بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN
TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”
12.
KHUSYU’ DAN TAWADHU’
Allag swt. berfiman :
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman, mereka yang khusyu dala shalatnya.” (Qs. Al-Mu’minun :-1-2).
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, bahwa
Rasulullah saw. bersabda :
“Tidak akan masuk surga, barangsiapa yang dalam
hatinya terdapat kesombongan walau sekecil biji sawi, dan tidak akan masuk
neraka barangsiapa yang dalam hatinya terdapat iman walaupun sekecil biji
sawi.” Seseorang bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana jika seseorang suka
berbapakain bagus?” Beliau menjawab : Allah swt. Maha Indah dan menyukai keindahan;
sombong adalah berpaling dari Al-Haq dan mencemooh manusia.” (H.r. Muslim).
Anas bin Malik mengabarkan : “Rasulullah saw. suka
mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, mengendari keledai dan memenuhi
undangan budak-budak.”
Dalam peperangan melawan bani Quraidhah dan bai
nadhir, Rasul mengendari seekor keledai yang diberi tali kendali dari ijuk
korma dan di atasnya diberi pelana ijuk pula.”
Khsyu’ adalah berkaitan kepada Allah swt. dan
tawadhu’ adalah menyerah kepada Allah dan menjauhi sikap kontra dalam menerima
hukum.”
Hudzaifah berkata : “Khusyu’ adalah hal yang
pertama-tama hilang dari agamamu.” Ketika salahs eorang Sufi ditanya tentang
khusyu’, ia menjawab : “Khusyu’ adalah tegaknya hati di hadapan Allah swt.”
Sahl bin Abdullah menegaskan : Setan tidak akan
mendekati orang yang hatinya khusyu’. Dikatakan : “Di antara tanda-tanda
kehusyu’an hati seorang hamba adalah manakala ia diprovokasi, disakiti hatinya
atau ditolak, maka ia, semua itu diterimanya.”
Salah seorang Sufi berkomentar : “Kekhusyu’an hati
adalah menahan mata dari melirik ke sana ke mari.
Muhammad bin Ali at-Tirmidzy menjelaskan : “Khusyu’
adalah begini : Jika api hawa nafsu dalam diri seseorang padam, asap dalam
dadanya reda dan cahaya kecemerlangan bersinar dalam hatinya, lalu hawa
nafsunya mati, dan hatinya hidup khusyu’lah semua angota badannya.”
Al- Hasan al-Bashry berkata : “Khusyu’ adalah rasa
takut yang terus menerus dalam hati.”
Ketika al-Juany ditanya tentang khusyu’, ia
menjawab : “Khusyu’ adalah jika hati menghinakan dirinya di hadapan Yang Maha
Tahu kegaiban.” Allah swt. berfirman :
“Hamba-hamba Ar-Rahman yaitu orang-orang yang
bejalan di muka bumi dengan sikap rendah hati.” (Qs. Al-Furqan :63).
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq mengatakan : Bahwa makna
ayat ini adalah hamba-hamba Allah itu berjalan di muka bumi dengan penuh
khusyu’ dan tawa dhu’.
Saya juga mendengar beliau mengatakan, bahwa mereka
adalah orang-orang yang tidak memperdengarkan bunyi sandal mereka ketika
berjalan.
Kaum Sufi sepakat bahwa tempat khusyu’ adalah di dalam
hati.
Ketika salah seorang Sufi melihat seorang laki-laki
yang memperlihatkan sikap rendah hati dalam perilaku lahiriahnya, dengan mata
yang memandang ke bawah dan bahu yang rendah, ia berkata kepadanya. “Wahai
sahabat, khusyu’ itu di sini.” Sambil menunjuk ke dadanya, “bukan di sini,
sambil menunjuk bagunya.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. melihat seorang
laki-laki sedang mengelus-elus jenggotnya dalam shalat, dan beliau lalu
bersabda :
“Jika hatinya khsyu, niscaya anggota badannya juga
akan khusyu’.” (Hr. Tirmidzi).
Dikatakan : “Khusyu’ dalam shalat berarti seseorang
tidak menyadari siapa yang sedang berdiri di sebelah kanan atau kirinya.”
