بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
HIKMAH 153-157
153-157.
“SIKAP KITA KETIKA DIPUJI ORANG”
٭
الناس يمدحونك لمايظنونه فيك فكن انت ذامّالنفسك لماتعلمه منها ٭
153.”Orang-orang yang memuji padamu
disebabkan oleh apa yang mereka sangka yang ada padamu, karena itu engkau harus
mencela dirimu, karena apa-apa (aib) yang engkau ketahui pada dirimu”.
Kamu jangan sampai terpengruh/tertipu dengan
pujian orang-orang yang tidak mengetahui hakikatnya dirimu, tetapi kamu harus
kembali melihat dirimu dengan mencela dirimu sebab perbuatanmu yang
terbalik/tidak sama dengan prasangka orang lain pada dirimu.
Maka dari itu Sayyidina
Ali berdo’a : “Allohummaj-alnaa
khoirom-mimmaa yadhun-nuna,- walaa-tu-aakhidz-naa bimaa yaquuluuna ,- wagh-fir
lanaa- maa-laa ya’lmuuna”. (Ya Alloh, jadikanlah aku lebih baik dari apa
yang mereka sangka, dan jangan Engkau siksa mereka sebab ucapan mereka terhadap
diriku, dan ampunilah semua dosaku yang tidak diketahui mereka.)
Dan siapa yang merasa senang dengan pujian
orang lain terhadap dirinya, berarti dia telah memberi kesempatan pada setan
untuk masuk dan merusak imannya.
٭
الموءمن اذامدح استحيٰى من الله ان يثنى عليه بوصف لايشهده من نفسه ٭
154. “Orang mukmin yang sejati itu ketika
dipuji orang, dia malu pada Alloh, karena ia dipuji bukan karena sifat yang ada
pada dirinya, tapi dari Alloh”.
Jadi apabila orang lain
memuji dirinya dan meyebut kebaikannya, dia merasa malu kepada Alloh, karena
dia merasa tidak mempunyai sifat-sifat yang layak dipuji, sebab ia merasa hanya
mendapat karunia Alloh jika ia bisa berbuat sesuatu yang baik, dan bukan dari
usaha dan kemampuannya sendiri.
Seorang salik itu harus tidak percaya dengan
pujian orang lain, tetapi dia juga tidak diperintah untuk merobah/menolak
supaya orang lain tidak memuji atau berprasangka baik padanya, dia hanya di
perintah untuk tidak terpengaruh,dan supaya mendahulukan apa yang diketaui
terhadap dirinya sendiri,mengalahkan prasangka orang lain. Yang penting tidak
keterlaluan pujiannya, kalau keterlaluan maka harus di tolak.
Rosululloh bersabda : “ Uhtsut-turoba fii-waj-hi mad-daachiin” lempari
debu dimuka orang-orang yang memuji-mujimu.
Rosul berkata pada orang
yang memuji seseorang dihadapan rosululloh, : Qoto’-ta ‘unuqo shoohibika” kamu telah memotong leher saudaramu.
٭
اجهل الناس من ترك يقين ما عنده لظن ماعند الناس ٭
155. “sebodoh-bodoh manusia yaitu orang yang
meninggalkan(mengbaikan) keyakinan yang sungguh-sungguh ada padanya, karena
mengikuti prasangka yang ada pada orang-orang”.
Orang yang dipuji orang lain dan terpengaruh dengan
pujiannya, dan menganggap baik pada dirinya sendiri, orang seperti ini adalah
orang paling bodoh, karena yang yakin ia ketahui yaitu kekurangan-kekurangan
dan dosa-dosa yang telah dilakukannya atau rendahnya akhlaqnya dan kelemahan
imannya sendiri.
Al-Harits Al-Muhasiby mengumpamakan pada
orang yang senang di puji orang lain, itu bagaikan orang yang senang dengan
ejekan orang padanya,; Seumpama ada orang berkata : kotoranmu itu berbau
harum,lalu engkau gembira dengan pujian yang demikian, padahal engkau sendiri
jijik dan tau berbau busuk. Ketahuilah bahwa kotoran dosa dan jiwa itu lebih
busuk dari pada kotoran (tinja) orang.
Seorang Hakim dipuji
oleh orang awam/biasa, maka ia menangis, lalu ditanya: kenapa engkau menangis?
Padahal orang itu memujimu,.. jawabnya: ia tidak memujiku, melainkan setelah
dia mengetahui bahwa yang ada padaku sifat-sifat yang sama dengan
sifat-sifatnya.
٭
اذااطلق الثناء عليك ولست باهل فاَثن عليه بما هو اهلهُ ٭
156. “Jika Alloh membuka mulut orang-orang
untuk memujimu, padahal nyata-nyata engkau tidak layak/berhak untuk pujian
seperti itu, maka engkau harus memuji kepada Alloh yang berhak /layak
mendapatkan pujian itu”.
Kenyataannya apayang disanjungkan orang-orang padamu itu tidak ada pada
dirimu, atau kau mempunyai cacat/aib, sehingga kau tidak berhak menerima pujian
itu, maka kau harus memuji kepada Alloh, yang telah menutupi aib-aibmu, kekuranganmu.
٭
الزهّاد اذامدحواانقبضوالشهودهم الثناءمن الخلق ، والعارفون اذامدحوا انبسطوا لشهودهم
ذالك من الملك الحقّ ٭
157. “Orang-orang yang zuhud (ahli ibadah)
jika dipuji oleh orang lain, mereka merasa ketakutan, karena kuatir
terpengaruh,karena pujian itu datangnya dari sesame makhluk, sebaliknya orang aarif
jika dipuji mereka merasa senang dan gembira karena mengerti benar-benar pujian
itu datang dari Alloh raja yang haq”.
Orang aarif itu selau hadir kehdhrotulloh, tidak pernah memandang
selain Alloh, mereka menganggap pujian-pujian itu datang dari Alloh, sehingga
mereka gembira, dan pujian itu bisa menambah kekuatan hatinya dan kedudukannya
dihadapan Alloh, karena mereka tidak memandang pada dirinya tidak membanggakan
amalnya, dan tidak terpengruh dangan pujian ataupun cela-an orang lain. Kata Hikmah ini sesuai dengan Hadits nabi
saw.: Idza mudihal-mu’minu fii-waj-hihi
robal-iimanu fii qolbihi”.(ketika seorang mukmin di puji didepannya maka iman
dalam hatinya bertambah kuat).
Rosululloh sendiri pernah dipuji dengan
qosidah oleh Hassan dan Ka’ab bin Zuhair,Rsululloh saw. Menunjukkan kegembiraan
bahkan memberikan mantel kepada Ka’ab bin Zuhair.
Mushonnif (ibnu
ato’illah) sendiri juga pernah memuji-muji kepada gurunya, Syeih Abul-Abbas
Al-Mursyi, beliau diam saja dan memperlihatkan wajah senang.
Hal seperti ini juga
terjadi pada para aarif lainnya.
Orang yang mempunyai
makom ini antara dihina dan di puji orang tidak akan ada bekasnya dalam hati,
karena mereka tidak memandang itu semua dari makhluk, tapi mereka melihat
itu semua dari Alloh swt.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.