بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah
Kitab
“AN-NASHA’IH”
NASIHAT-NASIHAT “SANG SUFI”
Karya:
IMAM
ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD
“AL-MUHASIBI”
--000--
NASIHAT KE - 14
Hati-hati terhadap
Perselisihan di Kalangan Umat
Sahabatku! Seluruh
bidang ilmu, ibadah, dan semua yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT
adalah baik. Hanya saja aku lebih menganjurkan kalian supaya mengenal semua
fardhu yang memberi penekanan pada hati beserta seluruh anggota tubuh, mengenal
tentang wara’ dalam berusaha,
tentang kondisi lahir dan batin, tentang amal yang dibarengi dengan niat yang
baik dan tentang keikhlasan karena Allah dalam berbuat. Janganlah mengabaikan
sedikitpun di antara beberapa hal tersebut. Sesungguhnya, telah sampai kepada
kami bahwa Allah SWT. Berfirman : “Tidak selamat
dari-Ku hamba-Ku kecuali dengan melaksanakan apa-apa yang telah Aku wajibkan
kepadanya.” Ingat, bersegeralah dalam menunaikan
segala yang fardhu. Tidak disukai oleh Allah SWT. Orang yang mengabaikannya;
sebaliknya, akan beruntunglah hamba-hamba yang melaksanakannya.
Aku mengingatkanmu dalam
memandang dan membahas tentang perbedaan umat. Bukankah telah sampai kepadamu
tentang tragedi yang menimpa mereka karena perselisihan dan perpecahan tersebut,
juga tentang peristiwi yang menimpa mereka karena mengikuti kemauan nafsu yang
menyesatkan dan karena melanggar larangan, sebagaimana yang pernah ditimbulkan
oleh kelompok Qadariyah, Murji’ah, Rafidhah, Jahmiyah dan Hururiyah, mereka
saling memerangi, saling memusuhi dan saling membenci. Bahkan mereka saling bersaksi
tentang kekafiran dan kesesatan sampai pada tindakan menghalalkan darah
kelompok yang tidak sejalan dengan mereka, padahal sebelumnya mereka bersaudara
dalam urusan Allah dan saling bersepakat. Tetapi ketika mereka diuji dengan
kemampuan untuk membahas dan memperdalam (ilmu pengetahuan dan agama), akhirnya
mereka terpecah menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan di antara
mereka berargumentasi dengan ayat-ayat Mutasyabihat dan dengan atsar (Jejak Rasul dan pendapat
sahabat) yang sejalan dengan keinginan mereka sehingga mereka tersesat dan
menyesatkan banyak orang.
Diceritakan bahwa suatu ketika
Rasulullah saw. Memegang jenggot Umar ra. Dan berkata :
Wahai Umar! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” ‘Umar pun jadi
penasaran dan bertanya : “ Demi bapak dan ibuku,
wahai Rasulullah, atas apa engkau ucapkan kalimat itu? Rasulullah saw.
Menjawab : “ Baru saja Jibril mendatangiku dan
berkata ‘Wahai Muhammad, Inna lillahi wa inna ilaihu raji’un, sesungguhnya
umatmu sesudahmu akan difitnah dengan hal yang sedikit bukan dengan hal yang
banyak. ‘Aku tanyakan : “Wahai Jibril fitnah kesesatan atau fitnah kekafiran?
Ia menjawab : “Dua-duanya akan terjadi.’ Aku katakan : Bagaimana mereka tersesat
dan bagaimana bisa menjadi kafir, sedangkan aku telah meninggalkan bagi mereka
kitab Allah.’ Jibril menyambung : ‘Dengan kitab Allah mereka tersesat, karena
masing-masing golongan akan menakwilkannya sesuai dengan keinginan mereka, maka
dengan begitulah mereka menjadi sesat.”
Ingat, sadarilah
pengawasan Allah, hindarilah mendalami dan menyelidiki tentang hal yang mereka
selisihkan, karena perkara ini bagaikan samudra yang dalam, yang di dalamnya
telah banyak orang-orang tenggelam. Dari bidang teologi, misalnya telah muncul
bberapa aliran sehingga membuat orang yang berakal dan berilmu pun menjadi
bingung. Maka bagaimana pula dengan orang seperti kita yang memiliki kekurangan
baik akal maupun ilmu pengetahuan? Kalau begitu, berpegan sajalah pada apa-apa yang
telah disepakati dan tidak diperdebatkan, terutama dalam Iman kepada Allah,
Iman kepada Malaikat, kepada Kitab, Pra Rasul dengan Hudu-Nya, dengan segla
yang fardhu, dengan syariat agama-Nya, dan dengan apa yang telah menjadi
kesepakatan para salaf, karena di sanalah terletak tuntunan dan kebenaran.
Telah sampai kepada
kita bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Tidak akan
bersepakat umatku dalam kesesatan.” Yaitu perkataannya
yang berisi kebenaran bahwa umatnya tidak bersepakat dalam kesesatan, merupakan
ucapan yang benar adanya tanpa tanpa diragukan, hanya saja setanlah yang
menimpakan bencana atas mereka dengan terjadinya perselisiha. Ingat, hindarilah
mendalami permasalahan yang mereka perselisihkan,
sesungguhnya untukmu dalam hal yang mereka sepakati di antara batasan-batasan
agama sudah merupakan kesibukan yang cukup menyita perhatian, terutama dalam
masalah yang belum diketahui ilmunya.
Wahb bin Munabbih
berkata : “Dulu di Masjdi al-Haram terdapat sekelompok orang
yang berkata tentang Al-Jabr dan al-qadar lalu aku katakan : “Aku telah membaca
tujuh puluh dua buku yang diturunkan dari langit, aku juga bergabung
dengan orang-orang yang luas ilmu pengetahuannya dan aku mengetahui banyak hal
yang belum diketahi oleh orang lain. Maka aku mendapati bahwa orang yang paling
banyak berbicara dalam masalah ini ternyata yang paling bodoh di antara mereka
tentangnya. Dan juga aku mendapati bahwa orang
paling banyak berdiam diri terhadapnya justru yang paling dalam ilmunya dalam
masalah ini. Aku mendapati bahwa orang yang memandang masalah ini seperti orang
yang memandang sinar matahari, semakin lama ia memandang kepadanya akan
semakin bertambah kebingungannya dalam masalah tersebut.”
Ali bin Abi Thalib
ra. Berkata : Hindarilah berbantah-bantahan dalam
masalah agama, karena pekerjaan itu hanya akan menyibukan hati serta akan
menyemaikan bibit-bibit kemunafikan di sana.” Seorang tokoh berwasiat kepada
saudara-saudaranya : Bismillahirrahmanirrahim! Ketahuilah
bahwa keinginan-keinginan hawa nafu semacam ini telah mewabah di kalangan
masyarakat. Dan jalan keluar dari masalah ini hendaklah kamu selalu berpegan
teguh pada apa yang mereka sepakati serta hendaklah kamu bersepakat ketika
mereka berselisih, karena orang yang baik dan orang yang jahat semuanya
bersepakat bahwa Allah adalah hak, Rasulullah saw. Adalah hak, Al Qur’an dan
para Rasul adalah hak, Kitab dan Malaikat adalah Hak, kebangkitan surga dan
neraka adalah hak, tidak terdapat perselisihan di antara mereka. Bahwa shalat
yang lima waktu beserta wudhunya, mandi dari janabah, puasa Bulan Ramadhan,
zakat, haji, berbakti kepada orang tua, menunaikan amanah, mencegah kejahatan,
serta menyadarkan orang lain, adalah wajib atas setiap Muslim, dan apa yang
dikatakan oleh Allah SWT adalah hak : Diharamakan atas kamu (mengawini) ibu-ibu
kamu, anak-anak kamu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan ... (Qs.
An-Nisa’ 23 sampai akhir ayat).
Bahwa menikahi mereka adalah haram. Juga khanrs (minuman keras),
mencuri, bezina, berlaku curang, menipu, khianat, bohong, dan sejenisnya adalah
haram. Bahwa dalam masalah ini tidak ada perbedaan antara kelompok yang baik
dan yang jahat, demikian pula antara Ahlussunnah dan Ahlu bid’ah, mereka semua
bersepakat, tiada perselisihan di antara mereka. Maka siapa yang bersikap
seperti ini dan mengamalkan apa yang ada padanya niscaya tidak akan membuatnya
binasa apa-apa yang belum ia ketahui di balik semua hal di atas, Insya Allahu
ta’ala.
Oleh karena itu,
peganglah ini dan jangan melampaui batas! Kemudian, jika ada yang bertanya
kepada kalian tentang hal ini, katakan saja bahwa kami beriman kepada Al Qur’an
beserta isinya, semuanya berasal dari Tuhan kami, lalu diamlah, jangan
diteruskan lagi jawabannya, apalagi bila sampai berbuat lebih jauh.
Tetapi jika engkau
beralasan bahwa kami melakukan itu karena kami suka untuk mengetahui yang benar
dari yang salah dalam masalah yang mereka perselisihkan, lalu engkaupun
menyelam lebih jauh, menyeelediki dan mendalami, niscaya tindakan seperti itu
tidak dijamin akan selamat dari fitnah kecuali bila dikehendaki oleh Allah SWT.
Maka terimalah nasihat ini, jangan engkau melampaui batas dan jangan terlalu
jauh melangkah dalam masalah tersebut. Karena
pada setiap fardhu dalam maslah ini terdapat syariat-syariat, batasan-batasan
dan sunnah-sunnah, maka pergunakanlah itu.
Pelajarilah ia supaya
dengan itu menjadi sempurna shalatmu, menjadi baik pula dengannya
usaha-usahamu, dan engkau pun tidak jatuh kepada riya’. Sibukanlah dirimu untuk
mempelajari kewajiban-kewajiban dalam agama mu, serta sibukanlah dirimu dalam
mempelajari batasan-batasan agama, dan itulah yang terbaik untukmu. Sebab,
apabila engkau telah mendalami ilmu, tentu engkau tidak bisa lepas dari
kesalahan orang yang tidak sepaham dengan ilmu yang ada padamu, sehingga engkau
melihat permasalahan demi permasalahan tanpa memperdulikan etika, padahal
kalian tidak pernah disuruh untuk hal itu.
Adapun jika kalian
sengaja melihat kepada perselisihan tersebut tanpa didasari ilmu yang mendalam,
tanpa bergaul dengan para ulama serta berdialog dengan mereka, tentu tidak ada
jaminan bagimu untuk tidak diuji dengan sesuatu yang segera menyusup ke hati
berupa fitnah. Dikatakan, tidak ada kesesatan kecuali dibalikya
ada perhiasan. Setelah itu, barangkali engkau akan
meninggalkan kebenaran lalu hatimu pun akan enggan untuk menerima kebenaran itu
sesudahnya.
Ketahuilah, ciri-ciri
orang yang memperhatikan sunnah itu yaitu waspada terhadap langkah yang terlalu
jauh ke dalam bid’ah, karena kesadarannya tentang kehalusan kalimat,
kerumitannya dan pendalamannya tentang hal ini. Maka tidak usah heran bahwa orang
yang paling takut terhadap perdebatan adalah orang yang paling banyak ilmunya,
paling tajam pemikirannya, dan paling banyak pemahamannya. Sebaliknya, orang
yang berani terjun dalam perdebatan adalah orang yang paling sedikit ilmunya,
paling lemah pemikirannya, dan paling rendah pemahamannya.
Oleh karena itu,
waspada dan waspadalah, sesungguhnya kalian telah diperingatkan. Telah
dikatakan kepada kami, hendaklah kalian berpegang pada agama orang-orang lemah,
agama orang-orang badwi dan agama anak-anak (Yakni dalam hal
tunduk dan membenarkan). Kemudian terimalah nasihat supaya jangan sampai engkau
termasuk orang-orang yang dikatakan dalam ayat berikut : “tetapi kamu
tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat. “ (QS. Al A’raf,79).
Ingat! Hati-hatilah
kepada Allah, Saudara-saudaraku, terimalah nasihat orang yang
prihatin terhadap nasibmu karena setan tidak pernah lalai dalam usahanya
menghalangimu dari jalan kebenaran. Ia selalu menjadikanmu suka untuk menggapai
kemenangan dalam perselesihan umat, dengan alasan demi mengenal kebenaran
berdasarkan praduganya serta demi memilih yang benar, seolah-olah ia sebagai
nasihat bagimu. Akan tetapi, sesungguhnya setan itu, melalui hawa nafsu dan
fitnah akan membawamu kepada bencana dan melalaikanmu dari mengingat hari
kebangkitan. Duhai, kesibukan hati yang bukan untuk
pendekatan bahkan sebaliknya untuk menjauhakn dari
Tuhan mu, Ingat, janganlah engkau menolak bencana dengan cara mengikuti hawa
nafsu, semoga Allah melindungi kita semua dari hal demikian. Aamiin.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.