Syeikh ad-Daqqaq berkata : “Khusyu’ mirip dengan
perkataan, bahwa hati nurani seseorang dikhidmatkan sambil musyahadah kepada
Allah swt.” Dikatakan “Khusyu’” adalah perasaan papa dan hina yang meresap ke
dalam hati manakala menyaksikan Allah swt.”
Dikatakan pula : “Khusyu’ adalah kegentaran hati di
kala hati dikuasai hakikat.”
Khusyu’ adalah mukadimah bagi luapan anugerah.
Dikatakan : “Khusyu’ adalah kegentaran hati secara
tiba-tiba ketika Kebenaran terungkapkan secara tba-tiba.
Fudhail bin ‘Iyadh menegasskan, bahwa dirinya tidak
senang melihat seseorang terlihat lebih khusyu’ daripada batinnya.
Abu Sulaiman ad-Darany berkata : Seandainya semua
manusia bersatu padu untuk menghinakan aku, niscaya mereka tidak akan mampu
mencapai kedalaman dimana aku menghinakan diriku sendiri.”
Dikatakan : “Orang yang tidak merendahkan dirinya,
orang lain tdak akan menghormatinya pula.”
Umar bin Abdul Aziz tidak mau bersujud kecuali
hanya di tanah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah
saw. telah bersabda : “Tidak akan masuk surga oang-orang yang di dalam hatinya
terdapat kesombongan walaupun sebesar biji sawi.” (H.r. Abu Dawud).”
Mujahid berkata : “Ketika Allah swt. menenggelamkan
kaum Nabi Nuh, gunung-gunung bersikap congkak dan meninggikan diri, tetapi
Bukit Judy merendahkan dirinya. Karena itu Allah swt. menjadikannya sebagai
tempat mendaratnya perahu Nabi Nuh as.” (Bukit Judy berada di sebelah timur
laut Jazirah Ibnu Umar, Ketingginya dari permukaan laut 4.000 meter.
Diriwayatkan bahwa perahu Nabi Nuh pernah melintasi bukit ini kertika terjadi
banjir bandang).
Umar bin Khaththab r.a. selalu berjalan
cepat-cepat, tentang ini dijelaskannya bahwa berjalan secara demikian akan
membawanya lebih cepat kepada kebutuhan dan menjaganya dari keangkuhan.
Pada suatu malam Umar bin Abdul Aziz, r.a. sedang
menulis, lalu datanglah seorang tamu. Meliaht lampu hampir padam, si tamu menawarkan
diri : “Biarlah saya yang membesarkan nyalanya.” Tapi Umar menjawab : “Jangan,
tidaklah ramah menjadidkan tamu sebagai pelayan.” Maka si tamu lalu berkata :
“Kalau begitu, biarlah saya panggilkan pelayan.” Umar menolak : “Jangan, ia
baru saja pergi tidur.” Lalu beliau sendiri pergi ke tempat penyimpanan minyak
dn mengisi lampu itu. Si tamu berseru : “Tuan lakukan pekerjaan ini sendiri,
wahai Amirul Muminin?” Umar berkata kepadanya : “Aku melangkah dari sini
sebagai Umar, dan kembali ke sini masih sebagai Umar pula.”
Abu Sa’id al-Khudry r.a. meriwayatkan bahwa Nabi
saw. selalu memberi makan unta-unta, menyapu lantai rumah, memperbaiki sandal,
menambal baju, memerah susu, makan bersama pelayan dan membantunya menggiling
gandum jika pelayan lelah. Beliau tiak pernah merasa malu membawwa
barang-barang beliau sendiri dari pasar untuk keluarganya. Beliau biasa
berjabat tangan dengan orang kaya maupun miskin, dan lebih dahulu memberi salam
jika bertemu. Nabi saw. tiak pernah mencela makanan apa yang dihidangkan kepada
beliau, sekalipun hanya berupa kurma kering. Beliau sangat sederhana dalam hal
makanan, lemah lembut dalam berperilaku, mulia dalam sikap, baik dalam
berteman, wajahnya bercahaya, tersenyum tapi tanpa terrtawa, sedih tapi tiak
cemberut, rendah hati tapi tidak lembek, murah hati tetapi tidak boros.
Rasulullah saw. juga berhati lembut dan kasih sayang kepada setiap Muslim.
Tidak pernah memperlihatkan tanda-tanda telah makan kenyang, dan juga tidak
pernah mengulurkan tangan dengan rakus.
Fudhail bin “Iyadh berkata : “Para Umala dari Yang
Maha Pengasih memiliki sikap khusyu’ dan tawadhu’, sedangkan para ulama
penguasa memiliki sikap takjub dan sombong.” Ia juga berkomentar : “Barangsiapa
menganggap dirinya masih berharga, berarti tidak memiliki sifat tawadhu’ sama
sekali.”
Ketika Fudhail ditanya tentang tawadhu’, ia
mengajarkan : “Pasrahlah kepada kebenaran; patuh dan terimalah ia dari siap pun
yang mengatakannya.” Ia juga mengatakan : “Allah swt. mewahyukan kepada
gunung-gunung : “Aku akan berbicara dengan soerang Nabi di salah satu puncak di
antaramu.” Maka, gunung-gunung itu lalu berlomba-lomba meninggikan diri dengan
sobongnya, sedangkan Gunung Thursina justru merendahkan dirinya dengan penuh
kerendahan hati. Maka Allah swt. lalu Berbicara kepada Musa as, di puncka
gunung ini, dikarenakan ketawadhu’annya.”
Ketika al-Junayd ditanya tentang tawadhu’, ia
menjawab : “Tawadhu’ adalah merendahkan sayap terhadap semua makhluk dan
bersikap lembut kepada mereka.”
Wahb berkata : “Teah tertulis dalam salah satu
kitab suci, “Sesungguhnya Aku mengambil sari zat dari tulang sulbi Adam, dan
Aku tidak menemukan hati yang lebih tawadhu’ daripada hati Musa as. Maka Ku
pilih ia dan Aku aku berbicara langsung dengannya.”
Ibnul Mubarak mengatakan : “Kesombongan terhadap orang
kaya dan rendah hati terhadap yang miskin adalah bagian dari sifat tawadhu’.
Au Yazid ditanya : “Bilakah seseorang
mencapai sifat tawadhu?”
Dijawabnya : “Jika ia tidak menisbatkan dirinya
pada suatu maqam dan haal, serta menganggap bahwa tidak seorang pun di antara
ummat manusia di dunia ini yang lebih buruk dari dirinya.”
Dikatakan : “Tawadhu’ adalah anugerah Allah yang
tidak pernah diiri dengki orang dan kesombongan adalah penderitaan yang tidak
membangkitkan belas kasihan. Kemudian terletak pada sikap tawadhu’ dan orang
yang mencari kemuliaan dalam kesombongan tidak akan pernah mendapatkannya.”
Ibrahim bin Syaiban menegaskan : “Kehormatan
terletak di dalam sikap tawadhu’, kemuliaan di dalam takwa, dan kemerdekaan di
dalam qnaah.”
Abu Sa’id A’raby mengatakan, telah sampai kepadanya
tentang Sufyan ats-Tsaury yang berkata : “Ada lima macam manusia termulia di
dunia ini : Ulama yang zuhud, seorang faqih yang Sufi, seorang kaya yag rendah
hati, seorang fakir yang bersyukur, dan seorang bangsawan yang mengikuti
sunnah.”
Yahya bin Muadz menegaskan : “Kerendahan hati
adalah sifat yang sangat baik bagi setiap orang, tapi ia paling baik bagi
seorang yang kaya. Kesombongan adalah sifat yang menjijikan bagi setiap orang
tetapi ia paling menjijikan jika terdapat pada orang yang miskin.”
Ibnu Atha’ bekomentar : “Tawadhu’ adalah menerima
kebenaran dari siapapun datangnya.”
Dikisahkan, ketika Zaid bin Tsabit sedang
mengendari kuda, Ibnu Abbas datang mendekatinya agar dapat memegang kendali
kudanya. Maka Zaid lalu mencegahnya : “Jangan, wahai anak paman Rasulullah!”
Ibnu Abbas berkata : “Itulah yang diperintahkan kepada kami terhadap para ulama
kami.” Maka, Zaid bin Tsabit meraih tangan Ibnu Abbas lalu menciuminya, sambil
berkata : “Ini adalah yang diperintahkan untuk kami lakukan terhadap keluarga
Rasulullah saw.”
Urwah bin az-Zubair menuturkan : “Ketika aku
melihat Umar bin Khaththab memikul segantang air di atas pundaknya, aku berkata
kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin, pekerjaan ini tidak patut bagi Anda,”
Beliau menjawab : “Ketika para delegasi datang kepadaku, mendengarkan dan
menaatiku, suatu perasan sombong merasuk ke dalam hatiku, dan kini aku ingin
menghancurkannya. “ Beliau terrus memikul air an membawanya ke rumah seorang
wnita Anshar dan mengisikannya ke dalam genthong milik wanita itu.”
Abu Nashr as-Sarraj at-Thausy mengabarkan : “Ketika
Abu Hurairah r.a. menjabat Amir di Madinah, ia pernah terlihat sedang memikul
seikat kayu di atas punggungnya, danberteriak-teriak.” Beri jalan untuk amir.”
Abdullah ar-Razy menjelaskan : “Tawadhu adalah
tidak membeda-bedakan dalam memberikan pelayanan.”
Abu Sulaiman ad-Darany berkata : “Barangsiapa yang
masih memberikan nilai kepada dirinya sendiri tidak akan merasakan manisnya
ibadat.”
Yahya bin Mu’adz mengatakan : “Keangkuhan terhadap
oang yang bersikap sombong terhadapmu dikaernakan kekayaannya, adalah sikap
tawashu’.
Seorang laki-laki datang kepada Ay-Syibly dan
bertanyalah kepadanya : “Sipakah engkau?” Ia menjawab : “Wahai tuanku, sebuah
titik di bawah (ba’).” Lalu laki-laki itu berkata :”Engkau adalah saksiku,
sepanjang engkau mengangap rendah kedudukan dirimu sendiri.”
Ibnu Abbas r.a. mengatakan : “Salah satu bagian
tawadhu’ adalah bahwa orang yang meminum sisa minuman yang ditinggalkan oleh
saudaranya.”
Bisyr mengajarkan : “Berilah salam kepada para
pecinta dunia dengan cara tidak memberi salam kepada mereka.”
Syu’aib bin Harba menuturkan : “Ketika aku sedang
melakukan thawaf di Ka’bah, seorang buruh laki-laki menyikutku, dan aku menoleh
kepdanya. Ternyata orang itu adalah Fudhail bin ‘Iyadh, yang berkata : “Wahai
Abu Shalih, jika engkau berpikiran bahwa di antara manusia yang melakukan
ibadat haji ini ada yang lebih hina daripada dirimu atau diriku, maka betapa
buruknya pikiranmu itu.”
Salah seorang Sufi mengatakan : “Aku melihat
seorang laki-laki ketika sedang melakukan thawaf di Ka’bah. Ia sedang
dikelilingi oleh orang-orang yang menjunjung dan memujinya. Karena ulah mereka
itu, hingga menghalangi orang lain dari melakukan thawaf. Sedang beberapa waktu
setelah itu, kau melihat ia meminta-minta kepada orang-orang yang lewat di
sebuah jembatan di Baghdad. Aku terkejut dan heran. IA lalu berkata kepadaku :
“Aku dulu membanggakan diri di tempat di mana manusia-manusia mestinya
merendahkan diri, maka Alalh swt. lalu menimpakan kehinaan kepadaku di tempat
di mana manusia berbangga diri>”
Ketika Umar bin Abdul Aziz mendengar bahwa salah sorang putranya telah membeli
sebuah permata yang sangat mahal seharga seribu dirham. Beliau lalu menulis
surat kepadanya : “Aku telah mendengar bahwa engkau telah membeli sebutir
permata seharga seribu dirham. Jika surat ini telah sampai kepadamu, juallah
cincin itu dan berilah makan seribu orang miskin. Selanjutlah buatlah sebuah
cincin seharga dua dirham, dengan batu dari besi Cina, dan tulislah padanya,
“Allah mengasihi orang yang mengetahui harga dirinya yang sebenarnya.”
Dikatakan bahwa seorang budak dijual kepada seorang
penguasa dengan seharga seribu dirham!” Si penguasa bertanya : “Apakah
sifat-sifat itu?” Si budak menjawab : “Sifat yang paling kecil diantaranya
adalah behwa seandainya tuan membeli saya dan kemudian menyayangi saya melebihi
semua budak tuan a g lain, saya tidak akan keliru memandang posisi saya yang
sesungguhnya; saya akan tetap sadar bahwa saya adalah budak tuanku.” Maka penguasa
itu jadi membelinya.
Dikatakan bahwa Jabir bin Hayawah berkomentar :
“Ketika Umar bin Abdul Aziz sedang berkhitbah, kutaksir-taksir pakaian yang
dikenakannya berharga sekitar duableas dirham saja, yang terdiri dari jubah
luar, surban, celana , sepasang sandal, dan selendang.”
Dikatakan bahwa ketika Abdullah bin Muhammad bin
Wasi” berjalan dengan lagak tak terpuji, ayahnya berkata kepadanya : “Tahukan
kamu dengan harga berapa aku dulu membeli ibumu? Cuma tiga ratus dirham. Dan
ayahmu ini, semoga Allah tidak memperbanyak jumlah manusia yang sepertinya di
kalangan Kaum Muslimin. Lanatas, dengan orang tua yang semacam ini, engkau
berjalan dengan lagak begitu?”
Hamdun al-Washshar berkata : “Tawadhu’ adalah
engkau tidak memandang dirimu dibutuhkan oleh siapa pun, baik di dunia ini
maupun di dalam hal Agama.”
Dikataka bahwa Abu Dzar dan Bilal – semoga Allah
meridhai mereka berdua – sedang bertengkar. Abu Dzar menghina Bilal karena
kulitnya yang hitam. Bilal mengadu kepada Rasulullah saw. yang lalu bersabda, “Wahai
Abu Dzar, sungguh!. masih ada sifat Jahiliyah dalam hatimu.” Mendengar itu, Abu
Dzar menjatuhkan dirinya ke tanah dan bersumpah tidak akan mengangkat kepalanya
sampai Bilal menginjakkan kakinya pada pipinya. Ia tidak bangun-bangun sampai
bilal melakukan hal itu.
Ktika al-Hasan bin Ali r.a. berjalan melewati
sekelompok anak-anak yang sedang makan roti, mereka mengajaknya pula makan.
Beliau pun turun dari atas kendaraan dan makan bersama mereka. Kemudian beliau
membawa mereka ke rumah beliau, mengajak mereka makan, memberi mereka pakaian,
dan berkata : “Aku berhutang budi kepada mereka, sebab mereka tidak memperoleh
lebih dari apa yang mereka tawarkan kepadaku, sedangkan aku memeperoleh
keuntungan labih dari mereka.”
Dikatakan : “Umar bin Khaththab r.a.
membagi-bagikan bahan pakaian yang berasal dari pampasan perang kepada para
sahabtnya. Beliau mengirmkan sepotong mantel buatan Yaman kepada Mu’adz. Oleh
Mu’adz mantel tersebut dijual dan kemudian digunakan untuk membeli enam orang
budak dan memerdekakannya. Hal ini sampai kepada telinga Umar. Pada pembagian
bahan pakaian berikutnya, kepada Mu’adz diberikannya bahan pakaian yang
harganya lebih murah. Ketika Mu’adz memprotesnya, Umar bertanya : “Mengapa
protes?” Engkau telah menjual bagianmu waktu pembagian yang lalu.” Mu’adz tetap
menuntut, “Apa urusannya dengan Anda? Berikan bagian saya, sebab saya telah
bersumpah akan mengenakannya pada kepala Anda!” Umar berkata : “Inilah kepalaku
di depanmu. Barang yang usang sepatutnya di pasang pada barang yang usang.
Pula.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :