بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN
TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”
10.
SEDIH
Allah swt. berfirman :
“Dan mereka akan mengatakan
(ketika berada di surga), “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan
kesedihan dari kita.” (Qs. Fathir :34).
Diriwayatkan dari Abu Sa’id
al-Khudry bahwa Rasulullah saw. bersabda
:
“Tidak sesuatu pun keburukan
menimpa seorang hamba yang beriman, apakah itu penderitaan, penyakit,
kesedihan, atau rasa sakit yang merisaukan, kecuali Allah swt. akan mengampuni
dosa-dosanya.” (H.r. Ahmad, Bukhari – Muslim).
Sedih (huzn) adalah keadaan yang
menyelamatkan hati tersesat di lembah kealpaan. Dan kesedihan adalah salah satu
sifat para ahli penempuh jalan ruhani (suluk).
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq r.a.
berkata : “Orang yag dipenuhi kesedihan mampu menempuh jalan Allah dalam waktu
satu bulan, sepanjang jarak yang tidak bisa ditempuh dalam waktu satu tahun
oleh orang yang tidak memiliki kesedihan.”
Dalam Hadits dikatakan :
“Sesungguhnya Allah mencintai setiap hati yang sedih.”
Dalam Kitab Taurat disebutkan : “Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan menempatkan suatu
PENYEDIH dalam hatinya, dan jika Dia membenci seorang hamba, maka
ditempatkan-Nya sebuah SERULING dalam hatinya.”
Dikatakan bahwa Rasulullah saw.
selalu berada dalam keadaan sedih dan merenung sepanjang masa.
Bisyr bin Haris mengatakan : “Sedih adalah raja, manakala bertahta dalam sebuah tempat, tidak akan
sudi menerima orang lain tinggal bersamanya.”
Dikatakan : “Jika tidak ada
kesedihan dalam hati, maka ia akan menjadi rusak, sebagaimana sebuah rumah akan
menjadi roboh manakala tidak ada orang yang tinggal di dalamnya.”
Abu Sa’id al-Qurasyi berkomentar
: “Air mata kesedihan membuat orang buta, tetapi air mata kerinduan meredupkan
pandangan, namun tidak membutakannya.” Allah swt. berfirman : “Dan kedua
matanya menjadi putih karena kesedihan dan ia adalah seorang yang menahan
amarahnya (terhadap anak-anaknya).” (Qs. Yunus :84).”
Ibnu Khafif menjelaskan : “Sedih adalah mencegah diri dari bangkit mencari kesenangan.”
Rabi’ah Adawiyah mendengar
seorang laki-laki meratap : “Aduhai kesedihan!” Rabi’ah menyela : “Katakanlah;
Aduhai kecilnya kesedihan kita! Jika engkau benar-benar bersedih, niscaya
engkau tidak akan bisa bernafas.”
Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan :
“Apabila ada seorang tertimpa kesedihan dan menangis di kalangan suatu kaum,
maka Allah swt. akan mengasihani mereka semua karena air matanya.”
Dawud ath-Tha’y ketika tertimpa
kesedihan, dan di malam hari ia akan berdoa : “Ilahi, kerinduanku terhadap-Mu
membuat diriku gelisah dan menghalangi antaraku dengan tidurku.” Dan Allah pun
menjawab : “Bagaimana mungkin bagi seorang yang penderitaanya diperbarui setiap
saat, akan mencari penghiburan dari kesedihan?”
Dikatakan : “Sedih menahan orang
dari makan, sedangkan takut, menahannya dari dosa.”
Salah seorang Sufi ditanya : “Dengan apa kesedihan manusia dinilai?” Ia menjawab : Dengan banyaknya
ratapan.”
As-Sary as-Saqathy berkata : “Aku
ingin seandainya kesedihan seluruh manusia di muka bumi ini ditumpahkan
kepadaku.” Banyak oang telah berbicara tentang kesedihan, dan mereka semua
mengatakan bahwa hanya kesedihan yang diilhami oleh kepedulian pada akhiratlah
yang patut dipuji, sedang kesedihan karena dunia ini, patut dicela. Tetapi Abu
Utsman al-Hiry menjelaskan : “Kesedihan dalam semua seginya adalah suatu
keutamaan dan peningkatan bagi seorang beriman, selama kesedihan itu bukan
karena dosa. Sekalipun kesedihan itu tidak menghasilkan satu derajat khusus, ia
akan membawakan pengampunan.”
Seorang Syeikh tertentu, apabila
murid-muridnya akan pergi melakukan perjalanan, ia akan berpesan : “Jika engkau
melihat seorang yang sedang bersedih, sampaikan salamku padanya.”
Syeikh Abu ali ad-Daqqaq berkata
: “Salah seorang Sufi bertanya kepada matahari selagi terbenam, “Apakah hari
inni engkau telah menyinari sorang yang tertimpa kesedihan?”
Orang tidak pernha melihat Hasan
al-Bashry tanpa mengira bahwa ia baru saja mengalami bencana.
Ketika Fudhail bin ‘Iyadh
meninggal dunia, Waki’ mengatakan, “Hari ini kesedihan telah lenyap dari muka
bumi.”
Salah seorang dari kaum Muslimin
geberasi salaf berkata : “Sebagian besar dari apa yang ditemukan oleh seorang
beriman dalam catatan amal perbuatan baiknya adalah penderitaan dan kesedihan.”
Fudhail bin ‘Iyadh berkomentar :
“Kaum salaf mengatakan : “Setiap sesuatu ada zakatnya, dan zakat hati adalah
kesedihan yang panjang.”
Ketika Abu Utsman al-Hiry ditanya
tentang kesedihan, ia menjawab : “Orang yang sedih adalah yang tidak punya waktu
untuk menyibukkan diri dengan pertanyaan tentang kesedihan. Maka berjuanglah
untuk mencari kesedihan, lalu bertanyalah.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :