia selalu menghindari yang
nyata, dan naluri kemanusiaannya terbang dari dunia ini. Salah satu di antara
kalian adalah orang kafir, dan yang lainnya adalah orang beriman (QS. 64 : 2).
Ada dua person yang berselisih di dalam makhluk ini. “Dengan sisapa
keberuntungan menyertai? Siapa yang akan diberi kebaikan oleh nasib baik?”
Tidak
ada keraguan, dunia ini sedang berasa di tengah musim dingin. Kenapa benda mati
dinamai benda “padat”? Karena mereka semua “membeku”. Bebatuan, pegunungan, dan
penutup lain yang jadi pakaian dunia ini “membeku”. Apabila dunia ini
bukan di tengah musim dingin, kenapa dia membeku? Konsep tentang dunia adalah
sederhana dan dapat dilihat.
Seseorang dapat mengetahui sesuatu dari
dampaknya. Dari dampak orang mengetahui ada hal seperti angin dan dingin. Dunia
ini bagaikan di tengah musim dingin ketika segala sesuatu membeku dan memadat.
Semacam apakah di tengah musim dingin? Sebuah mental di tengah musim dingin,
bukan sesuatu yang nyata.
Ketika
hembusan “ilahi” datang, pegunungan dunia ini akan mencair dan berubah menjadid
air. Sama halnya uap di tengah musim panas menyebabkan segala hal yang membeku
cair, demikian pula pada Hari Kebangkitan, ketika hembusan itu datang,
segalanya akan mencair.
Tuhan
mengelilingimu dengan tentara kata-kata, baik untuk menolak musuhmu atau untuk
menyergap kekuatan musuh. Musuh di dalam adalah musuh sejati. Jika bisa
menundukkan musuh yang di dalam, musuh dunia luar bukanlah apa-apa. Dapat jadi
apa mereka? Tidakkah engkau lihat betapa ribuan orang kafir menjadi tawanan
seorang kafir, siapa raja mereka? Satu orang kafir adalah tawanan pikiran. Kita
sadari kemudian, bahwa pikiranlah yang harus dihadapi dan dikuasai, karena
dengan mengetahui kelemahan seseorang, berarti pikiran ribuan orang tertawan.
Pertimbangkan kekuatan apa dan kemegahan apa di sana, betapa musuh dapat
disergap, dan betapa dunia tertaklukkan ketika tidak terbatas!
Ketika
aku melihat dengan jelas seratus ribu bentuk tanap ikatan dan segerombolan tanpa
akhir, rombongan demi rombongan,a dalah tawanan orang yang pada
gilirannya akan ditawan pemikiran menyedihkan. Seluruh mereka adalah tawanan
dari pikiran. Bagaimana jadinya mereka apabila pikiran itu agung, tanpa akhir,
penting, suci, dan luhur? Kemudian kita sadari bahwa pikiranlah yang penting;
bentuk menjadi hal kedua, sekedar alat. Tanpa pikiran, bentuk adaalah “zat
padat” tiada guna.
Siapa pun yang hanya melihat bentuk dirinya adalah “zat
padat” tiada guna. Siapa pun yang hanya melihat bentuk dirinya adalah “zat
padat” dan tidak memiliki jalan mencapai makna hakikat.
Dia anak kecil dan
tidak dewasa, meski pun secara fisik bisa jadi berumur ratusan tahun.”Kami
telah kembali dari perjuangan kecil menuju perjuangan besar.” Yakni pulang dari
peperangan dengan bentuk untuk berperang dengan musuh “resmi”. Sekarang kita
melakukan perang dengan pikiran agar pikiran baik mengalahkan yang buruk dan
memaksa mereka keluar dari kerajaan tubuh.
Di
dalam perjuangan ini, peperangan besar ini, gagasan amatlah penting dan berlaku
tanpa alat tubuh. Karena sebagaimmana Intelek Aktif membalikan dunia langit
tanpa sebuah alat, maka gagasan tidak memerlukan peralatan untuk melakukan itu.
“Engkau adalah substansi (hakikat), dunia ini dan seluruh isinya adalah
aksiden. Tidak cocok mencari hakikat di dalam aksiden. Mengislah mereka yang
mencari pengetahuan dari hati; tertawalah pada mereka yang mencari nalar dari
jiwa.” Orang mesti tidak berdiam di dalam sesuatu yang aksiden.
Mencari
kesturi sendiri melalui baunya dan bukan bau itu sendiri – dan tidak puas hanya
dengan sekedar bau – adalah baik. Meski demikian, tinggal apda bau kesturi
adalah buruk, karena orang berpegang pada sesuatu yang tidak abadi.
Bau
adalah pelengkap bagi kesturi, tetapi bertahan hanya sepanjang kesturi berada
di dunia ini. Ketika dia pergi “di belakang hijab” ke dalam dunia lain, mereka
yang hidup oleh bau akan mati karena bau yang bertaut pada kesturi sekarang
telah pergi ke tempat yang mengejawantah sebagai kesturi. Meski begitu, sangat
beruntung orang yang mencapai kesturi melalui bau dan “ menjadi” kesturi itu
sendiri. Akhirnya, jadi abadi di dalam hakikat kesturi dan mengambil sifat
kesturi, dia tidak pernah kehabisan.
Setelah itu, dia mengabarkan harum kesturi
itu pada dunia, dan dunia akan hidup melaluinya. Apa yang tertinggal
sebelumnya, tak bersisa amelainkan nama. Seperti kuda, atau binatang lain, yang
kembali menjadi garam di dalam lubang garam.
Tiada lagi selain nama yang tertinggal bahwa
mereka pernah jadi kuga, karena yang namapak dalam perbuatan dan dampaknya
adalah lautan garam. Apa bahayanya nama melakukan itu? Ia tidak akan membawanya
ke luar dari wilayah garam. Bahkan apabila engkau menamai tambang garam dengan
nama lain, rasa garam tidak akan berkurang.
Meski
demikian, orang harus melewati kesenangan dan kebahagiaan yang hanya sekedar
bayangan dan pantulan dari kenyataan. Orang mesti tidak puas dengan ukuran
kecil ini, yang meski pun adalah rahmat Tuhan dan bayangan keindahan-Nya,
tetapi masih tidak ajeg.
Ia
ajeg di dalam hubungannya dengan Tuhan, tetapi tidak di dalam hubungannya
dengan manusia lain. Ia bagaikan cahaya matahari yang bersinar ke dalam rumah.
Meski pun itu cahaya matahari, dia masih tetap bertalian dengan matahari. Dan
ketika matahari terbenam cahayanya akan menghilang. Maka, orang mesti menjadi
matahari agar dia tidak takut pada perpisahan.
Ada
“pmeberian” dan ada “pengetahuan”. Sejumlah orang memiliki bakat dan pembawaan
tetapi tidak memiliki “pengetahuan”. Sebagian lagi memiliki “pengetahuan”
tetapi tidak memiliki “pemberian”. Orang yang meiliki keduanya betul-betul
beruntung dan tanpa bandingan.
Demi contoh, akan kami ceritakan tentang seorang
manusia yang pergi menelusuri jalan. Tetapi dia tidak tahu apakah itu jalan
yang benar atau salah. Dia melangkah dengan buta, berharap akan mendengar kokok
ayam atau melihat beberapa tanda perkampungan.
Sekarang,
dengan apa manusia ini diperbandingan dengan orang yang mengetahui jalan dan
tidak membutuhkan tanda atas pos bimbingan? Dia tahu yang dia lakukan. Maka,
mengetahui berarti melampaui segala sesuatu.
Untuk Kitab asli bahasa Arab bisa download Disini
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.