• Home
  • Facebook PPa
  • Twitter
  • Aurodan PPa
  • Download software
 Padepokan Padang Ati (ppa)
  • HOME
  • AL-HIKAM
    • KH ABDUL WAHID ZUHDI
      • AL-HIKAM mp3
      • KISAH PERANG BADAR mp3
      • SULAMUT-TAUFIQ mp3
      • FIQIH/UBUDIYYAH mp3
    • SYARAH AL HIKAM
    • AL HIKAM KH IMRON JAMIL mp3
  • TASAWWUF-THORIQOH
    • HIKMAH SUFI
    • BAHASAN SUFI
    • THORIQOH
      • SYADZILIYYAH
      • QODIRIYYAH
      • NAQSYABANDIYYAH
      • THORIQOH LAIN-LAIN
    • KISAH ULAMA'NUSANTARA
    • KISAH ULAMA' DUNIA
    • KISAH WALI SONGO(9)
  • DOWNLOAD KITAB
    • KITAB TERJEMAH 1
    • KITAB TERJEMAH 2
    • KITAB KUNING MAKNA PESANTREN
    • KITAB HADITS
    • KITAB KLASIK/KUNING
    • KITAB KUNING MP3
      • Kitab kuning/klasik mp3
      • Ihya'Ulumuddin mp3
      • Nasho'ihul 'Ibad.mp3
      • Irsyadul 'ibad mp3
      • At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Qu’ran mp3
    • BAHTSUL MASA'IL
    • E-BOOK ISLAMI 1
    • E-BOOK ISLAMI 2
    • E-BOOK MUSLIMAH
  • TERJEMAHAN KITAB
    • KITAB-KITAB SYEIKH ABDUL QODIR ra
      • FATHUR-ROBBANI WAL FAYDHUR RAHMANY
      • PENGAJIAN SYEIKH ABDUL QODIR ra
      • FUTUHUL GHOIB
      • MANAQIB SYEIKH ABDUL QODIR ra
      • WEJANGAN SYEIKH ABDUL QODIR ra
    • SYARAH AL HIKAM
    • AT-TANWIR FI ISQOTHID TADBIR
    • TAJUL 'ARUSY IBNU 'ATHO'ILLAH
    • RISALATUL QUSYAIRIYYAH
    • (WASHOYA) AN-NASHO'IH
    • MEMBUMIKAN AL-QUR'AN
    • RENUNGAN TENTANG UMUR MANUSIA
    • KEAJAIBAN DLM TUBUH KITA
    • AT-TA'ARUF LI MADZHABI AHLIT-TASHAWWUF
    • KHUTBAH JUM.AH
  • AL-QUR'AN - QIRO'AH
    • TAFSIR JALALEIN
    • AL-QUR'AN UNTUK PC/HP
    • AL-QUR'AN 30 juz (Murottal)mp3
    • QIRO'AH, SENI BACA AL-QUR'AN mp3
    • SHOLAWAT,NASYID,PUISI mp3
Home » SURAT-SURAT SANG SUFI » ' SURAT-SURAT SANG SUFI ' SURAT KETIGA

' SURAT-SURAT SANG SUFI ' SURAT KETIGA

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ


Terjemah Kitab
" SURAT-SURAT SANG SUFI "
Muhammad Ibn ‘Abad

SURAT KETIGA



Kepada Muhammad ibn Adibah. Surat yang menjelaskan soal taklid buta, bid’ah, serta ketidakjujuran dan kedengkin yagn dikandung keduanya.

