بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Hikmah 257-261
257-261.
“ALAM MULKI DAN
ALAM MALAKUT”
٭ جعلك فى العالم
المتوسِّط بين ملكهِ وملكوته ليُعلِمَكَ جلالة قدرِكَ بين مخلوقاَتهِ واَنّـَكَ
جَوْهَرة ٌ تَنْطوى عليكَ أصدافُ مُكَوَّناَتهِ ٭
257. “ Alloh menjadikan kamu bertempat dalam alam pertengahan
antara alam mulki dan alam malakut, supaya kamu tahu tentang kebesaran
kedudukanmu diantara semua makhluk, dan supaya kamu tahu bahwa engkau itu permata
yang didiliputi/ditutupi oleh wadah yang berupa alam ini.”
Alam mulki yaitu : alam yang bisa dilihat di dengar dan dirasa oleh
panca indra.
Alam malakut yaitu : alam ghoib (sebaliknya alam mulki).
Manusia itu dijadikan Alloh tidak melulu dari alam mulki atau dari alam malakut, tapi perkumpulan dari keduanya, pada
kenyataannya Alloh menempatkan tubuh manusia berada di antara langit
dan bumi (alam mulki), dan Alloh juga
menjadikan Ruh manusia yang bias menyimpan macam-macamnya asror (rahasia) alam
ini(alam malakut). Itu sebagai tanda keagungan kedudukan manusia yang tidak
diberikan pada makhluk lainnya.
Syeih Abul Abbas Al-Mursy
berkata : Isi alam ini semua bagaikan hamba/pelayan yang tunduk kepadamu hai
manusia, sedangkan engkau hanya hamba Alloh ta’ala semata-mata.
Tersebut dalam kitab-kitab Alloh terdahulu Alloh berfirman : Hai anak adam, Aku jadikan segala
sesuatu untukmu dan Aku jadikan engkau untukku, karena itu jangan sibuk dengan
apa yang sudah pasti datang padamu,
sehingga meninggalkan apa yang engkau dijadikan untuk-Nya.
Alloh berfirman : هُوالذى
خلقَ لكُم ما فىالارضِ جمِيعاً Dialah Alloh yang menjadikan untuk kamu semua apa yang ada di bumi”.
Syeih Al-Wasithy menafsirkan ayat : Sungguh kami Alloh telah memuliakan anak adam”(al-isro’70). Yakni :
Kami serahkan kepada mereka alam seisinya supaya mereka tidak bingung atau tertipu oleh sesuatu dan
supaya manusia semata-mata beribadah /mengabdi kepada Alloh.
Langit dan bumi(alam mulki) itu tidak akan muat apabila ditempati ruh,
seperti hikmah berikut ini :
٭ إنّما وَسِعكَ
الكونُ من حيثُ جِسمانيَّتِكَ ولم يسَعُكَ من حيثُ ثُبُوتروحانيَّـتِكَ ٭
258. “ Sesungguhnya alam (dunia) itu dapat muat/mencukupi engkau dari
sudut jasmaniyahmu semata, tetapi kalau dari sudut ruhanimu dunia tidak muat untuk kau tempati.”
Itu semua dikarenakan jasad/jasmaniyahmu itu sejenis dari alamnya
bumi(mulki), dan disitulah letak hajat dan kebutuhan badan jasmanimu,
sebaliknya rohaniyahmu itu sama sekali tidak sejenis dengan alam dunia ini,
karena itu janganlah menggantungkan semua persoalan rohani pada dunia,
seharusnyalah hanya berhubungan dengan Alloh ta’ala.
Ringkasnya : manusia itu terdiri dari dua unsur :1. Jasmaniyyah dan 2.
Ruhaniyyah. jasmani dengan alam dunia
itu sejenis, jadi apabila jasmani
memenuhi kebutuhannya dengan apa yang ada di bumi ini maka tidak akan
rusak, sebaliknya ruhani itu dengan
makhluk didunia ini sangatlah berbeda dan tidak sejenis, jadi ruh itu tidaklah pantas berhubungan
dengan makhluk dunia ini, akan tetapi yang pantas itu berhubungan langsung
dengan tuannya yaitu Alloh Azza wajalla.
Syeih Ahmad bin khodzarowaih ketika ditanya : Amal apa yang lebih utama
? Jawabnya : Menjaga hati jangan sampai condong, menoleh kepada selain Alloh.
٭ الكاءِنُ فى
الكونِ ولم تُفتحْ لهُ ميادِينُ الغُيُوبِ مسجُونٌ بِمحِيطاَتهِ ومحصوْرٌ فى
هيكَلِ ذاتهِ ٭
259. “ Orang yang ada di alam dunia ini dan belum dibukakan baginya
luasnya alam ghoib (malakut), ia akan tetap terpenjara oleh apa yang meliputi
dirinya (syahwat, nafsu dan kebiasaan dirinya),
dan akan terkepung oleh bentuk dirinya(kepentingan-kepentingan
badannya).”
Apabila seseorang belum
dibukakan dan belum mengetahui alam
–alam rahasianya Alloh/ alam malakut, maka ruhnya akan selalu terpenjara
oleh akuwan/semua makhluk, maka ia akan
selalu terhijab dari Alloh, walaupun ia alim dibidang ilmu lahir, karena ilmu lahir tidak bisa
mengeluarkan mereka dari penjara alam dunia.
Dalam kitab Quut Al-Qluub disebutkan : semua orang yang tidak dibukakan
ilmu batin (ghoib), maka mereka golongan Ahlul yamin(kebaikan), dan orang-orang
yang dibukakan ilmu batin merekalah orang yang dekat dengan Alloh.
٭ اَنْتَ مع
الاكواَنِ مالم تشهدِ المُكوِّنَ فاِذاَ شَهِدْتـَهُ كانَتِ الاكْواَنُ معكَ ٭
260. “ Engkau akan tetap terikat dengan akuwan (makhluk), selama engkau
belum bisa melihat Mukawwin (Dzat yang
menciptakan makhluk), tetapi bila engkau sudah bisa melihat pencipta alam
/makhluk, maka alam /makhluk akan tunduk kepadamu.”
Selama manusia masih terikat
dan terpenjara oleh akuwan/makhluk, dan
masih terkurung dalam bentuk dirinya, maka akwan akan menjadi pemimpinnya, dan
ia akan selalu mencintai dan bergantung pada makhluk, sehingga dia jauh dari
Tuhannya. Sebaliknya apabila manusia
sudah bisa melihat/menyaksiakan mukawwin (Dzat yang menciptakan makhluk),yakni:
mereka sadar bahwa semua makhluk itu ada yang menciptakan, dan semua makhluk
itu hanya bergantung pada penciptanya, mereka akan terbebas dari penjara dan
ikatan makhluk(dunia), dan makhluk akan tunduk kepadanya, dan dia menjadi
pemimpinnya, karena mereka hanya mencintai dan bergantung pada Tuhannya.
Dalam sebuah hadits qudsi diceritakan Alloh ta’ala berfirman : “Hai hambaKu,
jadikanlah himmah tujuanmu hanya kepada-Ku, niscaya Aku cukupi segala hajat
kebutuhanmu, selama Aku dengan engkau,
engkau menduduki sebagai hamba, dan selama engkau dengan Aku maka engakau
ditempat yang dekat, mintalah apa saja
untuk dirimu.”
Syeih Abu Abdulloh al-Jalla
berkata : siapa yang hasrat semangat tujuannya lebih tinggi dari alam
benda (dunia), maka ia pasti sampai kepada Alloh yang mencipta alam, tetapi siapa yang tujuannya hanya pada sesame
makhluk maka tidakakan mandapatkan Tuhannya, sebab Alloh maha mulia untuk dapat menerima dipersekutukan.
