بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN
TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”
9.
ROJA’
“Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah,
maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang.” (Qs.
Al-Ankabut :5).
Al-‘Ala’ bin Zaid
menuturkan : “Amu menemui Malik bin Dinar dan menemukan Syahr bin Hausyab
bersamanya. Ketika Syahr dan aku pergi meninggalkan Malik, aku berkata kepada
Syahr : “Semoga Allah merahmatimu, berilah aku nasihat dan perkayalah jiwaku.
Semoga Allah memberimu kekayaan!.” Ia menjawab. Dengan senang hati bibiku Ummu
Darda’ menceritakan kepadaku melalui Abu Darda’, bahwa Rasulullah saw.
mengabarkan bahwa sanya malaikat Jibril as. Mengatakan : “Allah swt. berfirman
: “Wahai hambaKu, selama engkau menyembahKu, berharap akan bertemu denganKu,
dan tidak menyekutukan Aku, niscaya Aku akan mengampuni apa pun dosa yang
tenegah engkau lakukan. Bahkan sekalipun engkau datang dengan membawa keburukan
dan dosa sebesar bumi, Aku akan mengampunimu, dan tidak mempedulikan (berapa
banyak dosa yang telah engkau lakukan).” (Hr. Thabrani).
Anas bin Malik
mengabarkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, bahwasanya Allah swt. berfirman
(dalam hadits Qudsi) :
Keluralah dari
neraka, wahai kalian yang dalam hatinya masih terdapat iman walaupun sebesar
biji gandum.” Kemudian Dia akan memerintahkan : “Aku bersumpah demi
keagungan-Ku, bahwa perlakuan-Ku terhadap manusia yang beriman kepada-Ku
walaupun sesaat saja di siang hari ataupun malam, tidak akan sama perlakuan-Ku
terhadap orang yang tidak pernah beriman kepada-Ku.” (H.r. Bukhari – Muslim).
Harapan (Raja’)
adalah keterpautan hati kepada sesuatu yang diinginkannya terjadi di masa yang
akan datang, sebagaimana halnya takut berkaitan dengan apa yang akan terjadi di
masa datang. Karena itu, harapan berlaku bagi sesuatu yang diharapkan oleh
seseorang akan terjadi. Hati menjadi hidup oleh harapan-harapan melenyapkan
beban hati. Perbedaan antara harapan dan angan-angan (tamany) adalah bahwa
angan-angan membuat seseorang menjadi malas. Orang yang hanya berangan-angan
sesuatu tidak akan pernah berusaha untuk membulatkan tekad (untuk mencapai apa
yang diangankannya). Hal yang sebalikya juga berlaku atas diri seseorang yang
memiliki harapan. Harapan adalah sifat yang terpuji, tetapi angan-angan adalah
sifat tercela.
Para Sufi telah
berbicara banyak tentang harapan. Syah al-Kirmany berkata : “Tanda-tanda
harapan adalah tat yang baik.”
Ibnu Khubaiq
menjelaskan : Ada tiga macam harapan : Ada manusia yang melakukan amal baik;
dengan harapan amal perbuatannya itu akan diterima oleh Allah swt. Ada lagi
orang yang melakukan amal buruk, kemudian bertobat; harapannya adalah
memperoleh pengampunan. Akhirnya ada orang yang tertipu diri sendiri, yang
terus melakukan dosa, sambil berkata : “Aku berharap untuk memperoleh
pengampunan.” Bagi orang yang tahu bahwa dirinya melakukan amal buruk, takut
selayaknya lebih berkusa atas dirinya daripada harap.”
Dikatakan :
“Harapan adalah mengandalkan kemurahan dari Yang Maha Pemurah dan Maha
mencintai.”
Dikatakan pula :
“Harapan adalah melihat kegemilangan Ilahi dengan mata keindahan.”
Juga dikatakan :
“Harapan adalah kedekatan hati kepada kemurahan Tuhan.”
Dikaakan pula :
“Harap adalah kesenangan hati terhadap keutamaan tobat seseorang.”
Dikatakan juga :
“Harapan berarti melihat pada kasih sayang Allah swt. Yang Maha Meliputi.”
Abu Ali
ar-Rudzbary berkomentar : “Takut dan harap adalah seperti sepasang sayap
burung. Manakala kedua belah sayap itu seimbang, si burung pun akan terbang
dengan sempurna dan seimbang. Tetapi manakala salah satunya kurang berfunsi,
maka hal ini akan menjadikan si burung kehilangan kemampuannya untuk terbang.
Apabila takut dan harap keduanya tidak ada, maka si burung akan terlemepar ke
jurang kematiannya.”
Ahmad bin Ashim
al-Anthaky ditanya : “Apakah tanda adanya harapan pada seorang hamba?” Ia
menjawab : “Tandanya adalah manakala ia menerima nikmat anugerah (ihasan), ia
terilhami untuk bersyukur, penuh harap akan menuhnya rahmat Allah swt. di dunia
ini dan penuhnya pengampunan-Nya di akhirat.”
Abu Utsman
al-Maghriby berkata : “Barangsiapa mendorong dirinya untuk berharap saja, maka ia
akan terjerumus ke dalam kemalasan, dan barangsiapa mendorong dirinya kepada
takut saja, maka ia akan terjerumus pada keputusasaan. Yang patut adalah, ada
waktu untuk berharap dan ada waktu untuk takut; keduanya mempunyai tempatnya
sendiri.”
Bakr bin Salim
as-Sawwaf menuturkan : “Kami pergi mengunjungi Malik bin Anas pada petang hari
menjelang kematiannya, kami bertanya : “Wahai Abu Abdullah, bagaimana
keadaanmu? Ia menjawab : “Aku tidak tahu apa yang harus ku katakan kepadamu
selain ini : “Kamu akan melihat dengan mata kepalamu sendiri ampunan dari Allah
swt. dalam ukuran yang melampaui khayalanmu.” Kami menungguinya sesudah itu
sampai kami menutupkan matanya setelah ia meninggal dunia.”
Yahya bin Muadz
menegaskan : “Harapan yang kutaruh kepada-Mu karena berbuat dosa nyaris lebih
mengalahkan daripada harapanku kepada-Mu disertai amal. Ini disebebkan,
manakala aku melakukan amal baik, aku mendapat diriku mengandalkan pada
ketulusanku dalam melakukannya. Tapi bagaimana aku bisa menjaga amalku dari
kekurangan, sedangkan aku adalah makhluk yang bersifat penuh kekuarangan?”
Sebaliknya, manakala aku melakukan dosa, aku mendapati diriku mengandalkan ampunan-Mu.
Bagaimana Engkau tidak akan mengampuni dosa-dosaku, sedangkan Engkau adalah
Dzat Yanga Maha Pemurah?”
Beberapa orang
sedang berbicara kepada Dzun Nuun al-Mishry saat menjelang ajalnya. Dzun Nuun
mengajarkan kepada mereka : “Janganlah kalian memperdulikan aku, sebab aku
telah terpesona oleh kelembutan Allah swt. kepada diriku.”
Yahya bin Mu’adz
berkata : “Wahai Tuhanku, anugerahkanlah untukku yang termanis dalam hati
berupa harapan kepada-Mu. Kata-kata paling sedap yang keluar dari lidahku
berupa pujian kepada-Mu. Saat yang kuangap paling berharga adalah saat aku akan
berjumpa dengan-Mu.”
Ditemukan dalam
salah sati kitab tafsir bahwa Rasulullah saw. datag menemui para sahabat
melalui pintu bani Syaibah. Beliau mendapati mereka sedang tertawa-tawa. Beliau
lalu bersabda : “Apkah kalian tertawa-tawa?” Seandainya kalian mengetahui apa
yang kuketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” Beliau
lalu meninggalkan mereka, kemudian kembali lagi, seraya menyampaikan wahyu.
Sabdanya : “Jibril turun membawa firman Allah swt. Beritahukanlah kepada
hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (Qs.
Al-Hijr :49).
Diriwayatkan oleh
Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda : “Allah swt. tertawa ketika
hambahamba-Nya ditimpa keputus-asaan, sedangkan rahmatnya dekat dengan mereka.”
Aisyah bertanya : “Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, apakah Tuhan kita
swt. benar-benar tertawa? Beliau menjawab : “Demi Dia yang jiwaku berada di
tangan-Nya, Dia benar-benar tertawa.” Aisyah mengatakan : “Apakah Dia tidak
akan menjauhkan kita dari kebaikan jika Dia tertawa.?”
Ketahuilah, bahwa
tertawa adaah sifat yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan-Nya. Ia adalah
ungkapan kemurahn-Nya. Hal ini adalah sebagaimana perkataan : “Bumi
menertawakan tanaman,” (yang berarti bumi mengeluarkannya). Tertawanya Allah
pada keputus asaan manusia adalah tanda anugerah-Nya, sebagai tanda kelemahan
penantian para makhluk kepada-Nya.
Dikatakan, ada
seorang Majusi yang meminta kepada Ibrahim as. Agar diizinkan menginap di
rumahnya. Ibrahim berkata kepadanya : “Kalau kamu masuk Islam, aku mau
menjadikanmu sebagai tamuku.” Orang Majusi menjawab : “Jika aku memeluk Islam,
bagaimana mungkin engkau akan berbuat kebajikan kepadaku?” Kemudian sang Majusi
itu berlalu, lantas Allah swt. berfirman kepada Ibrahim : “Wahai Ibrahim,
engkau tidak mau memberinya makan kecuali jika ia mau mengubah agamanya?
Padahal Aku memberi makanan kepadanya selama tujuhpuluh tahun, sedang ia dalam
kekafirannya. Jika engkau menerimanya satu malam saja, bagaimana dengan
dirimu?” Mendengar itu Ibrahim lalu mengejar si orang Majusi itu dan
mengundangnya menjadi tamunya. Ketika si orang Majusi itu bertanya kepada Nabi
Ibrahim as. Mengapa berubah pikiran, beliau pun mengatakan kepada si Majusi apa
yang didengarnya dari Allah swt. Si orang Majusi itu bertanya : “Beginikah cara
Dia memperlakukan aku? Berikanlah Islam kepadaku!.” Lalu ia masuk Islam.
Saya mendengar Abu
Bakr bin Aykib berkata : “Suatu malam aku bermimpi bertemu Abu Sahl
as-Sha’luky, dengan keadaannya yang indah sekali. Aku bertanya : “Bagaimana
Anda mendapatkan semuai ini?” Ia menjawab : “Dengan husnudzan-ku kepada Allah
swt.”
Malik bin Dinar
meriwayatkan sial mimpinya, bertemu dengan ash-Sha’luky : “Apa yang telah Allah
beikan kepada Anda hingga seperti ini?” Ia menjawab : “Aku datag kepada Tuhanku
swt. dengan dosa yang sangat banyak, namun Allah swt. menghapusnya lewat
sangkaan baikku kepada-Nya.”
Diriwaytakan oleh
Abu Huraitah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda :
“Allah swt.
berfirman : “Aku adalah sebagaimana yang disangka oleh hamba-Ku, dan Aku
ada bersamanya manakala ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam hatinya,
maka Aku akan mengingatnya dalam Diri-Ku, Jika ia mengingat-Ku di tengah
kumpulan orang banyak, maka Aku akan mengingatnya di tengah kumpulan yang lebih
baik dari itu. Jika ia datang kepada-Ku sejarak satu jengkal, Aku akan
mendatanginya sejarak satu hasta. Jika ia melangkah kepada-Ku satu hasta, Aku
akan melangkah kepadanaya dua hasta. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan,
Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” (H.r. Bukhari).
Diceritakan bahwa
pada suatu ketika Ibnul Mubarak sedang bertempur melawan salah seorang tentara
kafir (non Arab). Ketika tiba waktunya bagi si orang kafir itu untuk sembahyang,
ia meminta waktu kepada Ibnul Mubarak. Ibnul Mubarak pun membiarkannya
mengerjakan ibadatnya. Ketika tentara kafir itu sedang bersujud ke matahari,
Ibnu Mubarak merasakan keinginan untuk menikamnya dengan pedangnya. Namun
tiba-tiba Ibnul Mubarak mendengar sebuah suara di angkasa yang berseru : “Dan
penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti akan diminta pertanggung
jawabannya.” (Qs. Al-Isra’ :34). Maka Ibnul Mubarak pun menyarungkan kembali
pedangnya. Ketika si penyembah berhala selesai bersembahyang, ia bertanya
kepada Ibnul Mubarak : “Mengapa Anda mengurungkan niat Anda?” Ibnul Mubarak
mengatakan kepadanya tentang suara yang didengarnya. Si penyembah berhala
berseru : “Betapa sempurnanya Tuhan Yang memarahi wali-Nya demi membela
musuh-Nya!.” Lalu ia pun masuk Islam dan menjadi seorang Muslim yang sangat
baik.”