23.
Salam. Telah kuterima suratmu. Di dalamnya engkau memberitahukan kepadaku bahwa engkau telah menerima jawabanku sebelumnya. Engkau katakan bahwa surat itu menggerakkan dan memenuhi kebutuhanmu untuk menjelaskan pemikiranmu serta memantapkan keyakinanmu. Engkau juga  meminta, dalam surat itu, agar aku menjelaskan lebih jauh lagi soal “taklid buta” dan “bid’ah” yang aku katakan dalam jawabanku sebelumnya.
Pertama-tama, kedua konsep ini dicela dan dikecam oleh Hukum Wahyu, dan merupakan kelemahan serius dalam diri orang yang menganut salah satunya. Taklid buta sesungguhnya adalah sejenis bid’ah, yang nanti akan aku bahas, dan sama dengan bertindak menyesuikan diri dengan pandangan orang lain tanpa adanya bukti yang menguatkan. Misalnya, kita menganggap seseorang memiliki otoritas, semata-mata berdasarkan kedudukan tinggi orang gitu, atau menganggap segenap masyarakat memiliki otoritas, berdasarkan banyaknya atau usia keberadaannya yang sudah tua. Allah Swt. mencela “taklid buta” ini dalam banyak ayat Al-Qur’an, sebab sikap itu terlihat dalam berbagai golongan orang kafir, “Dan mereka berkata, ‘Kalau saja Al-Qur’an ini diturunkan kepada seorang besar dari kedua kota ini!.” (Qs. 43:31). Di situ, mereka menyebut-nyebut orang-orang besar tertentu dari kedua kota, yaitu Al-Walid ibn Al-Mughirah dari Makkah dan Mas’ud ibn ‘Umar dari Al-Tha’if. Dengan cara begitu mereka mengingkari kebesaran hakiki seruan kenabian Muhammad, dan mengejek serta melecehkannya lantaran beliau adalah anak yaitm Abu Thalib. Dalam kata-kata Allah Swt. “Manakala orang-orang kafir melihatmu, mereka hanya mengejek serta melecehkanmu.” (Qs. 21:36).
24.
Ketika Nabi Muhammad saw. menyeru orang-orang kafir Quraysy kepada agama sejati dan hakiki Islam, mereka menuntut bukti-bukti darinya. Mereka meminta beliau agar menghidupkan kembali bagi mereka salah seorang terkemuka mereka. Qushayy ibn Kilab. Mereka bertanya kepada Nabi saw. apa yang beliau bawa; tetapi mereka mengikuti pandangan Qushayy secara membuta dan kembali kepadanya. Dan ketika Abu Thalib sedang menjelang maut, sejumlah orang Quraysy mendampinginya. Termasuk Abu Jahl. Nabi saw. datang mengunjungi Abu Thalib, dan mengajaknya untuk mengakui keesaan Allah. Lalu orang-orang Quraysy berkata : “Wahai Abu Thalib, akankah engkau meninggalkan jamaah ‘Abd Al-Muththalib?”. Kemudidan Nabi saw. mendesaknya lagi; dan lagi-lagi orang-orang Quraysy berusaha menghalangi Abu Thalib. Akhirnya dia tetap bersama jamaah ‘Abd Al-Muththalib. Lalu diturunkan ayat ini : “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi dan cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (Qs. 28:56). Semuanya ini menunjukkan contoh taklid buta berdasarkan prestise. Allah Swt. melukiskan orang-orang yang ebrbuat demikian ketika berfirman : “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganur suatu agama.” (Qs. 43:22). Dengan kata lain, mereka percaya sekali kepada nenek moyang mereka lantaran mereka memuja nenek moyang.
Tentang kaum Nabi Shaleh as., Allah Swt. berfirman : “Akankah kita mengikuti seseorang di antara kita?”. (Qs. 54:24). Karena itu, mereka pun menolak mengikuti orang itu. Masalahnya adalah bahwa jika diutus sejumlah besar orang kepada mereka, mereka dengan senang hati mau mengikutinya. Inilah jenis taklid buta berdasarkan kekuatan jumlah.
Tentang Fir’aun dan Kaum Nabi Nuh as., Allah Swt berfirman : “Kami belum pernah mengetahui hal semacam itu pada nenek moyang kami dahulu.” (Qs. : 28:36). Dengan kata lain, jika Nabi Nuh berbicara kepada mereka tentang nenek moyang dan agama nenek moyang mereka dalam misi kenabiannya, maka orang-orang pun akan mau menerima otoritas pendahulu mereka dan mengikuti jejak-jejak mereka. Inilah jenis taklid buta berdasarkan kekunoan.
Allah tidak memaffkan orang-orang hina dari kalangan kaum kafir, entah lantaran taklid buta keapda pemimpin mereka atau lantaran kepemimpinan sesat para pemimpin mereka.s ebaliknya, Allah memandang mereka semua berada dalam  kesesatan, dan memberi mereka peringatan dan hukuman yang setimpal. Disebabkan oleh kebodohan dan kejahilannya yang tak kepalang tanggung. Allah menyamakan orang-orang seperti ini dengan keledai dan binatang ternak (Qs. 7:179, 25 : 44; 47:12) karena emreka tak memiliki pengetahuan dan pemahaman.
Engkau harus mengerti, bahwa sikap taklid buta yang tercela dan tak kritis ini telah memercekkan apinya bahkan di jaman kita ini. Akibat buruknya sudah menyebar luas. Akan engkau ketahui misalnya, bagaimana orang yang tidak memiliki hikmah tapi sekedar mengklaim memiliki pemahaman, menyeringai dan mengertukan dahi manakala dia mendengar sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan mistik sejati atau sesuatu yang diketahui oleh orang banyak yang memberikan kesaksian atas keimanan mereka. Disebabkan kejahilannya yang kelewat batas, orang speerti ini berkata : “Jika hal ini benar, maka orang pasti akan menggunakannya sejak dulu, atau mewariskannya dari generasi ke generasi.” Engkau juga akan melihat orang yang bercita-cita menjadi seorang sufi, tapi tak mengerti sedikit pun tentang masalah ketentuan hukum atau tentang hal-hal yang halal dan haram, dan terasing dari semuanya, serta terkelabui kebohongannya sendiri. Karena kejahilan orang seperti ini hanya untuk orang-orang awam. Guruku si anu tidak bisa membaca atau menulis. Dia tidak menganut mazhab mana pun.”
Engkau juga akan menemui orang-orang berpikiran bebas dan malas, yang terus-menerus berkubang dalam dosa-dosa besar. Mereka melakukan berbagai kekeliruan orang-orang dahulu dan kesalahan-kesalahan para ulama, seraya beranggapan bahwa hal itu merupakan praktik agama yang benar. Dengan begitu, kejahilan pun merajalela di tengah-tengah masyarakat, sampai-sampai masyarakat tidak lagi melihat yang berada di atas pemimpin-pemimpin agama mereka, yang mereka ikuti seperti binatang-binatang pengerat.mereka tidak berpikir barang sedikit pun tentang mengorbankan diri mereka demi praktik dan dukunga legal pemimpin mereka. Orang seperti ini banyak sekali, tapi aku tak perlu menambah jumlah contohnya. Maksudku sederhana saja; agar engkau menyadari  bahwa melakukan hubungan sosial dengan orang-orang seperti ini akan menumpulkan kalbumu, dan mencegahmu emncapai tujuan yang engkau cari. Karena itu, berhati-hatilah dalam soal-soal ini.
25.
Selanjutnya, engkau mesti mengetahui bahwa setiap eprtanyaan memerlukan jawaban yang benar. Karenanya, tidak boleh taklid buta. Harus dicari bukti yang menjadi dasar  dari pertanyaan itu, entah berhubungan dengan msalah-masalah wajib seperti rukun iman, atau masalah-masalah tak wajib yang tidak esensian bagi keimanan. Taklid buta dalam soal-soal ini tercela, entah pengkajiannya berhasil ataut idak. Akan tetapi hal ini, tidak berlaku dalam kasus-kasus di mana orang banyak menerima begitu saja otoritas mereka yang ahli dalam berbagai cabang ilmu hukum. Dalam hal itu, jawaban yang benar hanya dapat diberikan seorang faqih ahli. Karenanya, masyarakat dapat memperoleh jawaban hanya dengan menerima otoritas orang lain. Pun hal ini tidak berlaku dalam hubungannya dengan tafsir Al-Qur’an, studi ahdis, sejarah, tata bahasa, linguistik, kedokteran, dan sebagainya. Sebab, sekalipun seseorang mencari pengetahuan tentang sesuatu. Dia masih harus menerima otoritas orang yang ahli dalam bidang-bidang tersebut. Namun demikian, menerima otoritas begitu saja, pada hakikatnya tercela dan tidak bisa diandalkan, dan menimbulkan akibat-akibat merusak. Tidakkah engkau melihat bagaimana orang bodoh menjadi lebih keras kepala dalam masalah-masalah agama lantaran taklid buta dalam soal-soal agamanya, sementara orang yang akalnya sehat tidak mengalami nasib demikian. Wallahu a’lam.
Akan halnya bid’ah, banyak ayat Al-Qur’an dan hadis memberi kesaksian atas dosa bid’ah. Mislanya, Allah Swt. berfirman :”Bukanlah tanggung jawabmu mengurusi orang-orang yang memecah belah agamanya dan menjadi bergolong-golongan.” (Qs. 6:160). Para mufasir ayat itu mencatat bahwa inilah orang-orang yang cenderung memperturutkan hawa nafsu dan berbuat bid’ah. Allah Swt. berfirman : “Mereka tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian di antara mereka.” (Qs. 42:14). Dengan kata lain, orang-orang itu mengetahui bahwa mereka berbuat keliru dengan menimbulkan perpecahan dan perselisihan serta membangkitkan permusuhan. Allah Swt. menyebut mereka sebagai “setan-setan dari jenis manusia dan jin, yang menggunakan muslihat guna membuat argumen-argumen mereka meyakinkan.” (Qs. 6:12). Muslihat di sini bermakna retorika yang anggun dan berhiaskan keindahan. Masih banyak lagi ayat lain seperti ini. Manakala Al-Qur’an berbicara tentang dosa memperturutkan hawa nafsu dan dosa bersandar pada argumen-argumen kosong, serta melarang kedua hal ini, maka yang dimaksudkan adalah bid’ah.
Nabi Muhammad saw. bersabda : “Barangsiapa menambahkan pada agama kami sesuatu yang bukan berasal darinya, maka dia itu durhaka.” Beliau juga bersabda : “Belumlah dikatakan beriman salah seorang di antara kamu, kecuali bila berpegang teguh pada apa yang aku bawa.” Dan lagi, “Mengada-adakan sesuatu yang baru (bid’ah) adalah jahat, dan setiap bid’ah adalah sesat.” Dan Nabi Muhammad saw. juga bersabda : “Bani Israil pecah menjadi tuuh puluh dua sekte, dan umatku akan pecah menjadi tujuh puluh tiga. Semuanya masuk neraka kecuali satu.” Orang-orang pun bertanya, “Apakah yagn satu itu, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab : “Yang mengikutiku dan mengikuti Sahabat-sahabatku.” Versi lain berbunyi : “Tujuh puluh dua masuk neraka dan satu masuk surga. Itulah Jamaah. Sungguh banyak orang bakal memisahkan diri dari Jamaahku setelah ditipu oleh tingkah-laku ini. Mereka tidak akan selamat, kecuali mereka bergabung dengan Jamaahku.”
26.
Seseorang berkata kepada Ibn ‘Abbas, “Berilah aku nasihat.” Lalu Ibn ‘Abbas menjawab : “Jadilah seorang pemeluk (Islam) yang teguh, dan jangan menjadi ahli bid’ah.” Dan Ibn Mas’ud berkata, “Jika engkau seorang penganut teguh, dan tidak mengada-adakan bid’ah, maka cukuplah sudah engkau berbuat begitu.” Dia juga mengatakan, “Seseorang yang akan mengikuti Sunnah Nabi, mesti bertindak seperti Sahabat-sahabat Muhammad Saw., sebab merekalah umat terbaik, paling tulus hatinya, paling laim, dan paling rendah hati. Allah memilih mereka sebagai Sahabat-sahabat Nabi-Nya dan untuk menyebarkan agama-Nya. Karena itu, tirulah perilaku dan sifat-sifat khusus mereka, sebab mereka beroleh petunjuk yang lurus.”
Syurayh berkata, “Sunnah Nabi lebih utama ketimbang penalaran analogis. Ikutilah Sunnah dan jangan menjadi kaum ahli bid’ah serta jangan menyimpang dari Sunnah yang telah engkau terima. Dan Sya’bil berkata, “Jika engkau mengemukakan keberatan terhadap sikap tentang alam kematian, engkau bakal menghancurkannya.” Seseorang bertanya kepada Malik tentang satu masalah, dan Malik pun menjawab, “Rasulullah saw. berkata begini dan begitu.” Lalu orang itu bertanya, “Apakah pendapatmu juga demikian?”. Malik menjawab, “Hendaknya mereka yang tidak setuju dengan apa yang dilakukan Nabi berhati-hati agar mereka tak berselisih, atau azab neraka menimpa mereka.” Dan Abu Sufyan Al-Tsauri berkata, “Iblis lebih menyukai bid’ah ketimbang keingkaran terang-terangan. Sebab orang bisa bertobat dari keingkaran, tapi tidak bisa bertobat dari bid’ah.”
Banyak ucapan dan hadis yang menyinggung hal ini. Bid’ah bermakna usaha menambah-nambahkan pada, atau mengemukakan argumen bertentangan dengan, kebenaran yang diajarkan Rasulullah saw., dengan mengklaim bahwa bid’ah adalah jalan lurus dalam bidang fatwa berkenaan dengan benar atau salahnya pengetahuan atau tindakan. Variasinya tak terhingga. Aku telah menyebutkan beberapa saja di antaranya di sini, sebab tak ada gunanya berpanjang-lebar tentang hal-hal itu. Akan tetapi, lewat contoh sejarah kongkret, aku kemukakan berikut ini :
Allah Swt. mengutus Muhammad saw. sebagai Rasul bagi segenap umat manusisa, dan sebagai pembimbing mereka menuju alam kedamaian. Di zaman pra-Islam, hiduplah orang-orang jahil dan orang-orang jahat sesat yang bersilang pendapat, dan bermacam-macam keinginan serta hasrat mereka. Pikiran mereka mendorong pola perilaku mereka yang sembrono. Karena pikiran mereka seperti itu, mereka hanya menyembah batu, matahari dan bulan. Akan tetapi, Allah Swt. berlaku baik kepada mereka. Dan mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka. Rasul itu adalah orang paling utama, paling baik di antara mereka, dan Allah memberinya sifat-sifat kesempurnaan dan akhlak luhur. Allah menganugerahkannya karunia-karunia mulia dan berbagai perintah.
Dalam diri dan sifat-sifat Nabi dijumpai tanda yang cemerlang dan kewibawaan luar biasa, sehingga api kesalahan pun padam manakala cahaya Nabi terbit. Jejak-jejak kejahilan sebelumnya pun terhapus, manakala jejak bekas-bekas jejak kakinya muncul, dan perselisihan pun berhenti. Itulah saat penuh kerukunan dan kedamaian, ketika orang-orang seiman menjadi bersaudara dan bersama-sama dalam mematuhi dan mentaati Tuhan Alama Semesta. Mereka jual jiwa mereka kepada Zat yang memiliki dan membebaskan mereka. Mereka puas hidup tanpa tujuan dan nilai duniawi ini. Mereka bahagia dalam ikrar kesetiaan dan berkata, “Kami telah beroleh nikmat-nikmat tak terkira dan tak terlukiskan nilainya.” Mereka menganggap persahabatand engan Rasul-Nya sebagai kekayaan tak ternilai dan benteng pertahanan paling kuat. Karena kecintaan mereka kepada Rasul-Nya, mereka jaga persahabatan mereka dengan segenap kehidupan mereka. Kalbu mereka tertuju hanya kepadanya sehingga mereka lebih mengutamakannya di atas segala sesuatu lainnya. Orang dewasa dan anak-anak tunduk pasrah pada keridhaannya dan berikrar setia kepadanya, sekalipun harus menanggung derita kematian, serta bersatu memuji dan memuliakan Nabi. “Sungguh, orang-orang yang berikrar setia kepadamu sebenarnya berikrar setia kepada Allah.” (Qs. 48:10). Itulah saat yang mulia, luhur, dan agung; dan aku tak mampu berbicara lebih banyak lagi tentang kemuliaan dan keluhuran amal serta keadaan spiritual mereka.
Semua yang kuktakan sejauh ini, ditegaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang mewariskan kepada kita agama orang-orang berakal dan bijaksana. Singkat kata, mereka bersatu-kata dalam beribadah kepada Tuhan mereka, serta bersatu-padu dalam mencari pertolongan dan pembelaan pada kalam Allah Swt. Sebab Allah Swt. mempersatukan mereka dalam keaptuhan pada satu hukum agama, agar mereka saling mengenal satu sama lain melalui ketaatan bersama kepada hukum itu, dan agar mereka menjadi seperti satu diri. Allah Swt. berfirman : “Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara.” (Qs. 49:10). Dan juga, “Orang-orang mukmin – laki-laki dan perempuan – adalah pelindung satu sama lain.” (Qs. 9:71). Karena itu, Nabi saw. mewajibkan bersatu padu dan melarang keingkaran. Sebuah hadis sahih mengatakan, “Manakala seseorang menyaksikan pemimpinnya melakukan sesuatu yang tidak disukainya, hendaklah dia bersabar; sebab barangsiapa memisahkan diri barang sejengkal pun dari jamaah, dan mati dalam keadaan itu, maka ia mati jahiliyah.”
Di akhir sebuah hadis panjang Nabi saw. bersabda :”Aku memerintahkan kepadamu lima hal, yang juga diperintahkan kepadaku oleh Tuhanku : Bersatu, penuh perhatian, berhijrah, serta berjuang di Jalan Allah. Barangsiapa meninggalkan Jamaah walau barang sejengkal pun, maka dia telah melepaskan diri dari Islam, kecuali dia kembali lagi. Dan barangsiapa menganut keyakinan jahiliyah, maka dia termasuk ahli neraka.” Yang dimaksdu Beliau dengan “melepaskan diri dari Islam” adalah memutuskan ikatan Islam, meninggalkan Sunnah Nabi, dan mengikuti bid’ah.
Sya’bi berkata : “Beberapa orang dari kufah pergi ke padang pasir untuk membaktikan diri beribadah kepada Allah. Mereka memutuskan membangun sebuah masjid, dan kemudian mendirikan sebuah bangunan. Ketika Ibn Mas’ud datang mengunjungi mereka, mereka berkata : “Salam atasmu, Wahai ‘Abd Al-Rahman. Kami sangat gembira engkau datang mengunjungi kami.’ Dia menjawab, ‘Aku datang bukan untuk berkunjung. Aku akan pergi setelah masjid di padang pasir ini dirobohkan. Kalian bertindak tidak sesuai dengan petunjuk Sahabat-sahabat Muhammad saw. Tidakkah kalian mengerti bahwa jika orang lain juga melakukan apa yang kalian lakukan ini, maka tak bakal ada seorang pun yang memerangi musuh, menganjurkan kebaikan, dan melarang kejahatan, atau menegakkan hukum? Kembalilah. Belajarlah dari orang-orang yang lebih tahu darimu, dan ajarilah orang-orang yagn lebih tidak tahu darimu.’ Dengan kata-kata ini, begitu dia berhasil meyakinkan mereka, dia baru pergi setelah kami merobohkan bangunan mereka dan membawa kembali orang-orang itu.”
Setelah Allah Swt. mengangkat Nabi-Nya, Muhammad saw. ke haribaan-Nya, sesuai dengan keridhaan-Nya, dan menganugerahinya rahmat dan kebaikan paling utama, Dia megangkat Khulafa’ Al-Rasyidin (Khalifah-khalifah Terbimbing Lurus) sebagai pengganti Nabi saw. untuk mendamaikan dan menunjukkan jalan lurus dan benar. Mereka mengikuti dan mempertahankan agama Nabi dan Sunnahnya, serta menebarkan cahaya-cahayanya yang terang serta tanda-tandanya yang cemerlang. Keadaan ini terus berlangsung selama kehidupan mereka, sampai Allah memanggil mereka ke hadirat-Nya. Akan tetapi, ketika zaman penuh kemuliaan dan keadilan mengalami kemunduruan, dan zaman kebaikan serta kemurnian telah lewat, maka, bersamaan dengan itu, padamlah cahaya-cahaya keyakinan dan keimanan.
28.
Lantas sifat-sifat “jiwa rendah (nafsu) yang sellau menyuruh kepada kejahatan” (Qs. 12:53) makin bertambah kuat dan merajalela. Hawa nafsu dan bid’ah bangkit; persatuan dalam agama tergadaikan; sengketa dan perpecahan pun muncul, sehingga setiap golongan dan daerah memiliki mazhab sendiri. Orang sibuk dengan bid’ah, dan terjerumus di bawah cengkeraman kekafiran dan kesesatan. Mereka tidak lagi menempuh jalan; hubungan pun terputus, orang saling memusuhi satu sama lain dalam kebencian, kedengkian dan dendam. Skandal ini bahkan melewati batas dan menumpahkan darah. Dan hal-hal buruk ini menyebabkan sebagian orang membuang cara berpakaian sopan, dan menampilkan diri dengan cara tidak senonoh. Mereka menukar agama mereka untuk membeli sesuatu yang tak berharga serta mengundang murka Allah, yang kepada-Nya mereka bakal kembali.
Proses ini berlangsung hingga zaman kita, sehingga kita pun mereguk minuman dari cangkir yagn sama. “Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada Allah pula kami bakal kembali.” (Qs. 2:156). Nabi kita, Muhammad saw. diriwayatkan mengatakan : “Akulah pelindung bagi Sahabat-sahabatku. Akan tetapi, bila aku tiada, Sahabat-sahabatku akan menunaikan misi mereka dan menajdi pelindung bagi umatku. Karena itu, setelah aku wafat, umatku harus melaksanakan apa yang mereka putuskan.” Beliau juga mengatakan hal-hal seperti itu. Dan inilah saat-saat penuh perselisihan dan perpecahan yagn dilukiskan Nabi Muhammad saw. Beliau memerintahkan agar menarik diri dari masyarakat pada saat-saat seperti itu.
Di sini aku akan mengutip beberapa riwayat tentang perpecahan yagn berkaitan dengan berbagai cobaan dan godaan, dengan menggunakan hadis-hadis Nabi serta dengan mengingat mukjizat yang benar-benar menakjubkan (Al-Qur’an), berikut peringatan-peringatannya tentang segala kejadian yang hingga kini belum terungkapkan. Rasulullah saw. bersabda : “Bagaimanakah keadaan kalian semua pada saat itu ketika orang disaring seperti dalam saringan, sehingga yang tertinggal hanya ampas manusia, yang sumpah serapah dan ikrar setianya campur aduk tak karuan, ketika orang merasa asing satu sama lain dan mengjadi begitu?” – lalu beliau membuhulkan rapat-rapat jari-jemarinya. Mereka bertanya : “Akan bagaimana kami, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab : “Kalian akan berbpegan teguh pada apa yagn kalian setujui, dan mencampakkan apa yang tidak kalian setujui. Kalian akan memperhatikan hanya apa yang berkaitan dengan sebagian kecil dari kalian, dan mengabaikan kepentingan sebagian besar orang.” Dan dalam sebuah hadis dari ‘Abd Allah ibn Mas’ud, Nabi saw. bersabda : “Apa yang akan kalian lakukan manakala perpecahan menimpamu, supaya tindakan kalian didukung sebagian kecil orang dan diabaikan sebagian besar orang, dan manakala sebagian Sunnah Nabi dibiarkan tak dijalankan, maka akan dikatakan bahwa seluruhnya telah ditinggalkan?” Mereka bertanya : “Kapan hal itu akan terjadi, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab : “Ketika para pembaca Al-Qur’an di antaramu berjumlah banyak, tapi jumlah ulama di antaramu sedikit; ketika jumlah pemimpinmu banyak, tapi jumlah orang mukmin di antaramu sedikit, dan ketika dunia ini mencari-cari amalan-amalan ukhrawi namun hanya dipenuhi selain Allah.” ‘Abd Allah ibn Mas’ud menambahkan, “Dan kita sudah sampai pada hal itu.”
29.
Mengomentari firman Allah Swt, “Jagalah (engkau bertanggung jawab atas) dirimu” (Qs.5:105), Nabi saw. bersabda : “Perintahkan kebaikan dan laranglah kejahatan; tetapi manakala kalian melihat keserakahan dan hawa nafsu menguasai, dan dunia ini lebih disikuai; serta manakala kalian melihat setiap orang alim kagum dengan pendpatnya sendiri, maka jagalah dirimu, dan tinggalkan orang banyak. Sebab, sesungguhnya hari-hari kesabaran pasti akan datang. Lalu, kesabaran itu laksana menggenggam bara api. Seseorang yagn bertindak benar pada hari-hari itu akan menerima ganjaran lima puluh orang yagn ebruat seperti dia.” Seseorang berkata : “Ya Rasulullah, ganjaran lima puluh orang di antara mereka?” Beliau menjawab : “Ya, ganjaran lima puluh orang di antara kalian.” Dan beliau juga bersabda : “Berbuatlah kebaikan, sebelum perselisihan datang laksana kepekatan malam gelap, kala orang akan bangun di pagi hari dalam keadaan beriman, dan di sore hari menajdi kafir, atau di sore hari beriman, dan bangun di pagi hari dalam keadaan kafir, karena menukar agamanya dengan dunia ini. Al-Hasan berkata : “Ini berarti bahwa dia mengawali harinya dengan menghormati kehidupan dan harta saudaranya, dan mengakhiri harinya dengan memandangnya sebagai mangsa empuk.
Nabi Muhammad saw. bersabda : “Kalian hidup di suatu zaman, manakala seseorang mengabaikan sepersepuluh kewajibannya, dia bakal binasa; tapi akan datang suatu zaman, manakala seseorang menunaikan sepersepuluh kewajibannya, dia bakal selamat. Sungguh, hari-hari kesabaran akan datang, ketika kesabaran itu laksana menggenggam bara api. Mengerjakan amal-amal ibadah sederhana pada zaman penuh kehancuran, itu sama bermanfaatnya dengan datang kepadaku sebagai orang-orang yang berhijrah. Ibn Adi berkata : “Kami pergi mengunjungi Anas ibn Malik, dan mengadu kepadanya bahwa kami tak pernah bertemu dengan orang-orang yang menunaikan ibadah haji. Lalu dia berkata, ‘Di antara orang banyak itu, ada seorang yang lebih jahat ketimbang yang lainnya, sampai engkau datang menemui Tuhanmu. Aku mendengar ini dari Rasulullah saw.
Diaktakan oleh riwayat dari Hudzayfah, “Rasulullah saw. menuturkan dua buah hadis kepada kami. Salah satunya, kulihat, telah terbukti kebenarannya. Dan satunya lagi, sedang kutunggu. Beliau menuturkan keapda kami bagaimana dapat dipercaya sifat amanah turun masuk ke dalam kalbu manusia. Lalu Al-Qur’an diwahyukan, sehingga mereka membaca Al-Qur’an dan bertindak sesuai dengan Sunnah Nabi. Kemudian beliau menuturkan kepada kami bagaimana situasi itu menjadi memburuk. Sifat dapat dipercaya dicabut ketika seseeorang sedang tidur; lalu dia bangun dan mendapati sifat itu telah diambil dari kalbunya. Bekas-bekasnya laksana kudis dan luka melepuh akibat bara api di kakimu. Dilihantya luka bengkak, tapi tak ada sesuatu pun di dalamnya. Sifat itu sudah sangat berkurang, sehingga akan dikatakan bahwa di kalangan suku anu ada seseorang yagn dapat dipercaya. Aku telah meliaht zaman ketika aku tidak ambil peduli pada hal yagn aku berurusan denganmu; sebab jika dia seorang Muslim, maka Islamnya bakal menuntun dia berlaku adil kepadaku, kalau tidak, penguasa akan memaksanya berlaku demikian. Akan tetapi, aku tak membeli sesuatu pun darimu kecuali anu dan anu.”
Versi lain dari sabda ini diriwayatkan demikian : “Seseorang tidur sebentar dan sifat dapat dipercaya akan dihilangkan dari kalbunya, sehingga hanya bekas-bekasnya saja yang tertinggal. Kemudian dia akan tidur lagi, dan lagi-lagi sifat dapat dipercaya bakal diambil dengan meninggalkan tanda seperti luka melepuh akibat bara api mengenai kakimu. Bara api meninggalkan luka melepuh, tapi akan engkau lihat bahwa luka melepuh itu berangsur-angsur bakal hilang sampai tak tersisa sedikit pun. Orang akan bangun di pagi hari dan saling berurusan satu sama lain, tapi nyaris tak ada di antara mereka hidup sesuai dengan kejujuran. Dan orang akan dikatakan betapa cerdas dan pandai dia. Akan tetapi, dalam kalbunya tak ada seberat biji sawi pun kejujuran.
Haids lainnya mengatakan : “Orang biasa bertanya kepada Rasulullah saw. tentang kebaikan; tetapi aku (Hudzayfah) bertanya kepada beliau tentang kejahatan, lantaran aku takut kalau-kalau hal itu menipuku. Karena itu, aku berkata : “Ya Rasulullah, kita pernah hidup di zaman jahiliyah dan kejahatan, lalu Allah memberi kita zaman penuh kebaikan ini. Akankah kejahatan mengikuti kebaikan?” Beliau menjawab : “Ya. Lalu aku bertanya, ‘Apakah akan ada kebaikan setelah kejahatan itu?’ Belaiu menjawab : “Ya, tapi akana da kabut asap di dalamnya.’ Aku bertanya, ‘Bagaimana kabut asap itu?’ Beliau menjawab, ‘Orang akan mengikuti jalan hidup yang bukan jalan hidupku, dan memberi petunjuk yang bukan petunjukku, sehingga kamu akan emngetahui sebagian kebaikan dan sebagian kejahatan di dalamnya.’ Aku bertanya lagi, ‘Dan setelah kebaikan, akankah ada kejahatan?’ Beliau menjawab, ‘Ya, Orang akan berdiri di gerbang neraka menyeru-nyeru; dan mereka bakal melemparkan ke dalam neraka siapa saja yang menjawab seruannya.’ Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, gambarkan sosok orang itu kepada kami.’ Beliau menjawab, “Mereka itu orang-orang setanah air dengan kita, dan mereka berbicara dengan bahasa kita pula.’ Lalu aku bertanya, ‘Nasihat apa yang bisa engkau berikan kepadaku bila aku sempat hidup mengalami zaman itu?’ Beliau menjawab, “Ikutilah Jamaah kaum Muslim dan pemimpinnya.’ ‘Tapi bagaimana bila mereka tidak memiliki jamaah dan pemimpin?’ Aku bertanya. Belia menjawab. “Kalau memang begitu, hendaknya kamu memisahkan diri dari golongan orang seperti itu, sekalipun untuk itu kamu harus berpegang erat pada akar pohon sampai kamu mati.”
Dari Usamah ibn Zayd, kita dapatkan riwayat ini : “Rasulullah saw. melihat ke bawah dari salah sebuah benteng di Madinah dan bertanya, ‘Apakah engkau melihat apa yang aku lihat?’ Mereka menjawab. ‘Tidak.’ Lalu berliau berkata, ‘Aku melihat pertikaian di antara rumah-rumahmu, seperti hujan deras turun.” Ucapan lainnya berbunyi, “Percayalah kepadaku, bakal ada pertikaian, dan orang yang duduk lebih baik ketimbang orang yang berdiri, dan orang yang berdiri akan lebih baik ketimbang orang yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik ketimbang orang yang berlari. Orang yagn melihat perselisihan akan terpikat. Karena itu, orang yang bisa mencari temepat perlindungan hendaknya berlindung di dalamnya.” Beliau juga berakta, “Tidak lama lagi milik terbaik seorang Muslim adalah domba yang dia gembalakan ke puncak gunung dan tempat-tempat turun hujan, ketika itu dia akan lari dari perselisihan dan membawa serta agamanya.”
Perhatikan hal ini berikut apa yang telah aku kutip dari Ibn Mas’ud mengenai orang-orang yang memisahkan diri, dan perbedaan antara berbagai zaman pun akan nampak di matamu. Ibn Mas’ud mengatakan bahwa di zamannya “kejelasan telah lenyap dari dunia ini, dan hanya kekaburan dan keburaman saja yang tersisa, sehingga dewasa ini kematian menjadi anugerah bagi setiap Muslim.” Masih ada banyak lagi hadis tentang perpecahan.
Salah satu hadis itu bercerita bagaimana “akan datang suatu zaman ketika orang bakal tersesat dalam agama mereka, tapi mereka tidak menyadarinya. Orang akan bangun pagi sebagai orang religius, dan mengakhiri harinya tanpa mengetahui apa itu agama. Di zaman itu, kecerdasan banyak orang akan diambil. Yang pertama kali diambil adalah kerendahan hati, lalu keimanan,dan kemudian ketakwaan kepada Allah.” Seseorang bertanya kepada Ibn Al-Mubarak apakah keadilan bakal terwujud setelah duaratus tahun. Ibn Al-Mubarak menjawab, “Aku tengah membicarakan hal itu bersama Shamad ibn Sulmah. Dia jadi gelisah serta berkata, “Jika engkau bisa sebelum duaratus tahun itu, lakukanlah! Sebab pada zaman itu bakal muncul pangeran-pangeran lancung, menteri-menteri zalim, orang-orang istana tak setia, dan pembaca-pembaca Al-Qur’an jahat, yang pembicaraan mereka tercela dan yang oleh Allah dipandang sebagai orang-orang berbau busuk.”
Nah, jika semuanya aitu memang begitu di zaman mereka, tidakkah engkau peraya bahwa dewasa ini demikian juga keadaannya? Di zaman-zaman ini, orang pandai mesti minta nasihat pada dirinya sendiri dan menghindari anak-anak suku bangsanya. Dia mesti memenukan sabahat sejati dan teguh yang menempuh jalan kemajuan yang jelas, dan yang meriwayatkan hadis-hadis dengan benarserta mengikuti cara hidup Nabi. Sebab Allah Swt. mewajibkan pada zaman mana pun untuk mempertahankan agama (Islam) dan melawan kaum ahli bid’ah. Allah Swt. membangkitkan dalam diri manusia suatu perasaan akan kebenaran-Nya dan dengan demikian membimbing mereka di sepanjang Jalan-Nya.
31.
Nabi Muhammad saw. bersabda : “Golongan yang meninggalkan jamaahku,  berada dalam kesesatan, dan tak seorang pun yang menetang Jamaahku bakal merugikannya kecuali bila Allah mengizinkannya.” Berbicara tentang pengetahuan dan ulama, ‘Ali – semoga Allah meridhainya – berkata di akhir sebuah hadis  yagn diriwayatkan dari Kumail ibn Ziyad Al-Thawi, “Ya Allah, jangan biarkan bumi ini kosong dari seseorang yang pernuh perhatian pada hujah-Mu di muka bumi, entah hujah itu nampak dan dikenal atau tersembunyi dan tak dikenal, agar hujah dan bukti Allah tidak hilang. Di mana orang-orang seperti ini, dan berapa banyak jumlahnya? Jumlah mereka sedikit, , tetapi kekuatan mereka besar. Allah menjaga hujah-hujah-Nya, sampai orang-orang yang merenungkannya mengenalinya dan mematrikan citranya dalam kalbu-kalbu mereka. Lalu dia menuntun mereka menuju pengetahuan tentang Kebenaran Mistik dalam agama, sehingga mereka mengikuti ruh keyakinan. Merekan memandang ringan apa saja yagn dianggap sukar oleh orang-orang yang hidup dalam kemewahan, dan mereka kenal betul apa yang orang-orang jahil terasing darinya. Di dunia ini, mereka hidup dalam raganya, tapi jiwa mereka asyik dengan alam tertinggi. Inilah khalifah-khalifah Allh di muka bumi, yang menyeru manusia kepada agama-Nya dengan mengatakan ‘Lihat ke sini! Lihat ke sini!’ dengan harapan bahwa mereka akan melihat. Wahai Kumail, aku memohon ampunan Allah untuk kita berdua.” Dan akhirnya ‘Ali berkata, “Dan sekalipun orang-orang seperti ini terus berkurang jumlahnya, sampai hanya tinggal seorang, maka yang seorang itu pun akan merupakan Jamaah,”
Diriwayatkan bahwa seseorang bertanya kepada Ibn Al-Mubarak tentang apa yang diperlukan untuk membentuk majelis jamaah. Dia menjawab, “Abu Bakar dan ‘Umar,” orang itu berkata, “Tapi Abu Bakar dan ‘Umar sudah meninggal.” “Kalau begitu, maka si anu dan si anu,” katanya. Orang itu lalu berkata, “Tapi mereka juga sudah meninggal.” Kemudian, dia berkata, “Abu Hamzah Al-Sukri adaah majelis jamaah.” Ketika menjelaskan makna istilah majelis atau jamaah, Sufyan Al-Tsauri berkata, “Jika di atas puncak gunung ada seorang bijak bestari, maka dia adalah jamaah.” Ia membenarkan apa yagn telah aku katakan.
Akan tetapi, aku telah melantur. Karena itu, baiklah aku kembali pada pokok bahasanku. Segala sesuatu yang aku bicarakan dalam surat ini mengacu kepada salah satu jenis bid’ah. Apa pun sebab-sebabnya, bid;ah menimbulkan perselisihan, kontroversi, skisme, dan perpecahan. Hal-hal seperti ini terjadi di kalangan orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan sia-sia yang timbul akibat fanatisme mereka yang bersifat memecah belah. Mereka mengetahui mana yang penipu dan mana orang yang berbicara beanr. Marilah kita analisis masalah ini lebih jauh. Perpecahan, di antara para penipu, timbul karena hasrat destruktif dan bujuk rayu setan. Penyebab perpecahan di kalangan orang-orang beriman adalah ketaatan mereka kepada syarat-syarat keimanan dan perintah-perintah yang mesti diikuti oleh kaum Muslimin. Akan tetapi, di antara orang-orang beriman, terjadi penggolongan lantaran sebab-sebab yang berbeda, seperti misalnya dalam kasus perselisihan kaum sufi dan para faqih (ahli hukum Islam) atas masalah-masalah hukum dan prinsip-prinsip Hukum Wahyu. Hanya saja, perbedaan pendapat di kalangan mereka tentang masalah-masalah itu, adalah rahmat; sebab Allah karena rahmat-Nya, tidak ingin memaksa kita dalam praktik keimanan.
Perselisihan jenis terakhir ini terjadi juga di antara kelompok mulia sufi, tapi tidak mengandung rasa permusuhan dan kebencian. Sebab mereka semua mencari kebenaran dan menempuh jaan ketulusan. ‘Awn ibn ‘Abd Allah berkata, ‘Sungguh indah ketika Sahabat-sahabat Nabi Muhammad saw. tidak merasa asing satu sama lain, sehingga manakala mereka bersatu kata tentang sesuatu dan seseorang memisahkan diri dari sikap mereka, maka berarti dia telah meninggalkan Sunnah Nabi. Namun jika mereka mengemukakan berbagai pendapat, dan seseorang mengikuti salah satu pendapat mereka, maka orang itu tetap mengikuti Sunnah Nabi.” Rahasia dari hal itu adalah, seperti telah aku katakan, bahwa persoalannya, terletak pada keadaan mengikuti pendapat yang mungkin, bukannya memaksakan kesamaan.
32.
Hal serupa juga bisa dikatakan tentang perbedaan pendapat di kalangan orang-orang yang mengerti masalah-masalah esoteris atau batiniah yang berkaitan dengan kemajuan kalbu dan kedudukan pencinta dan yang dicicntai. Ini sepenuhnya merupakan kontroversi berkenaan dengan hubungan antara Kebenaran Mistik dan variasi keadaan spiritual serta tingkat kepekaan individu. Masing-masing pendapat itu menyuarakan pengalaman mistik yang terjadi dalam konteks kapasitas tertentu seseorang. Kemampuan untuk melihat mana orang yang mengatakan kebenaran dan mana orang yang berkata dusta, sangat sulit dipahami. Orang yang menginginkan hal itu haruslah melipatgandakan usahanya untuk mematuhi aturan-aturan praktik keagamaan dan usahanya meneliti kehidupan dan hadis-hadis Nabi, agar memahami semuanya itu dalam kalbunya dan agar tidak taklid buta, dengan cara mencari keberhasilan dan penegasan dari Tuhannya.
Sebelumnya aku telah memperingatkanmu agar hati-hati terhadap orang-orang yang mengamalkan bid’ah yang bertalian dengan rukun iman, ilmu lahiriah dan batiniah, dan tindakan yang sama sekali bertentangan dengan Sunnah Nabi. Sesungguhnya, hal itu mencakup semua jenis bid’ah pada akhirnya. Salah seorang ulama mengatakan, “Bersahabat dengan ahli bid’ah pada akhirnya menghilangkan cahaya kalbu dan perbuatan baik, sehingga dibenci oleh Allah dan jauh dari-Nya.” Sahl ibn ‘Abd Allah berkata, “Barangsiapa memperlakukan ahli bid’ah dengan lemah lembut, berarti dia merusak Indahnya Jalan Nabi; dan barangsiapa memberikan senyuman kepada seorang ahli bid’ah, berarti dia kehilangan cahaya iman dalam kalbunya.” Dan salah seorang ulama berkata, “Tobat dari bid’ah tidak membawa keberhasilan; sebab sekalipun seseorang kemudian menemukan sebagian Kebenaran, dia masih belum mengecap Kebenaran Mistik.
Selain bid’ah dalam pengetahuan dan tindakan, yang banyak sekali jumlahnya, yang aku sebutkan dalam uraianku tentang bid’ah, masih ada lagi lainnya. Yang meliputi kebenaran, berlebih-lebihan, pemborosan, kearas kepala – yang kesemuanya itu tercela dan sama sekali bukan bagian dari Sunnah Nabi. Setelah engkau mencerna apa yang telah aku bicarakan, engkau akan mengerti bahwa satu-satunya golongan yagn berhasil mengikuti Sunnah Nabi adalah golongan sufi ini, paling tidak sebelum diperkenalkannya hal-hal baru di kalangan mereka dalam waktu-waktu belakangan ini. Perhatian utama kaum sufi adalah hal-hal yagn tidak ada dalam diri orang-orang yang terombang-ambing dalam kesesatan, yakni berjuang melawan jiwa rendah agar tercegah dari mengikuti hawa nafsu, dan membebaskan diri sepenuhnya dari dunia ini. Tujuan mereka adalah memusatkan kalbu pada Tuhan dan tenggelam dalam pengalaman dan kedekatan dengan-Nya.
Tujuan itu meliputis emua kewajiban agama, peringkat (maqam) orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam (makrifat) dan keyakinan, serta keadaan spiritual mereka vis a vis Sunnah Nabi. Peringkat mulia mereka diperoleh mereka karena mereka memegang teguh perilaku yang ditetapkan Hukum Wahyu. Tak ada seorang adil pun  yang bisa mencurigai bahwa mereka tidak lagi menaati Sunnah Nabi sebagai tujuan paling mulia mereka. Dan meskipun demikian, mereka dihukum lantaran hal itu, padahal sesungguhnya mereka itulah yang disebut-sebut Nabi Muhammad saw. ketika abeliau berkata, “Sesungguhnya Allah Swt. mempunyai beberapa orang hamba yang menjadi kurus dan yang oleh Allah Swt. dijadidkan sehat dengan rahmat-Nya serta disejahterakan oleh-Nya. Dan manakala meninggal dunia, Dia memasukan mereka ke dalam surga-Nya. Mereka itulah orang-orang yang berbagai perselisihan menimpa mereka seperti kegelapan malam, namun mereka selamat.
33.
Abu Al-Qasim Al-Junayd, tokoh dan pemimpin kaum sufi, berkata, “Semua jalan tertutup bagi makhluk-makhluk Allah, kecuali bagi mereka yang mengikuti jejak Rasulullah saw. “ Katanya juga, “Seseorang yang tidak hafal Al-Qur’an dan tidak tahu hadis, tidak bisa diikuti, sebab segenap pengetahuan kita termaktub dalam Kitab Suci dan Sunnah Nabi.” Selanjutnya dia mengatakan, “Pengetahuan kita ini berdasarkan pada enam hal : Kitab Allah, Sunnah Rasul-Nya, makan-makanan halal, menahan diri dari menyakiti roang lain dan menghindari dosa-dosa, tobat dan mengupayakan keadilan.” Abu ‘Utsman Al-Hirri berkata, “Barangsiapa menjadikan Sunnah Nabi sebagai penguasa atas dirinya dalam kata-kata dan perbuatan, maka dia telah berbicara dengan hikmah; barangsiapa membiarkan hawa nafsu menguasai dirinya, maka dia berbicara sebagai ahli bid’ah.” Allah Swt. berfirman, “Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu beroleh petunjuk....” (Qs. 24:54). Ibn ‘Atha’ berkata, “Manakala seseorang mengikuti Sunnah Nabi, Allah menerangi kalbunya dengan cahaya makrifat.”
Tak ada kedudukan yang lebih mulia daripada mengikuti Sang Tercinta (Allah Swt), Nabi Muhammad saw. dalam berbagai perintah, tindakan dan kepribadian. Abu Hamzah Al-Baghdadi mengatakan, “Seseorang yang mengetahui Jalan Allah, tidak mendapat kesulitan mengikutinya. Dan satu-satunya pemandu menuju Jalan Allah adalah mengikuti Rasulullah dalam berbagai tindakan, keadaan spiritual dan kata-katanya.” Abu Bakar Al-Thamastani berkata, “Barangsiapa menjadikan Kitab Allah dan Sunnah Nabi sebagai sahabat-sahabatnya, dan meninggalkan jiwa rendahnya serta dunia makhluk, dengan melakukan Hijrah menuju Allah dalam kalbunya, maka dia adalah orang yang lurus dan adil.” Dan Abu Al-Qasim Al-Nashrabadzi mengatakan, “Prinsip-prinsip dasar tasawuf adalah mengikuti Kitab Allah dan Sunnah Nabi, meninggalkan bid’ah, menghargai tinggi-tinggi kritik dan kecemasan guru-guru spiritual, melihat berbagai muslihat dunia ini, sabar dalam melaksanakan kebaktian-kebaktian spiritual dan meninggalkan pencarian kemewahan dan berbagai penafsiran sisa-sia.”
Abu Yazid Al-Bisthami berkata kepada salah seorang sahabatnya, “Mari kita pergi melihat orang ini yang telah mengukir reputasi kewalian. “Orang yang disebut-sebutnya ini terkenal karena kezuhudannya. Dia melanjutkan kisahnya : “Lalu kami pun pergi. Ketika orang itu keluar dari rumahnya, dia masuk masjid dan meludah ke arah mihrab. Abu Yazid memalingkan muka tanpa menguapkan salam pada orang itu, dan berkata, “Ini bukan gambaran perilaku Nabi saw. Bagaimana bisa orang ini menjadi contoh dalam apa yang dia mohonkan?” Abu Yazid juga mengatakan, “Aku bermaksud memohon kepada Tuhanku, Allah Swt. agar menghilangkan keinginanku pada makanan dan pada wanita. Tapi kemudian aku berkata pada diriku sendiri, “Bagaimana mungkin memohon hal ini kepada Allah, seemntara Rasulullah saw. tidak melakukan hal demikian?” karena itu, aku tidak memohonnya. Kemudian aku tidak lagi peduli apakah aku melihat wanita atau tembok!”
Ja’far ibn Nashayr bertanya keada Bakran Al-Dinawari, hamba sahaya Al-Sybli, “Bagaimana pendaptmu tenetang Al-Sybli?” Bakran berkata, “Dia pernah ebrcerita kepadaku, ‘Aku pernah memperoleh satu dirham secara tak jujur, lalu aku menyedekahkannya atas nama pemiliknya; tapi hatiku tak pernah mengalami kebingungan melebihi saat itu.’ Lalu, dia memerintahku untuk melakukan wudlu’ baginya. Aku melakukannya, tapi aku lupa menyisir jenggotnya. Dia tak bisa berbicara, lalu memegang tanganku dan menelusurkan tanganku itu ke jenggotnya. Kemudian dia meninggal.” Ja’far meenangis dan berkata, “Apa katamu tentang seseorang yagn dalam hidupnya tak pernah diingatkan akan perilaku yang ditetapkan oleh Hukum Wahyu?”
34.
Masih banyak lagi kisah lain seperti itu tentang kaum sufi. Aku cukup menyebutkan beberapa di antaranya. Semoga dengan kisah-kisah itu, Allah menjadikan kita bisa mengambil manfaat dan berkahnya, serta mengumpulkan kita dalam barisan mereka, dan menjadikan kita mampu menempuh jalan mereka. Seseorang yang menmpuh jalan mereka, dan lebih menyukai jalan mereka ketimbang jalan para faqih, akan menyusul mereka dan berjalan selaras dengan mereka dalam ajaran dan pemikiran. Wallahu a’lam.
Kemudian, inilah yang ingin aku katakan tentang taklid buta dan bid’ah. Belum kutemukan seorang ulama yang menyebutkan batasannya, tetapi aku telah membuat kesimpulan-kesimpulan dari makna yang dimaksud dan generasi-generasi tersiratnya. Barangkali, apa yang kukatakan ini bisa diterima akal, tapi hanya Allah Swt sajaah yang menganugerahkan keberhasilan melalui kebaikan dan kemurahan-Nya.
Aku sudah memutuskan untuk mengakhiri surat ini dengan kutipan dari seorang pemimpin agama terkemuka, Al-Hasan ibn Al-Hasan Al-Bashri, semoga Allah meridhainya. Dia mengajak kita untuk memperhatikan cara lama dan terlupakan, yaitu cara memperoleh keberhasilan, yang mesti dipelajari oleh orang yang memiliki niat luhur. Kupikir, dengan cara begini aku bisa meringkaskan apa yang telah aku bicarakan, dan mengakhiri tujuanku.
Mengomentari firman Allah Swt, “Sungguh dalam diri Rasulullah ada teladan mulia bagimu.” (Qs. 33:21), Hasan, semoga Allah meridhainya, berkata :
Allah memilih Muhammad saw. untuk menerima pengetahuan, dan menurunkan Kitab-Nya kepadanya, serta mengutusnya sebagai Rasul bagi kaumya. Lalu memberikan tempat kepada Nabi di dunia ini agar orang-orang di dunia ini melihatnya. Dia juga memberinya kekuasaan di dunia. Lalu Dia berfirman, “Sungguh, dalam diri Rasulullah ada teladan mulia bagimu.” Tapi, demi Allah, orang-orang dalam kabilahnya melecehkan teladan itu. Maka Allah pun menjauhkan mereka dari-Nya. Keselamatan, keselematan! Wahyu, Wahyu!. Dengan itulah engkau bakal bangkit! Di dalamnya engkau akan bahagia! Ikatan dunia ini diputuskan darimu, dan pintu-pintunya pun tertutup bagimu. Seolah-olah engkau adalah iring-iringan penunggang kuda yang sedang berhenti – seruan salah seorang darimu itu sendiri adalah jawabannya. Kondisi dunia ini bergantung kepada ikrar Rasulullah saw. tapi engkau menerjunkan diri ke dalam dosa dunia ini, karena itu, demi Allah, segala yang kita ketahui tentang apa yang tersisa, adalah perhitungan akhir.
Ketika Allah Swt mengutus Nabi-Nya, Dia mengatakan, “Inilah seorang Nabi, inilah kesayangan-Ku. Ikutilah teladan dan Jalannya. “Di hadapan Nabi tak ada pintu terkunci; di ahdapan dia, tak seorang penjaga pintu pun yang bangkit berdiri. Nabi tidak makan pagi dengan mangkok, pun tidak tinggal diam. Tapi dia senantiasa pergi ke luar. Siapa saja yang ingin menemui Rasulullah saw. pasti menemuinya. Dia duduk di tanah, dan meletakkan makannya di tanah, serta mengenakan pakaian kasar. Dia menunggang keledai, dan menjilati tangannya. Dan Nabi pun bersabda, “Barangsiapa memandang hina Sunnahku, maka dia bukan golonganku.”
Banyak orang yang menghindari Sunnahnya dan memisahkan diri darinya. Kaum kafir! Kaum pendosa! Makanan mereka adalah riba dan dendam. Tuhanku telah menyatakan mereka sebagai orang-orang bodoh, dan menghinakan mereka. Mereka menyatakan bahwa tak ada sesuatu yagn salah berkenaan dengan cara mereka makan, minum, dan menghias diri. Mereka memaknai firman Allah Swt menurut diri mereka sendiri. “Katakanlah; Siapa yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik yang disediakan oleh-Nya?” (Qs. 7 : 32). Akan tetapi, hal-hal seperti ini diperuntukkan bagi sahabat-sahabat setan, dan setan menjadikan hal-hal itu sebagai tempat bermain perutnya dan sistem pencernaannya.
35.
Para sahabat Rasulullah saw. bertindak sesuai dengan Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya, Muhammad saw. Mereka mengamalka apa yang mereka dakwahkan, dan mendakwahkan apa yang mereka amalkan. Ketika malam tiba, mereka berdiri dan menutupi wajah mereka. Air mata mengalir di pipi. Mereka menginginkan adanya kebebasan bagi budak-budak mereka. Manakala sebagian kebaikan ini ditawarkan kepada mereka atau disediakan buat mereka, mereka mengambilnya sebanyak yang mereka perlukan dan menyisakan kelebihannya untuk kehidupan mendatang. Mereka bersyukur kepada Tuhan aatas hal itu, dan menjual jiwa mereka demi kebaikan. Dan manakala hal-hal yang baik itu diambil dari mereka, mereka bergembira dan berkata, “Ini adalah sebagian dari keridhaan penuh perhatian Allah Swt.” jika mereka mengerjakan kebaikan, mereka merasa bahagia dan memohon kepada Allah agar menerimanya. Dan manakala mereka beruat maksiat, mereka merasa sangat menyesal dan memohon ampunan Allah. Mereka selalu bertindak dengan cara demikian. Dan,demi Allah, hanya melalui ampunan saja mereka terbebas dari dosa atau dianugerahi Surga.
Orang berhasrata pada agama dan bergegas menuju kepadanya. Orang mukmin mengerjakan amal-amal kebaikan, dan merasa khawatir kalau-kalau tidak diterima. Akan teatpi, setelah mereka, datanglah orang-orang yang berbuat kemungkaran, merasa aman dan tidak khawatir sedikit pun bahwa mereka bisa terjebak dalam perbuatan mereka. Di antara orang-orang dalam Jamaah ini, ada orang-orang yang mungkin hidup lima puluh tahun tanpa memiliki sehelai pakaian pun untuk dilipat, tanpa sesuatu pun untuk diletakkan antara diri mereka dan tanah, dan yang tidak memerintahkan keluarganya untuk menyiapkan makanan apa pun yang menarik bagi mereka. Manakala orang seperti ini memasuki rumahnya, dia masuk dalam keadaan kurus kering dan lemah. Manakala ajakan kepada keimanan ini datang kepada mereka, mereka menerimanya dengan tulus; dan dalam kalbu mereka timbul keyakinan tentang hal itu. Kalbu, badan, serta mata mereka tunduk kepada ajakan itu, seolah-olah mereka melihat apa yang dijanjikan kepada mereka. Dan, demi Allah, mereka sama sekali bukan kaum yang cenderung pada perselisihan, atau kesombongan, atau kepura-puraan.
Perintah datang pada orang-orang ini dari Allah Swt. dan mereka pun meyakininya, sehingga Allah melukiskan mereka dengan pujian tertinggi dalam Kitab-Nya ketika Dia berfirman, “Hamba-hamba Tuhan yang Maha Pengasih adalah orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati.” – kata kerendahan hati dalam bahasa Arab bermakna kelemah-lembutan, ketenangan dan ketulusan – dan selanjutnya Allah berfirman, “Dan manakala orang-orang jahir menyapa mereka, mereka menjawab ‘Salam” (Qs. 25:63). Inilah orang-orang mulia, bertakwa kepada Allah dan sabar. Jika mereka dizalimi, mereka tidak membalas. Jika mereka diperlakukan dengan jahil, mereka membalas dengan kemuliaan, dan mereka sabar hingga Allah memudahkan jalan mereka. Begitulah cara hamba-hamba Allah berurusan dengan orang lain.
Malam hari mereka mengikuti siang hari mereka, dan malam hari mereka lebih baik. Sebab mereka menghabiskan malam hari dengan bersujud di hadapan Tuhan mereka, dan berdiri tegak di hadirat-Nya, dengan menutupi wajah mereka. Air mata mereka mengalir ke pipi disebabkan perpisahan dari Tuhan mereka. Itulah sebabnya, mereka bangun malam di hadapan-Nya, dan itulah sebabnya siang hari mereka terasa kurang penting. “Mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, jauhkan kami dari azab Jahannam, sungguh, azabnya adalah kebinasaan kekal.” (Qs. 25:65). Segala sesuatu bakal musnah, dan juga binasa; tapi selama langit dan bumi masih ada, penderitaan pun tak bisa dihindarkan. Orang-orang ini bersaksi kepada Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Orang-orang beriman bekerja keras, tapi tidak merasa lelah.
Dan engkau – semoga Allah menganugerahimu keimanan ini; sebab Allah tidak memiliki anugerah lebih baik bagi hamba-Nya di dunia ini maupun di akhirat nanti (selain iman ini). Orang-orang beriman bersabar, patuh, bertakwa kepada Allah, dan bersikap hormat. Demi Allah, seorang hamba tidak bisa memahami Tuhannya sedemikian rupa sehingga dia menjadi sombong atau angkuh. Seorang hamba mencari anugerah ini dan dengan berusaha keras mendapatkannya, sambil senantiasa bersaksi kepada Allah baik secara sembunhi maupun terang-terangan, hingga maut menjemputnya. Lalu, Tuhannya mendengar pujian umat-Nya : “Mereka berkata : ‘Tuhan kami ialah Allah, ‘dan kemudian mereka menempuh Jalan Lurus.” (Qs. 41:30). Demi Allah, mereka benar-beanr memiliki pengetahuan mendalam (makrifat) tentag-Nya, dan mereka pun bergegas mematuhi-Nya : “Malaikat turun kepada mereka, dengan mengatakan, ‘Janganlah kamu takut dan bersedih hati : dengarkanlah kabar gembira tentang surga yang dijanjikan kepadamu.” (Qs. 41: 30). Mereka tinggalkan dunia pada kaumnya, tapi yang demikian itu tidak membuat mereka sedih. Pun tidak pula mereka berlomba-lomba dengan kaumnya mencari kejayaan duniawi ini. Karena mulia, alim, dan bijak, maka mereka adalah lentera-lentera petunjuk yang membawa orang keluar dari segenap perselisihan duniawi yang gelap. Penduduk bumi tidak mengenal mereka, tapi penduduk langit mengetahui mereka.
Di sini, aku tidak akan melanjutkan lagi kutipan dari apa yang dikatakan Hasan. Kata-katanya merupakan mutiara sangat indah dan pemikiran yang agung, seperti kata-kata alim lainnya. Bahkan lidah-lidah paling fasih pun tak mampu mengungkapkan hal-hal seperti itu. Dan seseorang yang merenungkan soal-soal ini, tak bisa lain kecuali amat terpesona dan terkagum-kagum. Dengan itu, kita mengikuti masalah-masalah tersebut dan sampai pada tujuan kita. Beetapa besar jasa kedudukan spiritual Hasan dalam membantu agama dan dalam meluluhlantakkan kemurtadan, dalam membimbing orang yang ingkar menuju Jalan Lurus dan dalam mengajari orang-orang jahil! Semoga Allah memberinya balasan dan gamnjaran besar atas hal ini. Dan semoga pula Allah memberi kita keberhasilan dalam mengikuti jejak langkah Hasan dan tercerahkan oleh cahay-cahayanya.

Kembali ke Daftar Isi


Silahkan Bagikan Artikel ini

Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Ditulis oleh:As Hakim.Ppa on Mei 31, 2017 - Rating: 1.5
Title : ' SURAT-SURAT SANG SUFI ' SURAT KETIGA
Description : Terjemah Kitab " SURAT-SURAT SANG SUFI " Muhammad Ibn ‘Abad SURAT KETIGA Kepada Muhammad ibn Adibah. Surat yang ...

0 Response to "' SURAT-SURAT SANG SUFI ' SURAT KETIGA"

Posting Komentar

Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Lihat versi seluler
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Silahkan Di subcribe

Cara Download Disini

Beli Kitab Klasik dan buku Islami

Tulisan Terbaru

INGKANG KATAH DIPUN PERSANI

  • Download Kitab Kuning Klasik (dengan Makna ala Pesantren/Makna Petuk)بالمعنى على فسانترين
    Download Kitab Kuning / Klasik (Dengan Makna Ala Pesantren) Dengan rasa Syukur kepada Alloh, kembali blog PPa menghadirkan k...
  • Download Kitab Matan Ghoyah wat Taqrib (Dengan makna ala Pesantren) متن الغاية والتقريب مع الترجمة
    Matan Ghoyah wat Taqrib (Dengan makna ala Pesantren) متن الغاية والتقريب مع الترجمة   باللغة الجاوية والمعنى على فسانترين ...
  • Daftar Kitab Kuning makna ala pesantren /Makna Petuk Pdf (2)
    Kitab Kuning makna ala pesantren /Makna Petuk =========================================== Silahkan BELI Kitab makna pesantren  Klik Disini =...
  • Terjemahan Kitab Tajul ‘Arus (Bab 1 "Taubat")
    Terjemahan Kitab Tajul ‘Arus Al-hawiy li tahdzibin Nufus Karya Syeikh Ibnu ‘Atho’illah as Sakandari Puji syukur Ki...
  • Download Kitab KIFAYATUL AWAM (Dengan Makna Ala Pesantren) تحقيق المقام على كفاية العوام فيما يجب عليهم من علم الكلام للشيخ محمد الغضالي
      KIFAYATUL AWAM  (Dengan Makna Ala Pesantren)   تحقيق المقام على كفاية العوام فيما يجب عليهم من علم الكلام للشيخ محمد الغضالي بالمعنى على...
  • Kitab Kuning Klasik Terjemah pdf 1
     Kitab Kuning Klasik Terjemah pdf 1 Kembali lagi setelah kami sampaikan daftar link  Download kitab klasik berbahasa arab  .  Kitab klasik m...
  • Download Kitab Ihya 'Ulumuddin إحياء علوم الدين Juz 2 (Makna ala Pesantren)
    Kitab Ihya 'Ulumuddin Imam Al-Ghazali Juz 2 Makna ala Pesantren   إحياء علوم الدين   تصنيف   حجة الإسلام  الإمام أبي حامد الغزالي  وهو أ...

DOWNLOAD KITAB KHUSUS ARAB

Arsip Blog

  • ►  2025 (18)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (6)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2024 (46)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2023 (186)
    • ►  Desember (9)
    • ►  November (9)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (18)
    • ►  Agustus (23)
    • ►  Juli (16)
    • ►  Juni (11)
    • ►  Mei (15)
    • ►  April (12)
    • ►  Maret (18)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (27)
  • ►  2022 (430)
    • ►  Desember (26)
    • ►  November (23)
    • ►  Oktober (31)
    • ►  September (41)
    • ►  Agustus (52)
    • ►  Juli (50)
    • ►  Juni (66)
    • ►  Mei (39)
    • ►  April (41)
    • ►  Maret (27)
    • ►  Februari (11)
    • ►  Januari (23)
  • ►  2021 (326)
    • ►  Desember (42)
    • ►  November (31)
    • ►  Oktober (45)
    • ►  September (21)
    • ►  Agustus (30)
    • ►  Juli (31)
    • ►  Juni (11)
    • ►  Mei (20)
    • ►  April (48)
    • ►  Maret (19)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (20)
  • ►  2020 (308)
    • ►  Desember (18)
    • ►  November (10)
    • ►  Oktober (23)
    • ►  September (48)
    • ►  Agustus (21)
    • ►  Juli (21)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (18)
    • ►  April (13)
    • ►  Maret (30)
    • ►  Februari (40)
    • ►  Januari (58)
  • ►  2019 (428)
    • ►  Desember (51)
    • ►  November (41)
    • ►  Oktober (31)
    • ►  September (32)
    • ►  Agustus (43)
    • ►  Juli (31)
    • ►  Juni (49)
    • ►  Mei (77)
    • ►  April (28)
    • ►  Maret (24)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2018 (197)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (9)
    • ►  Agustus (27)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (21)
    • ►  Mei (22)
    • ►  April (33)
    • ►  Maret (33)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (17)
  • ▼  2017 (91)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (6)
    • ▼  Mei (10)
      • ' SURAT-SURAT SANG SUFI ' SURAT KEEMPAT
      • ' SURAT-SURAT SANG SUFI ' SURAT KETIGA
      • (An-Nashaih 36 ) Senang Terhadap Pujian, Bencana B...
      • (An-Nashaih 35 ) Amal Perbuatan Yang Baik
      • (An-Nashaih 34 ) Perilaku Para Ulama
      • (An-Nashaih 33) Memanfaatkan Ilmu Serta Mensyuku...
      • ' SURAT-SURAT SANG SUFI ' SURAT KEDUA
      • " SURAT-SURAT SANG SUFI " SURAT PERTAMA
      • 'SURAT-SURAT SANG SUFI' RIWAYAT HIDUP IBN ‘ABBAD
      • SURAT-SURAT SANG SUFI Muhammad Ibn ‘Abad"
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (13)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (16)
  • ►  2016 (144)
    • ►  Desember (21)
    • ►  November (14)
    • ►  Oktober (33)
    • ►  September (26)
    • ►  Agustus (16)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2015 (266)
    • ►  Desember (15)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (14)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (25)
    • ►  Mei (29)
    • ►  April (58)
    • ►  Maret (64)
    • ►  Februari (17)
    • ►  Januari (31)
  • ►  2014 (237)
    • ►  Desember (36)
    • ►  November (23)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (14)
    • ►  April (15)
    • ►  Maret (43)
    • ►  Februari (33)
    • ►  Januari (42)
  • ►  2013 (262)
    • ►  Desember (15)
    • ►  November (14)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (14)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (36)
    • ►  Juni (21)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (27)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (21)
    • ►  Januari (64)
  • ►  2012 (458)
    • ►  Desember (87)
    • ►  November (34)
    • ►  Oktober (16)
    • ►  September (31)
    • ►  Agustus (33)
    • ►  Juli (51)
    • ►  Juni (118)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (23)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (22)
    • ►  Januari (31)
  • ►  2011 (65)
    • ►  Desember (62)
    • ►  November (3)

Isi Blog PPA Yg Bisa di Download

KITAB KLASIK PENGAJIAN mp3 TAUSYYAH
  • 1* Download Al-Quran Digital dan terjemahan Untuk PC dan HP

  • 2* KITAB KUNING MAKNA ala PESATREN

  • 3* KITAB KUNING KLASIK ala PESANTREN

  • 4* KITAB-KITAB HADITS

  • 5* KITAB-KITAB TERJEMAH

  • `6* KITAB KUNING PESATREN mp3

  • 7* BAHTSUL MASA'IL PONDOK PESANTREN

  • 8* Ebook islami

  • 9* KITAB IRSYADUL-'IBAD mp3

  • 10* KITAB KUNING KHUSUS ANDROID dan HP java

  • 1. AL HIKAM mp3. KH.ABD WAHID ZUHDY

  • 2. KISAH PERANG BADAR mp3, KH ABD WAHID ZUHDY

  • 3. SULAMUTTAUFIQ mp3, KH ABD WAHID ZUHDY

  • 4. FIQIH/'UBUDYYAH mp3, KH ABD WAHID ZUHDY

  • 5. Pengajian Gus Mus Kitab Nashoihul Ibad (mp3)

  • 6. PENGAJIAN,MANAQIB,ISTIGHOTSAH KH.ASRORY

  • 7. TERJEMAH IHYA' ULUMUDDIN mp3

  • 8. DOWNLOAD VIDEO & MP3 AUROD PPA

  • 9. SHOLAWATAN H.MUAMMAR ZA mp3

  • 10. MUROTTAL H.MUAMMAR ZA. dll. mp3

  • 11. QIRO'TUL QUR'AN H.MUAMMAR ZA dll. mp3

  • 12.SHOLAWAT ala HABIB SYECH BIN ABDUL QODIR

  • 13.SHOLAWAT,NASYID,QOSIDAH,PUISI




  • TAUSIYYAH HABIB UMAR MUTOHHAR

  • HABIB LUTHFI BIN YAHYA

  • TAUSIYYAH HABIB NAUFAL SOLO

  • PUISI TERBAIK GUS MUS

  • KH ASRORI AL-ISHAQY

  • HAUL PONDOK PETA



  • Daftar Terjemahan kitab

  • Syarah Al Hikam Ibnu Ato'illah

  • At-Tanwir Fi Isqothid Tadbir

  • Tajul 'arusy Ibnu 'Atho'illah

  • Fathur-Robbani Wal Faydhur Rahmany

  • Futuhul Ghoib

  • Wejangan Syeikh Abdul Qodir

  • Manaqib Syeikh Abdul Qodir

  • Risalatul Qusyairiyyah

  • (Washoya) An-Nasho'ih Imam Harits Al Muhasibi

  • Kimyyaus-Sa'adahAl-Ghozaly

  • Surat-surat Sang Sufi

  • Asy-Syamail-Muhammadiyah

  • Mantiqut-Thair

  • Membumikan Al-Qur'an

  • Renungan Tentang Umur Manusia

  • Keajaiban Dlm Tubuh Kita

  • Fihi ma Fihi Ar-Rummi

  • At Ta'aruf li madzhabi Ahli at Tashawwuf

  • Kitab "RO-AYTULLOOH"

  • Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi

  • Ayyuhal Walad al Ghozali

  • Misykatul anwar Al-Ghozali

  • Mukasyafah al QulubAl-Ghozali

  • Risalah Adab Sulukil Muriid


  • Like Fb PPa

    PANJENENGAN TAMU INGKANG KAPING

    Niki Kulo

    Foto Saya
    As Hakim.Ppa
    Khodim Padepokan Padang Ati (PPA)
     Lihat profil lengkapku

    Download Software Pc & Android

    Download Video Pengajian, Sholawat dan lagu

    Labels

    ebook islami (869) kitab kuning terjemah (669) Kitab makna gandul (311) Syarah Al-Hikam (143) BAHASAN SUFI (119) AL-GHOZALI (110) KISAH SUFI (108) RISALATUL-QUSYAIRIYYAH (89) Kitab At-Tanwir (86) HIKMAH SUFI (85) kitab HADITS (82) AJARAN KAUM SUFI (77) Al-Qur'an (76) FUTUHUL GHOIB (71) ALHIKAM (64) Kitab karya ulama Nusantara (64) ebook muslimah (63) KITAB KUNING KLASIK (60) Fathur-rabbany (59) KITAB NAHWU (58) Melihat Allah (53) NU (49) TAFSIR JALALAIN (46) Doa (41) An-Nashoih (38) PENGJIAN (38) KITAB KUNING MP3 (36) Wasiat – Wasiat Ibn ‘Arabi (36) PPA (33) Attibyan fiiaadabi hamalatil qur'an (32) Hikmah Ibnu Ato'illah (32) ibnu 'aroby (32) Hikmah Al Jilany (31) Misykatul anwar (31) Mukasyafatul qulub (30) Tajul Arus (30) al haddad (30) kitab ISLAM KLASIK (25) m.Qurais S (25) IBNU ATO'ILLAH (24) KEAJAIBAN ALQUR'AN (24) Adab sulukil Murid (23) IHYA'ULUMUDDIN AL GHOZALY (23) syeh ahmad asymuni (23) tafsir al Ibriz (21) AS – SYAMAIL (20) Al Misbah (20) SHOLAWATAN (20) SURAT-SURAT SANG SUFI (20) fiqh kehidupan (20) pengajian (19) Fihi ma Fihi (18) WALI SONGO (18) KHUTBAH JUM'AH (17) Tafsir Ilmi (17) Manaqib Syeih Abdul Qodir aljiilany ra (16) Sharaf (15) cak nun (15) Filsafat (14) SOFTWARE ISLAMI (14) Syeikh Hasyim asy'ari (14) NASHO'IHUL 'IBAD (13) karya SYEIH NAWAWI BANTEN (13) KITAB MANTIQUTTOIR (12) THORIQOT (12) wahabi (12) Ayyuhal walad (11) Hamka (11) KITAB KIMYYATUSSA'ADAH (11) Keajaiban di Dalam Tubuh Kita (11) Muammar (11) Nahwu (11) Agus sunyoto (10) M idrus R (10) QOSIDAH BURDAH (9) Tafsir Fathul qodir (9) fiqih (9) Bahasa arab (8) MAULID (8) falak (8) 40 Hadist sohih (7) Fiqih anak (7) Kitab Bahasa Sunda (7) Sayyid Maliki (7) Zaadul maad (7) ebook islam (7) ihya' KITAB TENTANG NAFSU (7) kamus arab-indo (7) ramadhan (7) Adabiyyah (6) Arbain nawawiyah (6) Biografi sahabat Nabi (6) Faroid (6) Misykaat Al-Mashabiih (6) RENUNGAN TENTANG UMUR MANUSIA (6) Taudhihul Adillah (6) alhikam SYEIH IBNU 'ATO'ILLAH ASYAKANDARI MP3 (6) at-tirmidzi (6) haid (6) sunan kalijaga (6) KITAB TASAWUF (5) Percikan Ihya (5) legenda (5) 1001malam (4) ABDUL WAHID ZUHDY (4) Bukhori (4) Humor Sufi (4) Ihya-ma'na (4) KISAH MADHAHIBUL ARBA'AH (4) MUROTTAL (4) Sujiwo tejo (4) asshowi (4) puasa (4) sejarah (4) siyar alam (4) syeikh Nawawi al jawi (4) Asbabul Wurud (3) Nikah (3) Qurban (3) RISALAH LADUNIYYAH (3) Raudhah al-Thalibin (3) Sajarot kaun (3) Syekh Abdul Qadir Jaelani (3) al Buthi (3) az zuhud (3) haji (3) ibnu sina (3) jam'ul jawami (3) tajwid (3) Al Mu’jam Ash Shaghir (2) BAHTSUL MASA'IL (2) Balaghah (2) FADHILAH (2) KH ASRORY (2) KISAH MADHAHIBUL ARBA'AH (2) bahasan tanwirul qulub (2) kitab (2) GUS MUS (1) Hp Santri (1) IBNU ATO'ILLA (1) PUISI (1) SAHABAT NABI (1) SEJARAH PON PES (1) USHUL FIQIH (1) WAHBAH ZUHAILI (1) al (1) habib Umar bin Hafid (1) kh Maimun Zubair (1) kit (1) kitab klasik untuk hp (1)

    Sahabat PPa

    MONGGO SHOLAT

    Copyright © 2012 Padepokan Padang Ati (ppa) - All Rights Reserved
    Design by AS HAKIM PPA - Blogger Templates - Powered by Blogger