Syeih As-Syibly berkata : Tidak
pernah tergerak dalam hati orang yang mengenal Allohpencipta ala mini, sesuatu dari hal
alambenda/makhluk. Yakni :seorang yang benar-benar telah mengenal Alloh tidak merasa butuh dengan makhluk (dunia).
٭
لاَيَلزَمُ من ثـُبوُتِ الخـُصُوصِيَّةِ عَدَمُ وَصْفِ الْبشَرِيَّةِ، اِنَّمَا مثلُ
الخـُصُوصِيَّةِ كَاِشْراَقِ شَمْسِ النَّهاَرِ ظَهَرَتْ فى الاُفُقِ وَليسَتْ مِنهُ،
تاَرَةً تُشْرِقُ شُموُسُ أَوصاَفِهِ على لَيْلِ وُجُودِكَ وَتاَرَةً يَقبِضُ ذٰلكَ
عَنْكَ فَيَرُدَّكَ اِلَٰى حُدُودِكَ فاَلنَّهاَرُ لَيْسَ مِنْكَ وَاِليكَ وَلٰكِنَّهُ
واَرِدٌ عَلَيْكَ ٭
261. “
Sifat khususiyyah (kewalian) yang
diberikan kepada hamba itu tidak memastikan hilangnya sifat-sifat kemanusiaan
(basyariyyah). Perumpamaan sifat khususiyyah itu bagaikan terangnya matahari
diwaktu siang, yang tampaak di ufuk (ruangan antara langit dan bumi) tetapi
bukan dari ufuk, ada kalanya terbit nur
cahaya sifat-sifat Alloh yang
diumpamakan cahaya matahari pada kegelapan kejadian wujudmu yang diumpamakan
gelapnya waktu malam, dan ada kalanya dicabut yang demikian itu dari padamu,
maka Alloh
mengembalikan kamu pada asal kejadianmu, maka terangnya siang itu bukan dari kamu dan
bukan kepadamu, tetapi ia dating kepadamu.”
Yakni: apabila seseorang diberikan sifat-sifst khususiyyah seprti
kemakrifatan, kasyaf, bisa memerintah makhluk sesuai dengan kemauannya dan
lain-lain, orang tersebut tidah pasti hilang sifat-sifat kemanusiaannya, seperti hina,lemah, fakir, bodoh dan
lain-lain. Dan juga tidak pasti menghilangkan kebutuhan-kebutuhan manusiawinya
seperti makan minum, pakaian, tempat tinggal dan lainnya. Sebab semua sifat
sifat manusia itu perkara yang tidak bisa berpisah dari manusia.
Sifat-sifat khususiyyah yang
berikan Alloh kepada hambanya, dan ditutupinya dengan nyatanya
sifat-sifat kemanusiaan itu bagaikan cahaya matahari yang menerangi ufuk/
ruangan antara langit dan bumi, apabila matahari belum bersinar maka akan gelap
gulita dan tidak ada cahaya, dan ketika matahari memancarkan cahayanya lagi
maka akan kembali terng benderang. Begitu juga nur Rububiyyah yang ada di hati
manusia, ketika Alloh memberikan sifat khususiyyah kepada hambanya, maka
hamba itu akan kelihatan mempunyai khususiyyah, dan nur khususiyyah akan
menerangi wujud kemanusiaannya, dan begitu sebaliknya. Yakni apabila hamba
menerima nur tajalli maka akan tampak
keluar dari padanya sifat-sifat Alloh yang menerangi dzat (basyariyyahnya), tetapi bila ditarik kembali nur
tajalli itu, maka kembalilah sifat-sifat yang asli pada manusia. Jelasnya sifat khususiyyah
(keistimewaan/kewalian) itu bukan sifat asli manusia, hanya sifat yang
diberikan Alloh kepadanya.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.