بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Mbah Subkhi, Kiai Bambu Runcing
KH
Syaifuddin Zuhri mengisahkan: “Berbondong-bondong barisan-barisan Lasykar dan
TKR menuju ke Parakan, sebuah kota kawedanan di kaki dua gunung penganten
sundoro Sumbing..... Diantaranya yang paling terkenal adalah Hizbullah di bawah
pimpinan Zainul Arifin, Barisan Sabilillah di bawah pimpinan KH Masykur.
“Barisan
Pemberontak Rakyat Indonesia” di bawah pimpinan Bung Tomo, “Barisan
Banteng” di bawah pimpinan dr. Muwardi, Lasykar Rakyat dibawah pimpinan Ir.
Sakirman, “Laskar Pesindo” dibawah pimpinan Krissubbanu dan masih banyak lagi.
Sudah beberapa hari ini baik TKR maupun badan-badan kelasykaran
berbondong-bondong menuju ke Parakan……”.
KH
Saefudin Zuhri, mantan Menteri agama itu mengantar sendiri KH.A.Wahid
Hasyim,KH.Zainul Arifin dan beberapa petinggi negara untuk datang ke Parakan.
Mengapa ke Parakan?
Parakan
terkenal dengan kota bambu runcingnya yang ampuh. Bambu runcing adalah sebatang
bambu berkisar panjangnya kurang lebih dua meter yang dibuat runcing pada salah
satu ujung atau kedua ujungnya. Peralatan yang sederhana ini, ternyata pada
masa perang kemerdekaan telah menjadi senjata massal yang pakai rakyat dalam
melawan penjajah.
Bambu
Runcing pada masa Jepang juga sudah di gunakan. Menurut sumber sejarah
pada masa Jepang mengadakan pelatihan-pelatihan untuk para anak-anak, remaja
dan pemuda dalam Senendan, senjata yang di pakai untuk latihan antara lain
senjata bambu runcing.
Namun
sebelum bambu runcing digunakan, para santri dan pejuang terlebih dahulu
meminta berkah doa dari kiai di Parakan, terutama kiai Subkhi. Tidak
banyak cerita mengenai doa apa yang di bacakan oleh Kiai Subkhi. Namun bambu
runcing Parakan menjadi senjata utama sebelum para pejuang berhasil merampas
senjata milik tentara penjajah.
Dan
ketika sudah ribuan pejuang yang datang ke Parakan menemui Kiai Subkhi utuk
mencium jemari tangannya dan meminta do’a, Kiai Subkhi malah bertanya “mengapa tidak datang kepada
Kiai Dalhar,Kiai Hasbullah dan Kiai Siraj?”
Mbah
Subkhi, putra salah anggota pasukan Diponegoro yang kemudian berjuang dan
menetap di daerah Parakanadalah kiai yang sangat sederhana dan rendah hati.
KH.Saifudin Zuhri dalam bukunya berangkat dari Pesantren bercerita, “KH
Wahid Hasyim, KH Zainul Arifin dan KH Masykur pernah juga mengunjunginya. Dalam
pertemuan itu, KH Subeki menangis karena banyak yang meminta doanya. Ia merasa
tidak layak dengan maqam itu.
“Mendapati
pernyataan ini, tergetarlah hati panglima Hizbullah, KH Zainul Arifin, akan
keikhlasan sang kiai. Tapi, kiai Wahid Hasyim menguatkan hati Kiai Bamburuncing
itu, dan mangatakan bahwa apa yang dilakukannnya sudah benar.” http://www.nu.or.id/
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :