بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Hikmah 250-256
250-256.
“TAWADHU’.”
٭ من أثبتَ لِنفسهِ
تواضعاً فهو المُتكبّرُ حقاً، إذليسَ
التوَ ضعُ الاّ
َ
عن رِفْعةٍ فمتى اَثبتَ لنفسكَ رِفعَة ً فاَنتَ المتكبّرُ حقـاً. ٭
250. “ Siapa yang merasa diri sudah bertawadhu’, maka berarti ia
benar-benar sombong, sebab tidak mungkin ia merasa tawadhu’ kecuali ia merasa
tinggi /besar. Karena itu bila engkau
menetapkan bahwa dirimu itu besar/luhur, maka benar-benar engkau telah
sombong(mutakabir).”
Tawadhu’ yaitu : tidak melihat dan merasa dirinya punya
pangkat/kedudukan, dan ia merasa dirinya menghaki sifat-sifat hina dibanding
lainnya.
Orang yang merasa sudah bertawadhu’ itu muncul dari pada nafsu, supaya dikatakan orang yang punya derajat
tinggi dihadapan Alloh, dan orang yang merasa sudah punya derajat itu namanya sombong yang
hakiki.
٭ ليس المتواضعُ
الذي اذاَ تواضع رى اَنهُ فوقَ ما صنعَ ولٰكن َّ المُتواضعُ اذاَ تواضع رى اَنهُ دونَ ما صنعَ ٭
251. “ Orang Tawadhu’ itu bukanlah orang yang ketika melakukan tawadhu’
lalu dia merasa bahwa dirinya itu lebih tinggi derajatnya dari apa yang
diperbuat, tetapi orang yag tawadhu’
ialah orang yang apabila berbuat tawadhu’ ia menganggap dirinya lebih rendah
dari apa yang di perbuat.”
Orang yang bertawadhu’ yaitu orang yang tidak menetapkan sifat tawadhu’
itu pada dirinya sendiri, karena ia
melihat sifat hina pada dirinya, sehingga dia tidak berani mengaku/merasa sudah
bertawadhu’, tanda orang yang tawadhu’ ituapabila dia dicela, dihina tidak
marah dan tidak sakit hati, dan ia tidak menginginkan kedudukan dikalangan
masyarakat, dan tidaak merasa punya kedudukan dimasyarakat.
Syeikh Abu Yazid Al-Busthomi
berkata : Selagi masih ada dalam diri hamba, melihat makhluk itu lebih
jelek/hina daripada dirinya, maka dia orang yang sombong, dan ketika ditanya :
kapan orang itu tawadhu’ ? jawabnya : jika sudah tidak merasa ada kedudukan dan
kemuliaan pada dirinya,dan tawadhu’ seseorang itu menurut kadar makrifatnya
terhadap Tuhan dan dirinya.
Syeikh As-Sybliy berkata :
Barang siapa merasa dirinya lebih berharga (mempunyai kedudukan) maka ia bukan
orang yang tawadhu’. Syeikh Abu Sulaiman
Ad-Darony berkata : seorang hamba tidak dikatakan tawadhu’ sehingga ia mengenal
dirinya sendiri.(mengenal sifat-sifat hamba yaitu hina, fakir, bodoh, lemah dan
sifat kurang lainnya.)
٭ المُتواضعُ الحقيقيُّ
هُوَ ماكانَ ناَشِـءـاً عن شهود عظمةِ وَتجلّىِ صِفتهِ ٭
252. “ Tawadhu’ yang sejati(hakiki) ialah rasa rendah diri yang timbul
karena melihat/memperhatikan keagungan Alloh dan terbukanya sifat-sifat Alloh (pada makhluk-Nya).”
Tawadhu’ hakiki yaitu tawadhu’nya para ‘Arifin, yang muncul sebab mereka melihat / menyaksikan
keagungan Alloh dan terbuka (tajalli)nya dzat
dan sifat-Nya. Ketika seseorang melihat
keagungan Alloh maka hilanglah sifat-sifat nafsunya.
Syeikh Dzu-Nun Al-Misry berkata : Siapa yang menginkan bertawadhu’ maka
hadapkan lah dirimu(hatimu) kepada keagungan Alloh, maka akan menjadi hina dan kecil dirimu, siapa
yang melihat kemaha rajaan Alloh, maka hilanglah sifat raja dirimu, karena semua sifat nafsu itu
hina/kalah dihadapan kehaibatan Alloh. Dan mulia-mulianya tawadhu’ yaitu : apabila
melihat dirinya itu bukan Alloh.
Manusia itu ada tiga golongan : 1. Seseorang yang melihat kejelekan
perbuatannya, sehingga tidak melihat kedudukan/derajat pada dirinya. 2.
Seseorang yang menyaksikan kejelekan
sifatnya,sehingga ia tidak menyaksikan/mengetahui pangkat/kemuliaan pada
dirinya. 3. Seseorang yang hanya melihat keagungan Tuhannya, sehingga ia lupa
segala-galanya sebab itu.
٭ لاَيُخرِجكَ عنٍ
الوَصفِ الاَ شُهودُ الوَصفِ ٭
253. “ Tidak ada sesuatu yang bisa mengeluarkan /melepaskan dari
sifat-sifat (nafsu)mu, kecuali jika kamu melihat sifat-sifat Alloh.”
Tidak ada yang bisa mengeluarkan
/melepaskan dari sifat-sifatmu yang tercela, kecuali jika kamu melihat kemuliaan Alloh, Tidak ada yang bisa mengeluarkan /melepaskan kamu
dari melihat sifat-sifatmu yang baru(sifat makhluk/hadits), kecuali jika kamu melihat sifat Tuhanmu yang
qodim (dahulu), Tidak ada yang bisa
mengeluarkan /melepaskan kamu dari melihat perbuatanmu, kecuali jika kamu melihat perbuatan Alloh (Fi’lu-lloh), dan dari melihat sifat-sifatmu dengan
cara melihat sifat-sifat Alloh, dari melihat dzatmu dengan cara menyaksikan Dzat Alloh.
Al-hasil : Selama engkau tidak melihat/memperhatikan sifat-sifat
ketuhanan, kebesaran, kekuasaan dan keagungan Alloh, maka selama itu juga engkau akan merasa besar,
kuasa dan sombong. Dan selama engkau tidak melihat sifat kesempurnaan Alloh, maka selama itu juga engkau tidak merasa dan
mengakui sifat kurang, hina dan kehambaan dirimu terhadap Alloh.
٭ المُوءمن ُ يُشغِلُهُ
الثناءُ على اللهِ تعالى عن ان يكونَ لنفسه شاكراً وَتُشغِلُهُ حقوقُ اللهِ عن ان
يكونَ لِحُظوظهِ ذكِراً ٭
254. “ Orang mukmin yang sempurna itu selalu sibuk memuji syukur kepada
Alloh, sehingga lupa dan tidak sempat
memuji diri sendiri, dan mereka sibuk menunaikan kewajiban-kewajiban yang
menjadi hak Alloh, sehingga lupa akan kepentingannya sendiri.”
Memuji diri itu berarti merasa telah berbuat amal kebaikan. Karena
seorang mukmin yang sejati itu, ia tidak merasa mempunyai kebaikan
sendiri, ia sadar semua itu semata-mata
anugerah dan pemberian dari Alloh, sehingga apabila ada orang yang memuji dia atau berterima kasih pada
dia atas perbuatan yang telah ia lakukan, ia langsung mengembalikan pujian itu
kepada Alloh pemilik pujian yang hakiki.
Orang mukmin yang sejati itu selalu sibuk dengan kewajiban yang menjadi
hak Alloh, sehingga ia tidak ingat dengan kepentingannya sendiri, dan
kepentingan nafsunya, karena ibadahnya hanya karena mengagungkan dan memuji
pada Alloh, tidak karena balasan atau ingin surga dan takut neraka.
٭ ليس
المحبُّ الذي يرجُون من مَحْْبُوبه عواضاً
او يطلُبُ منهُ غرضاً فاِنَّ المحبُّ من يَبْذلُ لك ليسَ المحبُّ من تَبْذ ُلُ لهُ ٭
255. “ Orang yang cinta sejati itu bukanlah orang yang mengharapkan
balasan dari yang dicintai atau berhasilnya apa yang dimaksud, tetapi
sesungguhnya orang yang cinta sejati itu orang yang memberi kepadamu bukan
orang yang mengharap pemberianmu kepadanya.”
Alloh benar-benar mencintai hambanya, dengan bukti Alloh telah memberikan kepada hambanya Nikmatnya, yang
pertama nikmat Ijad( dijadikan) dan yang kedua nikmat Imdad (kelanjutannya),
dan memberikan semua yang menjadi kebutuhan hambanya. Firman Alloh : “Wa-ataa-kum-minkulli maa sa-altumuhu.
Dan Aku berikan kepadamu semua apa yang menjadi permintaanmu.” Dan firman Alloh lagi : “Kholaqo lakum maa-fil-ardhi jamii’an. (Alloh) telah menciptakan untuk kamu semua apa-apa yang
ada dibumi semuanya.” Dan Alloh sama sekali tidak mengharap balasan/ imbalan dari hambanya sama sekali.
Sebaliknya bila kamu mengaku cinta kepada Alloh haruslah sanggup menyerahkan semuanya termasuk
ibadah dan amal sholihmu kepada Alloh yang tanpa mengharap imbalan apa saja dari Alloh.
Syeikh Abu Abdulloh Al-Qurasyi
berkata : Hakikat cinta itu, bila engkau telah dapat memberikan keseluruhanmu
kepada yang engkau cintai, sehingga tidak ada sisa apa-apa bagimu.
Alloh telah mewahyukan kepada Nabi Isa as. : Apabila aku
melihat hati hambaKu, tidak ada padanya cinta dunia dan Akhirat, niscaya aku
penuhi hati itu dengan dengan cinta kepadaku.
Wahyu Alloh kepada Nabi Dawud as. : Hai Dawud, sungguh Aku telah mengharamkan cinta-Ku untuk masuk kedalam hati dimana hati itu ada
cinta selain Aku.
٭ لَولا ميادينُ
النُّفوسِ ما تحقق سيرُ الساءرين اذلا مسافةَ بينكَ وبينهُ تطْوِيهاَ رِحلتـُكَ
ولا قطَعةَ بينكَ وبينهُ حتىَّ تمحُو ها وصلتـَكَ ٭
256. “
Andaikan tidak ada lapangan(medan) perjuangan melawan hawa nafsu, pasti
tidak dapat terbukti perjalanan suluk menuju Alloh, sebab
tidak ada jarak antaramu dengan Alloh sehingga
harus ditempuh dengan perjalanan, dan tidak pernah putus antara dirimu dengan Alloh sehingga harus disambung dengan wushulmu.”
Syeikh Ibnu Atoillah
berkata : manusia itu dibagi menjadi dua bagian :
1. Manusia yang tidak punya perjalanan, yakni tidak
berjalan menuju Alloh. Yaitu orang-orang yang berhenti pada lahirnya syariat, dan semua yang
diperbolehkan oleh syariat, baik berat ataupun ringan menurut hawa nafsunya,
tetapi mereka hanya memilih yang ringan saja, karena mengharap rukhshoh
keringanan dan kemudahan syariat, dan yang demikian itu tidak bisa merubah
kebiasaan nafsu dan syahwatnya.
2. Manusia yang selalu mengarahkankan hawa nafsunya
kepada Alloh yang maha raja, dan mengalahkan hawa nafsunya, mereka selalu menghadap
ke-Hadhrotu-lloh, selalu sibuk memerangi dan meneliti hawa nafsunya, mereka
selalu mengerjakan perintah/perkara yang berat, dan menjauhi memilih
perkara yang ringan, dan selalu
mendawamkannya sehingga nafsunya ridho dan lembut.
Syeih Abu Usman al-Hairy
berkata : seseorang itu tidak sempurna kecuali hatinya condong pada empat
perkara : 1. Penolakan(tidak diberi). 2. Pemberian. 3. Kemulyaan. 4. Kehinaan.
Yakni : ia dalam kondisi hina tapi merasakan kemulyaan, dan ia tidak diberi
(ditolak) tapi ia merasakan pemberian.
Hakikat hilagnya hawa
nafsu dari hati yaitu: setiap saat/nafasnya selalu cinta/rindu bertemu dengan Alloh, tanpa memilih keadaan yang ada padanya, apabila
murid ada tanda-tanda seperti itu dalam nafsunya benar-benar ia telah keluar
dari alam jinisnya(hawa nafsu), dan sudah wushul kepada Alloh. Dan apabila tanda itu belum ada pada murid maka
ia harus menetapi perjalanannya.
Syeih Abul qosim
Al-Qusyaery berkata : Hakikat membunuh hawa nafsu itu ialah lepas bebas dari
tipudayanya, dan tidak memperhatikan sesuatu yang timbul dari padanya, dan
menolak segala pengakuan-pengakuannya, dan tidak sibuk untuk mengaturnya, dan
tetap menyerahkan segala urusannya kepada Alloh. Dengan melepaskan ikhtiar/usaha dan kehendak
sendiri, sehingga lenyap dan terhapus semua pengaruh hawa nafsu itu terhadap kemanusiaannya.
Adapun sisa-sisa yang berupa gambaran dan keraangka (hawa nafsu) itu tidak berbahaya.
Demikianlah jalan untuk membunuh/mengalahkan hawa nafsu, yang dapat segera
dapat mencapai Hadhrotal Qudsy.
sebab tidak ada jarak
antaramu dengan Alloh sehingga harus ditempuh dengan
perjalanan, dan tidak pernah putus antara dirimu dengan Alloh sehingga harus disambung dengan wushulmu, kecuali
sebah hijab/ tutup berupa hawa nafsu.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.