بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Eratkan Persaudaraan Tingkatkan
Nilai Kebangsaan
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أخْرَجَ نَتَائِجَ أفْكاَرِنَا
لِإِبْرَازِ أَيَاتِهِ وَالَّذِيْ أفْضَلَنَا بِالْعِلْمِ وَاْلعَمَلِ عَلَى
سَائِرِ مَخْلُوْقَاتِهِ ، أَشْهَدُ أنْ لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ وَأشْهَدُ أنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ سَيِّدِنَا
وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ يُمْلَئُ بِجَمِيْعِ اْلفَضَائِلِ ، وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ وَعِتْرَتِهِ الطَّاهِرِيْنَ إلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ ،
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
خَبِيرٌ
Hadirin Jama’ah Jum’ah rohimakumullah...
Pada
kesempatan khotbah ini saya mengajak hadirin sekalian terutama pada diri saya
sendiri khususnya untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah swt. dan terus menerus
berusaha meningkatkan ketakwaan itu dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya
serta mensyukuri semua kenikmatan dan karunia yang diberikan kepada kita dengan
menggunakan dan menyalurkannya pada jalan yang diridhai oleh-Nya. Dengan
demikian semoga kita senantiasa mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan dunia
dan akhirat.
Hadirin Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah...
Kali ini
saya ingin mengajak saudara seiman setaqwa dan sebangsa senegara untuk mengingat
kembali sejarah berdirinya Negara tercinta Republik Indonesia. Sejatinya
Indonesia bukanlah bangsa baru yang tiba-tiba ada semenjak 17 Agustus 1945.
Bukan pula sebuah negara yang tiba-tiba ada begitu saja dengan nama Indonesia.
Akan tetapi, negara ini merupakan negara yang dibangun di atas sejarah panjang,
sejarah kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan juga Kerajaan Islam yang terbentang
dari Samudra pasai, Demak hingga Mataram Islam.
Dengan demikian sudah berabad-abad
Indonesia di bangun oleh nenek moyang kita. Sudah cukup panjang tinta sejarah
mengukir Indonesia. Sejarah itu pula yang akhirnya menuntun para kyai, pejuang
dan juga rakyat ini memilih Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Kedudukan
Pancasila bagi bangsa ini, khususnya umat Muslim Indonesia hanyalah sebagai
pedoman hidup berbangsa dan bernegara bukan pedoman hidup beragama. Sekali lagi
bukan pedoman beragama. Akan tetapi saudara-saudara, nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila merupakan cerminan dari nilai-nilai agama. Khusunya al-qur’an
yang menjadi pedoman umat Islam.
Oleh karena itu, para hadirin jama’ah
jum’ah yang dimuliakan Allah, wajar bila para kyai dan ulama ikut menyepakati
dan menyetujui sebuah semboyan yang mendasari Pancasila yaitu Bhinneka Tunggal
Ika yang secara lughawi berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Mengapa ini
disetujui oleh ulama dan kyai? bukankah ini sama artinya membuka peluang bagi
agama lain untuk berkembang di Indonesia? Bukankah sama dengan memberikan
senjata bagi musuh agama kita? Tidak begitu... Allah swt sendiri telah berfirman
dalam surat an-Nahl ayat 93 yang bunyinya:
ولو شاء الله لجعلكم أمة واحدة ولكن يضل من يشاء ويهدى من يشاء
ولتسئلن عما كنتم تعملون
Yang artinya:
Dan kalau Allah
menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (agama) saja, tetapi Allah
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang Telah kamu
kerjakan.
Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Syuyuthi
dalam tafsir Jalalain menjabarkan bahwa arti kata Ummatan Wahidatan adalah Ahla
dinin wahidin satu agama. Ini artinya bahwa perbedaan agama dan perbedaan
suku-bangsa merupakan sunnah Ilahi. Sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri,
karena merupakan kehendak-Nya.
Maka dengan demikian para hadirin
Jamaah Jum’ah seiman dan setaqwa, janganlah kita memandang bahwa perbedaan
adalah sebuah musibah, akan tetapi pandanglah perbedaan sebagai sebuah ni’mat.
Jika semua orang kaya, kepada siapa zakat kita berikan, jika semua orang pintar
kepada siapa kita mengajar, jika semua orang ber-uang kepada siapa kita
bersedekah? Dan jika semua orang beriman kepada siapa kita berdakwah? Mari kita
renungkan bersama. Bukankah dengan demikian sebenarnya Allah memberikan peluang
kepada kita untuk banyak berbuat, Beibadah, berdakwah, saling mengingatkan
karena yang demikian itu banyak sekali pahala menanti. Karena itu ayat di atas
diakhiri dengan sebuah pernyataan yang bernada mengingatkan;
ولتسئلن عما كنتم تعملون
Yang
artinya:
Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang Telah kamu
kerjakan.
Nanti Allah akan bertanya kepada kita semua, apa yang
telah kita perbuat dengan perbedaan itu. Apakah kita hanya diam, atau kita telah
berbuat banyak, atau malah kita menyumpahi perbedaan itu dan menistakannya.
Bukankah perbedaan itu disediakan oleh Allah swt sebagai ruang kita untuk
berdakwah... sudahkan kita menggunakannya sebaik mungkin? Sudahkan kita
memanfaatkannya untuk memperbanyak amal kita?
Para hadirin jama’ah jum’ah
yang di sayangi Allah...
Marilah kita renungkan bersama. Berbagai kejadian
yang terjadi baru-baru ini di Indonesia. Mulai dari munculnya Ahmadiyah,
munculnya nabi-nabi palsu, munculnya aliran-aliran sesat, hingga pengrusakan
terhadap gereja. Adalah fenomena perbedaan. Janganlah kita memandang semua itu
sebagai sebuah masalah, tapi mari kita memandang itu semua sebagai sebuah
peluang. Peluang kita untuk berdakwah. Tentunya berdakwah dengan cara-cara yang
luwes seperti yang diserukan Allah kepada kita semua dalam surat an-Nahl
125:
ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجدلهم بالتى هى أحسن
ان ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين
Yang
artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Allah
Tuhan-mu lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Mari kita
bersama-sama merangkul mereka dan mengajaknya untuk kembali pada Islam yang
sempurna, Islam yang Kaffah. Jangan kita lempari batu mereka, tapi mari kita
rangkul dan nasehati bahwa Islam itu begini tidak begitu. Kita ajak mereka
berdiskusi, kita sapa mereka, kita bujuk mereka untuk bersama-sama masuk ke
mushalla dan masjid yang penuh berkah ini.
Kepada umat nasrani, jangan kita
bakar gereja mereka tapi, marilah kita rangkul mereka kita ajak mereka menuju
masjid yang indah dan penuh berkah seperti masjid ini. Tentunya dengan cara yang
baik pula. Jangan sampai dakwah kita mengoyak Bhineka Tunggal Ika yang telah
disepakati bersama oleh para kyai, ulama dan umara’. Jangan sampai pula
perbedaan yang penuh hikmah itu berubah menjadi musibah bagi bangsa ini. Karena
itu sama artinya kita telah tidak amanah menjaga titipan nenek moyang kita yaitu
‘Indonesia’ dan secara otomatis menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh
Allah swt.
Para sidang jum’at rohimakumullah...
Inilah cita-cita
Bhinneka Tunggal Ika, dan juga semangat dasar dari persaudaraan. Pasalnya,
pengalaman pahit bangsa kita selama ini yang ditimpa berbagai konflik dan
kerusuhan, mengisyaratkan bahwa keragaman bangsa Indonesia, apabila tidak
disikapi secara jernih dan bijak, akan menjadi bom waktu yang bisa meledak
setiap saat.
Untuk itu, kaum
muslimin sebagai umat terbanyak di Indonesia, haruslah memberikan teladan dalam
mewujudkan persatuan, kesatuan dan kedamaian di tengah-tengah kemajemukan bangsa
ini. Rujukan asasi yang harus dipegangi adalah teladan Nabi Saw. sepanjang
hayatnya. Pengalaman Rasulullah saw. menunjukkan betapa bahayanya
pencampuradukan antara kepentingan politik dan isu-isu agama. Agama memang bukan
faktor pemicu berbagai peselisihan antarumat. Tetapi isu-isu agama sangat
sensitif dan mudah tersulut.
Karena itu sejarah pernah mencatat
pesan Nabi Muhammad saw kepada para sahabatnya bahwa jika suatu saat nanti umat
Islam berhasil mencapai Mesir dalam futuhat kelak, yang harus diperhatikan
adalah memperlakukan masyarakat Mesir dengan baik tanpa terkecuali. Sikap
simpatik ini disampaikan Nabi Muhammad ketika menerima hadiah persahabatan dari
Gubernur Mesir, Muqaiqis, yang notabene seorang non-muslim. Ramalan Nabi
terbukti, dan Khalifah Umar ibn al-Khattab berpesan kepada Amr ibn Ash yang
berhasil menguasai Mesir agar memperlakukan rakyat Mesir secara
manusiawi.
Para jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah...
Sekali lagi
marilah dalam kesempatan ini kita benar-benar memegangi ajaran dan dan sunnah
Rasulullah saw. Semoga Allah swt. senantiasa memberikan kepada kita petunjuk dan
hidayahnya dalam menjaga amanah bangsa dan memberikan kemampuan kepada kita
untuk mengelola perbedaan menjadi hikmah dan ni’mah. Amin.
بَارَكَ الله
لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ
مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ
وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ
اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :