بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN
TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”
48.
MENJAGA PERASAAN HATI SYEIKH
Allah swt. berfirman dalam kisah
Nabi Musa as. Bersma al-Khidhr as. :
“Musa berkata kepada Khidhr :
“Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepada ilmu yang benar di
antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu.” (Qs. Al-Kahfi :66).
Al-Junayd berkata : “Ketika Musa
ingin berguru kepada Khidr, beliau menjaga syarat-syarat etika. Pertama, mohon
izin dalam berguru, lantas al-Khidhr memberi syarat kepadanya agar tidak
menentangnya dalam segala hal, dan tidak mengajukan protes atas keputusannya.
Namun ketika Musa as. Mulai kontra terhadapnya, dibiarkanlah sikapnya yang
pertama dan kedua. Tetapi kontra untuk ketiga kalinya – dan yang ketiga
merupakan batas minim dari jumlah banyak dan awal dari batas banyak – maka
terjadilah perpisahan. Khidhr berkata :
“Inilah perpisahan antara aku dan
antara kamu.” (Qs. Al-Kahfi:78).
Rasulullah saw. bersabda : “Orang
muda yang tidak menghormati seorang guru (Syeikh) karena usianya, melainkan
Allah akan menakdirkan baginya, kelak orang akan menghormati dirinya saat
usianya sudah tua.” (H.r. Tirmidzi).
Saya mendengar Syeikh Abu Ali
ad-Daqqaq r.a. berkata : “Awal segala perpisahan adalah pertentangan. Yakni,
orang yang kontra dengan syeikhnya, berarti ia tidak menetapi tharikatnya.
Hubungan antara keduanya telah terputus, walaupun keduanya terkumpul dalam satu
bidang tanah. Barangsiapa berguru kepada salah satu syeikh, kemudian dalam
hatinya ada kinflik, maka janji pertalian guru dan murid telah rusak, dan ia
wajib berTaubat.”
Salah satu syeikh berkata :
“Menyakiti para guru, tidak ada lagi Taubatnya.”
Saya mendengar Abu Abdurrahman
as-Sulamy berkata : “Aku pergi ke Marw apda saat syeikhku, Abu Sahl
ash-Sah’luky masih hidup. Sebelum aku keluar dulu, pada hari-hari Jum;at pagi
selalua da majelis Khtamul Qur’an. Tetapi ketika aku kembali, majelis tersebut
telah tiada. Diganti dengan suatu forum diskusi yang dipimpin oleh Abul
Ghaffany. Kenyataan itu membuatku gelisah, dan aku berkata padaku : “Hai Abu
Abdurrahman, apa yang diperbincangkan banyak orang tentang diriku?” Aku berkata
padanya : “Mereka mengatakan; majleis Al-Qur’anul Karim telah dihilangkan dan
diganti majelis diskusi.” Lantas syeikh berkata : “Siapa saja yang berrkata
kepada gurunya : “Mengapa? Maka dia tak akan bahagia selamanya.”
Uccapan yang populer dari
al-Junayd antara lain : “Aku memasuki rumah Sary as-Saqathy pada suatu hari. Dia
memerintahkan sessuatu padaku, dan aku bergegas memenuhi kebutuhannya. Maka di
saat aku kembali kepdanya, ia memberikan secarik kerts, sembari berkata :
“Inilah kedudukan pemenuhanmu atas kebutuhanku yang begitu cepat.” Lalu kubaca
pada kertas itu, ternyata di sana tertulis :
Aku mendengar orang yang berjalan
di padang pasir menyanyi,
Aku menangis, dan tahukah engkau,
mengapa?
Aku menangis karena ketakutan
Bila engkau memisahkan diriku
Bila engkau memisahkan
ikatan-ikatan hatiku
Bila engkau menghindar dariku.”
Diriwayatkan dari Abul Hasan
al-Hamdzany al-Alawy yang berkata : “Suatu malam aku berada di tempat Ja’far
al-Khuldy. Padahal waktu itu aku diperintah untuk menggantungkan burung di atas
dapur. Hatiku sangat berkait dengan burung itu. Ja’far berkata padaku :
“Bangunlah malam ini.” Aku merasa ada yang mengganjal dan aku pun pulang.
Kukeluarkan burung dari dapur dan kuletakkan di sisiku. Tiba-tiba ada anjing
masuk dari arah pintu. Anjing itu langsung meraih burung, di saat orang-orang
yang hadir alpa. Ketika esok paginya aku datang ke Ja’far, sejenak pandang
matanya tertuju padaku, dan berkata : “Siapa yang tidak menjaga perasaan hati
para syeikh, ia akan dipaksa oleh anjing yang menyakitinya.”
Abdullah ar-Razy
mendengar Abu Utsman Sa’id al-Hiry sedang menjelaskan sifat Muhammad
ibnul Fadhl al-Balkhy, dan memuji-mujinya. Tiba-tiba Abdullah sangat rindu pada
al-Balkhy, kemudian pergi berziarah pdanya. Namun hatinya tidak berkenan pada
Muhammad ibnul Fadhl. Lalu ia kembali ke Abu Utsman, dan Abu Utsman bertanya :
“Bagaimana, Anda sudah menemuinya?” Abdullah menjawab : “Aku tak menemui
apa-apa sebagaimana kuduga.” Lantas Abu Utsman berkata : “Karena Anda
mengaanggapnya rendah. Dan tak seorang pun yang menganggap rendah seseorang
melainkan ia terhalang dari sari faedah. Kembalilah padanya dengan penuh
hormat.” Abdullah pun kembali kepadanya dan banyak mengambil manfaat dari
ziarahnya itu.
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq r.a.
berkata : “Ketika penduduk Balkh mengusir Muhammad ibnul Fadhl dari daerahnya,
dia mendo’akan meraka : “Ya Allah, cegahlah kejujuran dari mereka.” Maka setelah
itu tak seorang jujur pun yang muncul dari daerah Balkh.
Saya mendengar Ahmad bin Yahya
al-Abiwady – rahimahullah ta’ala – berkata : “Barangsiapa syeikhnya ridha, ia
tidak akan menyimpang pada saat hidupnya, dengan maksud agar rasa ta’dzimnya
kepda syeikh tersebut tidak hilang. Apabila syeikh telah meninggal dunia Allah
swt. akan menampakkan balasan ridhanya syeikh kepadanya. Namun, barangsiapa
membuat hatinya syeikh berubah, maka ia tak akan menyipang pada zaman syeikh
tersebut hidup, karena ia tak ingin membelenggunya. Mereka senantiasa memiliki
karakter untuk menghormati. Apabila syeikh tersebut meninggal dunia, maka pada
saat itulah muncul suatu penyimpangan sepeninggalnya.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.