Dikatakan : “Allah
menjadikan manusia melakukan dosa ketika Dia menamakan Diri-Nya “Yang Maha
Pengampun”.
Dikatakan :
“Seandainya Allah berfirman : “Aku tidak akan mengampuni dosa; niscaya tidak
seorang Muslim pun yang akan pernah berbuat dosa. Sebab ketika Dia berfirman :
“Allah tidak akan mengampuni (manusia yang ) menyekutukannya.” (Qs. An-Nisa :
48). Kaum Muslimin lalu ingin sekali mendapatkan ampunan-Nya.”
Ibrahim bin Adham
– semoga Allah merahmatinya – berkata : “Pada suatu ketika aku menunggu waktu
luag dan tenangnya orang di sekitar Ka’bah. Saat itu adalah malam yang gelap
gulita dan hujan turun dengan derasnya. Akhirnya tempat itu pun sepi, aku lalu
mulai melakukan thawaf, sambil bedoa : “Ya Allah, lindungilah aku dari dosa,
lindungilah aku dari dosa!”. Lalu aku mendengar suara yang mengatakan : “Wahai
Ibnu Adham, engkau meminta kepada-Ku untuk melindungimu dari dosa, sebagaimana
doa orang –orang yang lain. Tapi jika Aku jadikan kamu semua tanpa dosa, lantas
kepada siapa aku harus bersikap Maha Pengasih?”
Ketika Abul Abbas
bin Suraij menderita sakit – yang akhirnya membawanya pada kematian – bermimpi
bahwa hari Kebangkitan telah tiba. Allah Yang Maha Kuasa bertanyi mana para
ulama itu?” Semua ulama, termasuk diriku, maju ke depan. Allah swt. bertanya :
“Apakah yang telah kalian lakukan dengan ilmu yang telah kalian amalkan?” Kami
semua menjawab : “Wahai Tuhan, kami telah ebrbuat llai dan kami telah berbuat
jahat.” Maka Allah swt. pun mengulangi lagi pertanyaan-Nya seolah-olah Dia
tidak menyukai jawaban yang telah kami berikan dan menghendaki jawaban yang
lain. Maka aku pun maju dan menjawab : “Mengenai diriku, maka catatan dalam
halaman lembaranku tidaklah mengandudng dosa menyekutukan sesuatu dengan-Mu dan
Engkau telah berjanji bahwa Engkau akan mengampuni semua Dosa selain itu.” Lalu
Allah swt. berfirman : “Pergilah kamu semua. Aku telah mengampunimu!” Abul
Abbas pun meninggal dunia tiga malam setelah mimpinya ini.
Pada suatu ketika
ada seorang pemabuk yang mengumpulkan sekelompok para pemabuk temannya. Ia
memberikan uang empat dirham kepada salah seorang budaknya dan menyuruhnya
pergi membeli buah-buahan. Si budak pergi, dan ditengah jalan ia melewati
majelis Manshur bin ‘Ammar, saat dimana yang disebut belakangan ii sedang
meminta kepada orang banyak untuk memberikan sedekah kepada beberapa orang
pengemis, dengan mengaakan : “Barangsiapa memberikan empat dirham, aku akan
memanjatkan empat doa untuknya.”
Si Budak
memberikan uang empat dirham yang dibawanya kepada Mansur, dan kemudian ia pun
ditanya : “Doa apa yang engkau inginkan dariku.”
Si Budak menjawab
: “Aku ingin bebas dari tuanku.” Manshur menodakan hal itu, lalu bertanya lagi
: “Apa lagi?”
Si budak menjawab
: “Aku ingin agar Allah memberiku ganti uang empat dirham itu.” Manshur
mendoakan hal itu, dan bertanya kembali : “Apa lagi?”
Si Budak menjawab
: “Aku ingin agar Allah mengampuni dosaku, dosa tuanku, dosamu dan dosa semua
orang yang ada di rumah tuanku itu.” Manshur mendoakan hal itu. Si budak lalu
pulang ke rumah tuannya.
Ketika tuannya
bertanya kepadanya mengapa ia pulang terlambat, si budak menceritakan apa yang
telah dilakukannya. Tuannya bertanya : “Dan doa apa saja yang kamu mintakan?”
Si budak menjawab
: “Saya minta didoakan supaya bebas dari perbudakan.” Tuannya berrkata : “Kamu
telah kubebaskan. Dan apa permintaanmu yang kedua?”
Si budak menjawab
: “Agar Allah memberi saya ganti uang empat dirham itu.” Tuannay berkata :
“Ini, kuberi engkau uang empatribu dirham. Lalu, apa permintaanmu
yang keteiga?”
Si budak menjawab
: “Agar Allah menyadarkan tuan untuk segera bertobat.” Tuannya mengatakan :
“Aku bertobat kepada Allah swt. Apa permintaanmu yang ketiga ?”
Si budak
mengatakan : “Agar Allah mengampuni Anda, saya, orang-orang yang ada di rumah
ini, dan juga Manshur.” Si tuan berkata. “Ini adalah permintaan yang berada di
luar kemampuanku untuk memenuhinya.”
Malam itu, ketika
si tuan tidur, ia bermimpi mendengar sebuah suara yang mengatakan : “Engkau
telah melakukan apa yang berada dalam batas kemampuanmu. Apakah engkau mengira
bahwa Aku tidak akan melakukan apa yang berada dalam kemampuan-Ku? Kuampuni
dosamu, dosa budakmu itu, dosa Manshur bin ‘Ammar dan dosa semua orang yang
berkumpul di rumahmu.”
Dikatakan bahwa
Rabah al-Qaysi mengerjakan Haji beberapa kali. Suatu ketika ia berdiri (dekat
Ka’bah) di bawah talang air dan berdoa : “Wahai Tuhanku, aku menghadiahkan
sejumlah sekian dan sekian dari ibadat Hajiku kepada Rasulullah saw. sepuluh
ibadat Haji bagi sepuluh orang sahabt beliau, dua iabdat haji untuk kedua oarng
tuaku, dan sisanya untuk semua kaum Muslimin.” Dihadiahkannya semua ibadat
hajinya tanpa menyisakan satu pun bagi dirinya sendiri. Kemudian ia mendengar
suara bisikan yang mengatakan : “Inilah orang yang menunjukkan kemurahan
hatinya kepada Kami! Aku ampuni dosamu, dosa kedua orang tuamu, dan dosa semua
orang yang memeluk Islam.”
Muhammad bin Abdul
Wahhab ats-Tsaqafy menuturkan : “Pada suatu hari aku melihat iringan keranda
yang dipikul oleh tiga orang laki-laki dan seorang wanita. Aku maju dan
menggantikan si wanita. Kami terus berjalan menuju ke kuburan. Kami
melaksanakan shalat untuk simayit, lalu menguburkannya. Setelah itu aku
bertanya kepada si wanita : “Apa hubungan Anda dengan orang yang meninggal
ini?” Ia menjawab : “Ia anakku.” Aku bertanya : “Apakah Anda tidak punya
tetangga?” Ia menjawab : “Ya, tetapi mereka semua memandang hina anakku yang
meninggal itu.” Aku bertanya : “Mengapa?” Ia menjawab : “Karena ia seorang
banci>” Aku merasa kasihan kepada wanita itu. Kuajak ia ke rumahku dan
kuberi sedikit uang, gandum dan pakaian. Dalam tidurku malam itu, aku bermimpi
melihat seseorang datang kepadaku. Wajahnya berseri bagaikan bulan purnama. Ia
berpakaian putih dan mengucapkan terima kasih kepadaku. Ketika aku bertanya
siapa dirinya, ia menjelaskan : “Aku adalah si orang banci yang anda kuburkan
tadi siang. Tuhanku telah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku disebabkan hinaan
orang-orang kepadaku.”
Saya mendengar
Syeikh Abi Ali ad.-Daqqaq berkata : “Abu Amr al-Bikandy sedang melewati sebuah
jalan pada suatu hari, bersamaan itu pula menjumpai sekelompok orang
beramai-ramai menyerukan pengusiran terhadap seorang pemuda dari lingkungan
mereka karena perbuatan-perbuatannya yang tidak bermoral. Sementara tampak
seorang wanita di tempat itu sedang menangis, konon adalah ibu sang pemuda. Abu
Amr merasa kasihan kepadanya, lalu meminta kepada orang banyak itu agar
mengampuni si pemuda. “Bebakanlah pemuda ini demi aku. Jika ia mengulang
perbuatannya sekali lagi, maka lakukanlah apa yang kalian kehendaki
terhadapnya!.” Mereka lalu melepaskan pemuda itu, dan Amr pun pergi.
Beberapa hari
kemudian, Au Amr al-Bikandy melalui jalan itu lagi dan mendengar suara tangis
wanita dari balik sebuah pintu. Abu Amr berkata dalam hati : “Barangkali si
pemuda mengulangi lagi perbuatan odsanya, dan mereka telah mengusirnya dari
lingkungan ini. Abu Amr lalu mengetuk pintu rumah si wanita dan bertanya apa
yang telah terjadi pada si pemuda. “Ia meninggal!” jawabnya. Ketika Abu Amr
bertanya kepadanya bagaimana keadaannya menjelang akhir hayatnya, si ibu
menjawab : “Menjelang sakaratul maut ia sempat mengatakan padaku. “Janganlah
ibu memberi tahukan kepada pra tetangga kita tentang kematianku. Sebab,
settelah mereka menderita karena aku, mereka akan senang atas kemalanganku dan
tidak mau menghadiri pemakamanku. Jika Ibu menguburkanku, inilah cincinku yang
tertulis Bismillah, pendamlah bersamaku. Jika selesai menguburkan diriku,
pintalah syafaat dari Tuhanku buat diriku!” Aku melakukan seperti yang diwasiatkannya.
Dan sepulang dari penguburannya, aku mendengar suaranya : “Pergilah Ibu! Aku
telah datang ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah.”
Dikatakan bahwa
Allah mewahyukan kepada Daud as. Katakanlah kepada manusia bahwa Aku
menciptakan mereka bukan dengan tujuan agar Aku memperoleh manfaat dari mereka,
tapi Kuciptakan mereka supaya mereka memperoleh keuntungan dari-Ku.”
Ibrahim al-Atrusy
berkata : “Kami sedang duduk-duduk di tepi Sungai Tigris berssama Ma’ruf
al-Karkhy ketika segerombolan pemuda melewati kami dengan sebuah perahu. Mereka
memukul-mukul rebana, minum anggur dan bermain-main dengan penuh hura-hura.
Kami bertanya kepda Ma’ruf, Tidakkah engkau lihat bagaimana mereka secara
terrang-terangan bermaksiat kepada Allah swt? Berdoalah kepada Allah agar Dia menghukum
mereka!” Ma’ruf lalu mengangkat tangannya dan berdoa : “Ya Allah, sebagaimana
Engkau telah menjadikan mereka bersenang-senang di dunia ini, jadikanlah mereka
bersenang-senang di akhirat nanti!” Kami bertanya penasaran. Tapi kami
memintamu untuk berdoa memohonkan hukuman bagi mereka!” Ia menjawab : “Jika Dia
menjadidkan mereka bersenang-senang di akhirat, berarti Dia telah mengampuni
mereka.”
Abu Abdullah
al-Husain bin Sa’id mengabarkan : “Bahwa Yahya bin Aktsam al-Qadhi adalah
seorang sahabtku. Ia mencintaiku dan aku pun mencintainya. Setelah ia
meninggal, aku ingin bertemu dengannya dalam mimpi agar aku bisa bertanya
kepadanya apa yag telah diperbuat Allah swt. terhadap dirinya. Suatu malam aku
pun bermimpi bertemu dengannya, dan aku bertanya kepadanya. Ia menjawab :
“Allah telah mengampuni dosaku. Tetapi Dia memarahiku dengan kata-kata-Nya :
“Wahai Yahya! Kau telah berbuat kejahatan kepada-Ku di dunia. “ Aku menjawab :
Itu memang benar, wahai Tuhanku. Aku mengandalkan sebuah hadits yang
disampaikan kepadaku dengan riwayat Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw.
telah bersabda : “Engkau telah berfirman : “Aku malu menghukum seseorang
yang telah berambut putih di neraka.” Lalu Allah pun berfirman : “Aku
mengampunimu wahai Yahya, dan benar Nabi-Ku itu. Tetapi engkau telah berlaku
dosa kepada-Ku ketika di dunia.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :