بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
MENGENAL ALLAH SERTA DALILNYA, MELALUI TAQLID BUTA
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَاللهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah
Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (QS. Muhammad 19)
عَلَيْـهِ أَنْ يَعْـرِفَ ماَ قَدْ وَجَباَ فَكُلُّ مَنْ كُلِّفَ شَرْعاً وَجَبَ
Mengetahui hal wajib (masuk akal) yang dimilki Menurut Islam, setiap Mukallaf diwajibkan.
وَمِثْـلُ ذَا لِرَسُـوْلِهِ فاَسْـتَمِعاً ِللهِ وَالجَائِــزَ وَالمُمْــتَنِعاَ
Demikian pula di para Rasul-Nya, simak-lah
oleh Allah, juga hak preogratif dan hal Mustahil
إِيْمَـانُهُ لَمْ يَخْـلُ مِنْ تَرْدِيْـدِ إِذْ كُلُّ مَنْ قَلَّدَ فىِ التَّـوْحِيْدِ
Keimanannya akan rawan dari keraguan Karena setiap orang bertaqlid dalam tauhid
وَبَعْضُــهُمْ حَقَّقَ فِيْهِ الكَشْفَا فَفِيْهِ بَعْضُ القَوْمِ يُحْكِى الخَلَفَا
Sebagian lain menyatakan keringanan Terkait hukum taqlid ini, ada Ulama berselisih
Setiap Mukallaf (baligh berakal) wajib mengetahui sifat wajib, sifat mustahil dan hak preogaratif di Allah dan para Rasul-Nya. Kewajiban mengetahui ini termasuk dengan dalil-dalilnya dan itu tidak boleh diwakilkan, karena rawan menimbulkan keraguan. Yakinkan bahwa kewajiban perdana ialah mengenal Allah dengan yakin.
وَحاَصِلُ الخِلاَفِ فىِ مَعْرِفَةِ التَّقْلِيْدِ أَقْواَلٌ سِتَّةٍ ؛ الأَوَّلُ عَدَمُ الإِكْتِفاَءِ بِالتَّقْلِيْدِ بِمَعْنَى عَدَمِ صِحَّةِ التَّقْلِيْدِ فَيَكُوْنُ المُقَلِّدُ كاَفِراً وَعَلَيْهِ السَّنُوْسِى فىِ الكُبْرَى . الثَّانِى الإِكْتِفاَءُ بِالتَّقْلِيْدِ مَعَ العِصْياَنِ مُطْلَقاً أَىْ سَواَءٌ كاَنَ فِيْهِ أَهْلِيَّةٌ لِلنَّظْرِ أَمْ لاَ . الثَّالِثُ الإِكْتِفاَءُ بِهِ مَعَ العِصْياَنِ إِنْ كاَنَ فِيْهِ أَهْلِيَّةٌ لِلنَّظْرِ وَإِلاَّ فَلاَعِصْياَنَ . الرَّابِعُ أَنَّ مَنْ قَلَّدَ القُرْآَنَ وَالسُّنَّةَ القَطْعِيَّةَ صَحَّ إِيْماَنُهُ ِلإتِّباَعِهِ القَطْعِىِّ وَمَنْ قَلَّدَ غَيْرَ ذَلِكَ لَمْ يَصِحْ إِيْماَنُهُ لِعَدَمِ أَمْنِ الخَطاَءِ عَلَى غَيْرِ المَعْصُوْمِ . الخَامِسُ الإِكْتِفاَءُ بِهِ مِنْ غَيْرِ عِصْياَنٍ مُطْلَقاً ِلأَنَّ النَّظْرَ شَرْطُ كَماَلٍ فَمَنْ كاَنَ فِيْهِ أَهْلِيَّةُ النَّظْرِ وَلَمْ يَنْظُرْ فَقَدْ تَرَكَ الأَوْلىَ . السَّادِسُ أَنَّ إِيْماَنَ المُقَلِّدِ صَحِيْحٌ وَيَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّظْرُ وَهُوَ مَحْمُوْلٌ عَلَى المَخْلُوْطِ بِالفَلْسَفَةِ .
Walhasil, perbedaan pandangan dalam masalah mengenal Allah dengan sifat-sifat dan dalil-dalilnya melalui taqlid buta, ada 6 pendapat
1. Mengenal Allah, sifat-sifat dan dalilnya TIDAK CUKUP melalui taqlid buta (kepada orang tahu), itu tidak sah dan pelaku taqlid buta hukumnya kafir, ini sependapat Imam As-Sanusiy dalam kitab Al-Kubra.
2. Mengenal Allah, sifat-sifat dan dalilnya CUKUP dengan taqlid buta (kepada orang tahu), tetapi mutlak ia berdosa, artinya baik ia memiliki akal cerdas yang mampu berpikir atau tidak.
3. Mengenal Allah, sifat-sifat dan dalilnya CUKUP dengan taqlid buta (kepada orang tahu), tetapi berdosa apabila ia memiliki akal cerdas yang mampu berpikir, dan tidak berdosa apabila tidak berakal cerdas, idiot.
4. Mengenal Allah, sifat-sifat dan dalilnya CUKUP dengan taqlid buta kepada Qur’an-Hadits nyata, maka ini imannya sah, karena mengikuti kenyataan benar. Namun sebaliknya, orang yang tidak taqlid pada Qur’an-Hadits maka imannya tidak sah. Karena rawan kekeliruan, bagi mereka yang imannya tidak terjaga.
5. Mengenal Allah, sifat-sifat dan dalilnya CUKUP dengan taqlid buta (kepada orang tahu), ini mutlak tanpa berdosa. Karena berpikir itu syarat kesempurnaan, maka orang yang berakal cerdsar dan mampu berpikir, lalu ia tidak memfungsikan kecerdasannya maka ia meninggalkan perbuatan yang lebih utama.
6. Mengenal Allah, sifat-sifat dan dalilnya CUKUP dengan cara beriman taqlid buta, itu benar dan sah, dan haram menggunakan kecerdasan untuk berpikir memahami dalil. pendapat ini terkontaminasi filsafat sesat.
وَالقَوْلُ الحَقِّ الَّذِى عَلَيْهِ المُعَوَّلُ مِنْ هَذِه الأَقْواَلِ القَوْلُ الثَّالِثُ
Diantara keenam pendapat, YANG BENAR IALAH PENDAPAT KETIGA.
وَمِنْ كَلاَمِ أَبِيْ يَزِيْدْ البُسْطاَمِيْ قُدِّسَ سِرُّهُ ؛ مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ فَشَيْخُهُ الشَّيْطاَنُ
Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy quddisa sirruhu menyatakan ; Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan.
ORANG YANG BERUNTUNG
Diantara kebaikan taqwa, ialah seorang bertaqwa akan dilindungi dari segala macam malapetaka, akan mendapat rezeki yang tidak di sangka-sangka, diberikan kemudahan di segala hal dan akan mendapatkan pahala yang besar, ini berdasarkan firman Allah .
قاَلَ اللهُ تَعاَلىَ ؛ وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا , وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ , وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا , وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا (الطلاق 2-5)
Berkat taqwa seseorang akan dijanjikan sorga, ini berdasarkan firman Allah ;
قاَلَ اللهُ تَعاَلىَ ؛ تِلْكَ الجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِناَ مَنْ كَانَ تَقِيّاً (مريم 63) وَقاَلَ تَعاَلىَ ؛ مَثَلُ الجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ المُتَّقُوْنَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ أُكُلُهاَ دَائِمٌ وَظِلُّهَا تِلْكَ عُقْبَى الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَعُقْبَى الكَافِرِيْنَ النَّارُ (الرعد 35) وَأُزْلِفَتِ الجَنَّةُ لِلْمُتَّقِيْنَ (الشعراء ٩٠) إِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ (القلم ٣٤) إِنَّ المُتَّقِيْنَ فيِ جَنّاَتٍ وَنَهَرٍ , فيِ مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيْكٍ مُقْتَدِرٍ (القمر 54-55)
Sorga ialah tempat yang didambakan dan disenangi, maksudnya ialah tempat yang penuh kebahagiaan, yang bersih dari hiruk-pikuk atau perbuatan buruk.
Berkat taqwa seseorang akan mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat, ini berdasarkan firman Allah ;
قاَلَ اللهُ تَعاَلىَ ؛ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيْرٌ (الحجرات 13)
Orang yang mulia dan berkedudukan menurut Allah Swt adalah orang yang beraqwa, bukan karena faktor keturunan, bukan karena harta kekayaan dan juga bukan karena yang lain, hanya karena taqwa saja.
Allah Swt dan Rasul-Nya sering sekali menjanjikan akan mendapat banyak kebaikan adalah karena taqwa, juga dapat banyak kesenangan, banyak martabat, banyak kebajikan, kepatutan, kebahagiaan, keuntungan dan kesuksesan. Semua itu akan sangat panjang untuk diuraikan dan sangat sulit untuk menghitungnya.
Sangatlah indah makna yang terkandung pada sya’ir berikut
سِيْقَ إِلَيْهِ المُتَّجِرُ الرَّابِحُ مَنْ يَتَّقِ اللهَ فَذاَكَ الذِى
Akan diiringi keberhasilan laksana pedagang mendapat laba berlimpah
Barang siapa bertaqwa kepada Allah maka dia adalah yang
مَعْرِفَةُ اللهِ فَذاَكَ الشَّقْىُ مَنْ عَرَّفَ اللهَ فَلَمْ تُغْنِهِ
Untuk mengenal Allah, maka nyata ia adalah orang yang celaka
Barangsiapa mengenal Allah lalu ia tidak merasa cukup
فىِ طاَعَةِ اللهِ وَماَذاَ أَلْقَى ماَضَرَّ ذاَ الطَّاعَةِ ماَناَلَهُ
Dalam taat kepada Allah tidak akan terkena sesuatu yang membahayakan
Apapun yang berbahaya tidak akan mengenai orang yang taat bertaqwa
وَالعِزُّ كُلَّ العِزِّ لِلْمُتَّقِى ماَيَصْنَعُ العَبْدُ بِعِزِّ الغِنَى
Kemuliaan di atas segala kemuliaan itu adalah pada orang bertaqwa
Tidak ada yang dapat diperbuat hamba sebab kehormatan kekayaan
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.