بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
SIAPAKAH ORANG-ORANG SHOLIH ITU?
Dalam kesholihan (kebaikan) terkandung ta’dil
(meluruskan). Dan jiwa yang baik (sholih) adalah jiwa yang lurus,yang adil.
Meluruskannya ialah bertindak secara istiqomah, sedangkan adilnya ialah dengan
dengan tidak adanya kecenderungan kearah yang bengkok.
As-Syauqiy berkata:
“kebaikan urusanmu adalah untuk akhlaq kembalinya,*
karena itu, tegakkan/luruskanlah jiwa dengan akhlaq, niscaya kau menjadi
lurus.”
Ia (syauqyi) menggambarka tabiat jiwa yang baik.
Tabiat-tabiat yang jelas member gambaran jalan yang benar bagi orang yang
berakal sehat. Dan bukanlah dinamakan orang baik, orang yang mengajak kepada
kebaikan dengan lisannya semata-mata.
Sedangkan hatinya menyembunyikan kedengkian dan batinnya bengkok.
Cerita-cerita mengenai orang-orang sholih, semua
mengandung laku istiqomah dalam perkataan dan perbuatan.
Ada sebagian cerita yang akan menjadikan kita bias
mengambil pelajaran darinya.
“ada seorang lelaki sholih melihat anak kecil menangis ,
ia bertanya tentang sebab nangisnya. Anak kecil itu menjawab, “aku takut siksa
neraka”.
Orang sholih itu bertanya’ “ bagaimana kau bisa takut
neraka, padahal kau masih kecil, belum mengenal dosa dan nafsumu belum
bersinggungan dengan ma’siyat?”
Anak kecil itu menjawab : “ aku melihat ibuku menyalakan
api,lalu belau menyodorkan kayu kecil sebagai pembakar. Kemudian belau menaruh
potongan-potongan kayu besar untuk membesarkan nyalanya. Akupun jadi tahu bahwa
potongan kecil itu menyalakan potongan yang besar. Sebab itulah aku , aku takut
neraka!!”
Tatkala orang sholih itu meminta sianak kecil itu agar
mau menimba ilmu padanya, si anak berkata, “ aku akan mengikuti bapak, asal
bapak memberiku makan jika aku lapar, memberiku minum jika aku haus, menyambuhkan
ku jika aku sakit danmemaafkan ku jika aku bersalah.”
Orang sholih itu menjawab: ‘ wah, aku tidak mampu berbuat
itu”.
Si anak menyahut, : “ kalau begitu, biarkan aku untuk
mengikuti orang yang mampu berbuat seperti yang aku sebutkan”.
Dalam kisah ini menerangkan naluri yang sehat dalam jiwa
yang lurus dan menerangkan kebaikan bisa dicapai dengan merenungkan ketakwaan,
bukan dengan pengajaran yang bersifat kebendaan (yang tampak).
Anak kecil itu benar-benar takut pada tuhannyadari
melihat nyala api, dan dengannya ia meminta pertolongan kepada AQlloh Ta’ala,
karena sifatNya yang Agung, yang tidak ada sesuatupun selainNYa yang
menyamaiNya.
Inilah dia iman yang benar.
Diantara tanda-tanda orang sholih ialah menghadirkan hati
untuk menyaksikan keindahan wujud dhohir, kepada bersihnya pakaianagar yang
dhohir (kelihatan) dengan batin. ; meninggalkan kebengisan; meninggalkan
kemarahan; sabar atas bertubi-tubinya malapetaka; suka menerima cobaan,
untukmemperoleh bagusnya balasan; suka memberikan harta demi mendapat ridho Alloh; mengeluh dan mengduh bukan karena sakit,
tetapi mengadu kepada alloh; tidak tertipu dengan kemewahan hidup; mensyukuri
nikmat; menutup ‘aurot; menjauhkan diri dari omong kosong; dan menahan
pembicaraan di dada, kecuali yang berbau dzikir.
Semua ini –menurut keyakinan kita—merupakan tanda
pendidikan rohani yang bersih yang mengantarkan kepada kebaikan dan
menyampaikan kepada kebahagiaan.
Tidak termasuk baiknya jiwa, menampak-nampakkan ibadah.
Acap kali seorang hamba beribadah kepada Alloh kelihatannya, padahal ia
sesat jalannya.menyakitkan orang lain
dengan lisan dan tangannya, menipu orang lain secara sembunyi-sembunyi maupun
terang-terangan. Sementara ia tutupi perbuatan itu dengan ruku’ dan sujud.
