بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN
TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”
18.
syukur
Allah
berfirman :
‘Jika
kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat pemberian-Ku) kepadamu.” (Qs.
Ibrahim : 7).
Diriwayatkan
oleh Yahya bin Ya’la dan Abu Khabab, dari Atha’ yang berkata : “Aku bersama
Ubaid bin Umair mengunjungi Aisyah r.a. dan berkata akepadanya : “Ceritakanlah
kepada kami sesuatu yang paling mengagumkan yang Anda lihat pada Rasulullah
saw.” Beliau menangis dan bertanya : “Adakah yang beliau lakukan, yag tidak
mengagumkan?” Suatu malam, beliau datag kepadaku, dan kami tidur di tempat
tidur hingga tubuh beliau bersentuhan dengan tubuhku. Setelah beberapa saat,
beliau berkata : “Wahai putri Abu Bakr, izinkanlah aku bangun untuk beribadat
kepada Tuhanku!” Aku menjawab : “Saya senang berdekatan dengan
Anda.” Tapi aku mengijinkannya. Kemudan beliau bangun, pergi ke tempat kantong
air dan berwudhu dengan mecucurkan banyak air, lalu shalat. Beliau mulai
menangis hingga air matanya membasahi dadanya, kemudian beliau ruku’ dan terus
menangis, lalu sujud dan terus menangis, lalu mengangkat kepala dan terus
menangis. Terus menerus beliau dalam keadaan demikian sampai Bilal datang dan
memanggil beliau untuk shalat subuh. Aku bertanya kepada beliau : “Apakah yang
menyebabkan Anda menangis wahai Rasulullah, sedangkan Allah telah mengampuni
dosa-dosa Anda, baik yang dahulu maupun yang akan datang?” Beliau menjawab :
“Tidakkah akumenjadi seorang hamba yang bersyukur? Bagaimana aku tidak akan
menangis sedangkan Allah telah menurunkan ayat ini kepadaku :
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa
yang diturunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi
sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran
angin dan awan yang dikenadlikan antara langit dan bumi, sungguh terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang mau menggunakan akal.! (Qs. Al-Baqarah :164).
Dengan
ayat ii, Allah swt. memiliki sifat syukur. Artinya, memberi pahala hamba yang
bersyukur, sebagai balasannya adalah diterimanya syukur itu sendiri.
Sebagaimana difimankan-Nya : “Balasan bagi tindak kejahatan adalah kejahatan
yang serrupa.” (Qs. Asy.Syura : 40).
Dikatakan
bahwa bersyukurnya Allah adalah pemberian balasan yang melimpah bagi amal yang
sedikit, seperti kata pepatah : “Seekor binatang, dikatakan bersyukur, jika ia
mencari makanan melebihi jerami yang diberikan kepadanya.” Kita mungkin
dapat mengatakan bahwa hakikat bersyukur adalah memuji Sang Pemberi kebaikan
dengan mengingat-ingat anugerah yang telah diberikan-Nya. Jadi bersyukurnya
seorang hamba kepada Allah swt. adalah pujian kepada-Nya dengan mengingat-ingat
anugerah-Nya kepadanya. Sebaliknya bersyukurnya Allah swt. kepada hamba-Nya
adalah dengan mengingat kebaikan hamba kepada-Nya. Kebaikan si hamba adalah
kepatuhan kepada Allah swt. sedangkan kebaikan Allah adalah memberikan
rakhmat-Nya kepada si hamba dengan menjadikan ia mampu menyatakan syukur
kepada-Nya. Syukur seorang hamba, pada hakikatnya mencakup syukur secara lisan
maupun penegasan dalam hati atas anugerah dan rahmat Allah swt.
Syukur
dibagi menjadi : Syukur dengan lisan, yang berupa pengakuan atas anugerah dalam
derajat kepasrahan, dan syukur denga tubuh, yang berarti mengambil sikap setia
dan mengabdi; syukur dengan hati, adalah tenteram dalam latar musyahadah dengan
erus menerus melaksanakan pemuliaan. Dikatakan bahwa kaum cendekiawan
bersyukur dengan lidah mereka, kaum pencinta bersyukur dengan perbuatan mereka,
dan kaum ‘arifin beryukur dengan istiqamah mereka terhadap-Nya di dalam semua
perilaku mereka.
Abu Bakr
al-Warraq berkata : Syukur atas nikmat adalah memberikan musyahadah terhadap
anugerah tersebut dan menjaga penghormatan.”
Hamdun
al-Qashshar menegaskan : “Bersyukur atas anugerah adalah bahwa engkau memandang
dirimu sebagai parasit dalam syukur.”
Al-Junayd
berkomentar : “Ada cacat dalam bersyukur, karena manusia yang bersyukur melihat
peningkatan bagi dirinya sendiri; jadi ia sadar di sisi Allah swt.
lebih dari bagian dirinya sendiri.”
Abu Utsan
berkata : “Syukur berarti mengenal kelemahan dari syukurnya itu sendiri.”
Dikatakan
: “Bersyukur atas kemampuan untuk bersyukur adalah lebih lengkap daripada
bersyukur saja. Dengan cara memandang bahwa rasa bersyukur Anda datang karena
Dia telah memberikan taufik-Nya, dna Taufiq-Nya itu termasuk nikmat yang
diperuntukkan bagi diri Anda. Jadi Anda bersyukur atas kesyukuran Anda, dan
kemudian Anda bersyukur terhadap kesyukuran atas kesyukuran Anda, sampai tak
terhingga.
Dikatakan
: “Bersyukur adalah menisbatkan anugerah kepada pemiliknya yang sejati dengan
sikap kepasrahan.”
Al-Junayd
mengatakan : Bersyukur adalah bahwa engkau tidak memandang dirimu layak
menerima nikmat.”
Ruwayn
menegaskan : “Bersyukur adalah engkau menghabiskan seluruh kemampuanmu.”
Dikatakan
: “Orang yag bersyukur adalah orang yang bersyukur atas apa yang ada, dan orang
yang sangat bersyukur adalah yang bersyukur atas apa yang tidak ada.”
Dikatakan
: “Orang yang bersyukur berterima kasih atas pemberian tapi orang yang sangat
bersyukur (Syakur) berterima kasih karena tidak diberi>” Dikatakan juga :
“Orang yang bersyukur berterima kasih atas pemberian, dan orang yang sangat
bersyukur berterima kasih atas lemelaratan.” Dikatakan : “Orang yang bersyukur
berterimakasih manakala anugerah diberikan, dan orang yang sangat bersyukur
berterima kasih manakala anugerah ditunda.”
Al-Junayd
menjelaskan: “Suatu waktu, ketika aku masih berumur tujuh tahun, aku sedang
bermain-main di hadapan as-Sary, dan sekelompok orang yang sedang berkumpul di
hadapannya, berbincang tentang syukur. Ia bertanya kepadaku : “Wahai anakku,
apakah ebrsyukur itu?” Aku menjawab : “Syukur adalah jika orang tak menggunakan
nikmat Allah untuk bermaksiat kepada-Nya.” Ia mengatakan : “Derajatmu di sisi
Allah akan segera engkau peroleh melalui lidahmu, nak!.” Al Junayd mengatakan :
“Aku senantiasa menangis mengingat kata-kata as-Sary itu.”
Asy-Syibli
menjelaskan : “Syukur adalah kesadaran akan Sang Pemberi Nikmat, bukan
memandang nikmat itu sendiri.”
Abu
Utsman berkata : “Kaum awam bersyukur karena diberi makanan atau pakaian,
sedangkan kaum khawash bersyukur atas makna-makna yang datang di hati mereka.”
Dikatakan
bahwa Daud as. Bertanya : “Ilahi, bagaimana aku dapat bersyukur kepada-Mu,
sedangkan kesyukuran itu sendiri adalah nikmat dari-Mu.” Allah mewahyukan
kepadanya : “Sekarang, engkau benar-benar telah bersyukur kepada-Ku.”
Dikatakan
bahwa Musa as. Mengatakan dalam doa munajatnya, : “Ya Allah, Engkau telah
menciptakan Adam dengan Tangan-Mu, dan Engkau telah begini dan begitu.
Bagaimana ia bersyukur kepada-Mu?” Allah menjawab : “Ia mengetahui bahwa semua
itu berasal dari-Ku, dan dengan begitu pengetahuannya tentang semua itu adalah
syukurnya kepada-Ku.”
Diriwayatkan
bahwa salah seorang Sufi mempunyai sahabat yang ditahan oleh Sultan. Sufi itu
diminta supaya datang, dan sahabtnya itu mengatakan kepadanya; “Bersyukurlah
kepada Allah swt!” Lalu sahabatnya itu didera, dan ia menulis surat kepada si
Sufi, “Bersyukurlah kepada Allah swt!” Kemudian seorang Majusi yang sedang
sakit perut didatangkan dan dibelenggu, salah satu borgol ranatainya dikenakan
pada kaki sahabt, dan borgol lainnya dikenakan pada kaki Majusi. Pada malam
hari, si Majusi sering bangun, yang berarti sahabt itu terpaksa ikut bangun
sampai si Majusi selesai melepaskan hajatnya. Ia lalu menulis surat kepada
sahabtnya. “Bersyukurlah kepada Allah swt!” Sahabatnya ( si Sufi) bertanya,
“Berapa lama engkau akan mengatakan kalimat ini “ Cobaan apa yang lebih berat
dari ini?” Sahabatnya menjawab : “Jika sabuk yang dikenakan orang kafir pada
pinggangnya dikenakan pada pinggangmu, sebagaimana belenggu kakinya juga
dikenakan pada kakimu, maka apa yang akan engkau perbuat?”
Dikatakan
: “Syukurnya kedua belah mata adalah bahwa engkau menyembunyikan cacat yang
engkau lihat pada sahabatmu, dan syukurnya kedua telinga adalah engkau
menyembunyikan cacat yang engkau dengar tentang dirinya.”
Dikatakan
juga : “Manakala as-Sary berkehendak untuk mengajarku, biasanya ia mengajukan
sebuah pertanyaan kepadaku. Suatu hari ia bertanya kepadaku : “Wahai Al Junayd,
apakah syukur itu?” Aku menjawab : “Syukur adalah jika tidak satu bagian pun
dari nikmat Allah swt. digunakan untuk bermaksiat kepada-Nya.” Ia bertanya lagi
: “Bagaimana engkau sampai pada (pengetahuan ini?” Aku menjawab : “Bersama
majelis-majelis Anda.”
Diceritakan
bahwa al-Hasan bin Ali pernah bergayut pada sebuah tiang dan bermunajat
: “Tuhanku, Engkau telah memberi nikmat aku, namun tidak Engkau dapati aku
bersyukur. Engkau telah mengujiku, namun tidak Engkau dapati aku bersabar.
Namun Engkau tidak mencerabut nikmat karena aku tidak bersyukur, dan tidak
melanggengkan bencana ketika kutinggalkan kesabaran. Tuhanku, tidak ada yang
datang dari Yang Maha Pemurah, kecuali kemurahan.”
Dikatakan
: “Jika tanganmu tidak bisa engkau gunakan, maka engkau mesti lebih banyak
mengucap “SYUKUR” dengan lisanmu.”
Dikatakan
pula : “Ada empat amal yang tidak berbuah : Mempercayakan rahasia kepada orang
yang bisu; memberi nikmat kepada orang yang tidak mau bersyukur; menebar benih
di tanah yang tandus; dan menyalakan lampu di bawah cahaya matahari...
Juga
dikatakan bahwa ketika Idris as. Memperoleh kabar gembira pengampunan, beliau
memohon diberi panjang umur. Ketika ditanya tentang permohonannya itu, beliau
menjawab : “Agar aku dapat bersyukur kepada-Nya, karena sebelum ini aku telah
berjuang hanya untuk memperoleh ampunan.” Kemudian salah satu malaikat
mengembangkan sayapnya dan membawanyan ke langit.
Diceritakan
bahwa salah seorang Nabi – Semoga Allah swt. melimpahkan salam kepadanya –
berjalan melewati sebuah batu kecil yang memancarkan air, yang membuatnya
kagum. Kemudian Allah menjadikan batu itu berbicara kepadanya, katanya :
“Ketika aku mendengar Allah swt. berfirman : “Takutlah neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu.” (Qs. At-Tahrim : 6). Aku pun menangis karena
karena takut.” Nabi itu kemudian mendoakan, agar Allah swt. melindungi batu iru
dari api neraka, dan Allah lalu mewahyukan kepadanya : “Aku telah
menyelamatkannya dari neraka.” Manak Nabi itu lalu meneruskan
perjalanannya. Ketika kembali melwetati batu itu, ia melihat air menyembur
darinya seperti sebelumnya, yang membuatnya heran. Allah swt. menjadikan batu
itu bisa berbicara, dan Nabi itu lalu bertanya : “Mengapa engkau masih mengis
sedangkan Allah telah mengampunimu?” Batu itu menjawab, : “Sebelumnya adalah
tangis takut dan sedih, sekarang adalah tangis syukur dan gembira.”
Dikatakan
: “Orang yang bersyukur selalu meningkat karena ia berada di hadapan nikmat.”
Allah swt. berfirman : “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah
(nikmat-Ku) kepadamu.” (Qs. Ibrahim : 7). Orang yang sabar berada bersama
Allah, karena ia berada di hadirat kesaksian kepada-Nya yang memberikan cobaan.
Allah swt. berfirman : “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Qs.
Al-Nafal :46).
Diceritakan
bahwa suatu delegasi datang kepada Umar bin Abdul Aziz r.a. Di antara mereka
ada seorang pemuda, yang memulai membuka pembicaraan!” Umar berkata kepadanya :
“Coba yang tua-tua dulu berbicara!” Mendengar itu si pemuda berkata : “Wahai
Amirul Mukminin, jika urusan diserahkan kepada orang berdasarkan usianya, maka
banyak dikalangan kaum Muslimin yang lebih layak menjadi khalifah dibanding
Anda.” Maka Umar berkta : “Bicaralah!” Pemuda itu menjelaskan : “Kami bukanlah
delegasi yang menyampaikan keinginan, bukan pula delegasi yang menyampaikan
rasa takut. Mengenai keinginan, maka kemurahan Anda telah memenuhi kebutuhan
kami dari ketakutan.” Maka Umar pun bertanya kepadanya : “Lantas, siapa kalian
ini?” Ia menjawab : “Kami adalah delegasi yang menyampaikan syukur. Kami datang
untuk menyampaikan terima kasih kepada Anda, dan sekarang kami akan pulang.” Dan
mereka lalu bersenandung.” :
Alangkah
malangnya bahwa syukurku adalah diam
Atas apa
yang telah kau lakukan,
Sedangkan
kebaikanmu berbicara
Aku
melihat anugerah darimu
Dan aku
menyembunyikan
Karenanya,
di tangan yang pemurah
Jadi
pencuri.
Diceritkan
bahwa Allah swt. menyampaikan wahyu kepada Musa as. : “Aku melimpahkan rakhmat
kepada hamba-hamba-Ku : Mereka yang mendapat cobaan maupun mereka yang
terampuni.” Musa bertanya : “Mengapa pula terhadap mereka yang terampuni>\?”
Allah Swti. Menjawab : “Dikarenakan kecilnya syukur mereka atas dihindarkannya
mereka dari penderitaan itu.”
Dikatakan
: “Pujian itu bagi anfsu, dan syukur atas nikamat-nikmat anggota badan.”
Dikatakan
pula : “Pujian sebagai permulaan dari-Nya, dan syukur sebagai tebusan darimu.”
Dalam
hadits shahih disebutkan : “Yang pertama di panggil ke surga adalah mereka yang
selalu memuji kepada Allah swt. dalam segala hal,:
Dikatakan
: “Pujian hanya bagi Allah terhadap apa yang diberikan-Nya, dan
syukur atas yang diperbuat oleh-Nya.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.