Sesungguhnyalah Alloh tidak butuh ibadahnya. Jadi tidak ada yang kembali kepadanya
dari ruku’dan sujud (ibadah) itu (tidak ada manfaatnya sama sekali), selain
gerakan anggota tubuhnya,sedang hatinya
kosong dan rapuh!.
Sesungguhnya ibadah adalah rahasia antara hamba dengan
tuhannya. Dan apaabila ia menampakkan ibadahnya itu, dimaksudkan hanya untuk
contoh yang baik.
Diceritakan:
serombongan orang dalam perjalanan melalui laut, tiba-tiba angin bertiup
sangat kencang, sehingga mendampar mereka kesebuah semenanjung. Disana ada
seorang penyembah berhala. Mereka mencela penyembahannya itu, ketika penyembah
berhala itu bertanya kepada mereka tentang sesembahan mereka, mereka menjawab:
“ yaitu Dzat yang ada dilngit,arasyNya, di atas bumi kekuasaanNya, di dalam
lautan jalanNya, serta pada hidup dan mati keputusanNya”.
Penyembah berhala itu bertanya: “bagaimana kamu tau hal
itu?”
Rombongan itu menjawab: “ Alloh mengutus seorang rosul
kepada kami yang telah menyampaikan risalahNya. Kemudian Ia telah
memanggilnya(utusan itu telah wafat)”.
Bertanya penyembah berhala itu: “ apa yang di tinggalkannya
pada kalian?”
Rombongan mukminin itu menjawab: “ Kitab Alloh ini”.
Mereka menyodorkan sebuah Mushaf kepada si penyembah
berhala.
Si penyembah berhala berkata: “Coba perdengarkan kepadaku
firmanNya.”
Maka salah seorang diantara mereka membacakan satu surat
dan mulailah si penyembah berhala mendengarkan dengan sepenuh hati, sehingga melelehlah air matanya.
Ia berkata : “ Inilah firman yang memasuki hatiku, maka
pasti firman ini datang dari langit”.
Lalu orang itu masuk islam dan mempelajari ajaran-ajaran
agama yang lurus yang telah dibukakan Alloh baginya. Tattkala datang malam, rombongan itu
menunaikan sholat ‘isya’ dan sesudah itu hendak berangkat tidur, maka
bertanyalah orang yang baru saja masuk islam kepada mereka: “Apakah Tuhan juga
tidur?” mereka menjawab: “ Tidak, wahai hamba Alloh, tetapi Ia Maha Hidup lagi terus menerus mengurus mahlukNya, tidak
pernah di hampiri kantuk dan tidak pula tidur”.
Orang itu berkata: “ kalian bukanlah hamba-hamba yang
baik! Apakah kalian enak-enak tidur, padahal tuhan kalian tidak tidur?”
Pada waktu rombongan tadi hendak pergi sambil memberikan
uang kepada orang tersebut, ia menolak seraya berkata: “ Tuhanku mencukupiku!
Aku benar-benar telah mengenalNya dan Dia tidak akan menelantarkan aku”.
Dalam kisah ini
terkandung pengarahan kejiwaan yang mendorong kepa kewajiban menyebarkan ilmu
dan mengamalkannya. Satu kaum telah mengajarkan kepada seorang bodoh, tapi
mereka lupa bahwa Sang penciptalah yang menanggung orang bodoh itu.
Maka adalah ia (orang bodoh tersebut) lebih baik dari
pada mereka, dengan kebaikan akidahnya, kebenaran niyatnya dan kesucian
batinnya.
Di
ceritakan: adalah Ibrohim bin Adham,(
penguasa khurasan) berada diantara bala tentaranya dalam sebuah pertempuran,.
Tiba-tiba ia mendengar suara panggilan yang memanggilnya:
“ Hai ibn Adham, tinggalkanlah apa yang kau berada didalamnya, yakni peperangan
dan kepayahanmu ini!”
Panggilan itu menggoncangkan hatinya, kemudian ia
meninggalkan istananya dan ia mengembara, ingin mengikuti suara yang di
dengarnya.
Jadilah ia selama tujuh hari terpisah dari pergaulan
manusia, untuk menuju jalan tuhannya. Sehingga setan merasa iri
kepadanya.sehingga setan menampakkan diri kepadanya dalam bentuk seorang tua
yang sholih dan mulailah setan itu menghasutnya untuk meninggalkan keaadaan itu
dan mau kembali lagi ke negerinya,sebab Alloh telah menjadikannya agar
bermanfaat bagi hamba-hambaNya.
Berkatalah Ibn Adham kepada setan itu: “Tinggalkanlah
aku! tinggalkanlah aku! Janganlah mendekati aku, sebab Sang pencipta selalu
menjagaku dan memberiku petunjuk mencapai tujuan.”
Dan tampaklah keagungan-keagungan Tuhannya kepada ibn
Adham, sehingga ia bisa bertemu dengan Nabi Khidhir a.s. dan bermaksud akan
menemaninya. Namun ia berkata: “ aku ingin menyendiri dengan Dzat yang Maha Esa
lagi Maha Tunggal, sebab bermunajat kepadaNya bisa melupakan ku dari segala
yang ada”.
Maka Nabi Khidhir pun meninggalkannya, padahal maksudnya
hanyalah sekedar bergurau!.
Diceritakan: Adalah seorang laki-laki telah meninggalkan
istrinya dalam keadaan hamil. Setelah sampai waktuwaktunya sang istri
melahirkan bayi laki-laki, yang di beri nama “Adham” dengan nama kakeknya.
Ketika anak itu semakin besar, ia bertanya tentang ayahnya, ibunya menjawab: “
Ayahmu pergi mencari tuhannya”.
Rupanya si anak ingin pergi mencari sampai bertemu dengan
ayahnya, tetapi sang ibu memintanya untuk memelihara sang ibu sampai ajalnya
tiba.
Sesudah kematian ibunya, mulailah si anak mencari , Dia
mendatangi masjid-masjid, hingga sampailah ia ke Makkah.
Pada saat itu,
ayahnya sedang melakukan thowaf, lalu nampah wajah seorang pemuda. Dan mulailah
ia mengamat-amati wajahnya. Ia minta kepada salah seorang muridnya untuk
bertanya kepada pemuda itu.
Kemudian tahulah sang ayah, bahwa pemuda tersebut berasal
dari Balah (negeri diluar arab) dan ia tak di kenal kecuali dengan nama ayahny.
Berurailah air matanya ketika terjadi Tanya jawab,
airmataorang tua, sampai-sampai ia (sang ayah) pingsan. Ketika sadar, ia peluk
anaknya (pemuda itu) seraya berkata: “ Benar-benar telah aku tinggalkan kau
demi mencari jalan Tuhan, hingga kini Ia mempertemukanmu denganku.”
Setelah tujuh hari, Alloh memilihnya, sedangkan sang ayah
selalu membisikinya dengan nama-nama yang paling di sukai. Sang ayah berkata: “
Sesungguhnya hubunganku denganmu membuatku sibuk, karena itu hendaklah kau cari
surge yang abadi, sehingga aku dapat berjumpa denganmu lagi dengan pertolongan
tuhanku.”
Kisah ini mengisyaratkan orang yang menuju kepada
Tuhannya tidak akan tersia-sia. Orang yang sholih tetap mulia sebagai orang
sholih, selama keadaan yang baik itu dijaganya dan bahwa bertemu dengan orang
yang masih hidup adalah dengan kuasa Alloh, betapapun lamanya perpisahan itu.
Tetapi “meminta sesuap makanan” bukanlah termasuk pekerti
orang-orang sholih, sebab hasil pekerjaan tangan adalah lebih utama dari pada
menadahkan tangan meminta-minta.( Nabiyyulloh Dawud juga makan dari hasil kerja
tangannya).
Barang kali orang-orng yang menceritakan ini kisah ini,
memaksudkannya sebagai zuhud (tidak mementingkan urusan dunia ) dan cukup
dengan sesuap untuk menahan nyawa. Namun menikmati hasil kerja sendiri tidaklah
menghalangi hubungan dengan Alloh ‘azza wajalla. Yang Maha Tahu apa yang ada di
dada dan akan membalas menurut kadar usaha.
Dan perlu di
ketahui, bahwa tangan di atas (memberi) itu lebih baik daripda tngan di bawah(
menerima).
Tidak mungkin bagi orang sholih , rela menerima tangan
yang member kepadanya. Selain pemberian Dzat Yang punya Nikmat, yang berhak
(hanya Dia saja) disyukuri.
“Tanwierul qulub”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.