بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN
TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”
16.
QANA’AH
Allah
swt. berfirman :
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki- maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.”
(Qs. An-Nahl : 97).
Diriwayatkan
oleh Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda :
“Qana’ah (menerima
pemberian Allah) adalah harta yng tidak pernah sirna.” (Hr. Thabrani).
Diriwayatkan
oleh Abu Hrairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda :
“Jadilah
orang yang wara’ maka engkau akan menjadi orang yang paling berbakti kepada
Allah swt. Jadilah engkau orang yang menerima (pemberian-Nya), engkau akan
menjadi orang yang paling bersyukur. Cintailah manusia sebagaimana (kamu
mencinta0 dirimu sendiri, maka engkau menjadi orang yang beriman. Perbaikilah
dalam hidup bertetangga dengan tetanggamu, engkau akan menjadi orang Muslim.
Dan sedikitlah tertaa, sebab banyak tertawa mematikan hati.” (H.r. Baihaqi).
Dikatakan
: “rang-orang miskin itu mati, kecuali mereka yang dihidupkan Allah dengan
kebesaran qana’ah.”
Bisyr
al-Hafi berkata : “Qana’ah adalah seorang raja yang hanya tinggal di dalam hati
yang beriman.”
Abu
Sulaiman ad-Darany berkomentar : “Hubungan Qana’ah dengan ridha adalah seperti
hubungan antara maqam wara’ dengan zuhud. Qana’ah adalah awal ridha, dan wara’
adalah awal zuhud.”
Dikatakan
: “Qana’ah adalah sikap tenang dalam menghadapi hilangnya sesuatu yang biasa
ada.”
Abu Bakr
al-Maraghy menjelaskan : “Orang yang cerdas adalah orang yang menagani
dunianya, dengan qana’ah dan tidak bergegas-gegas, tapi mengurusi urusan
akhiratnya dengan penuh kerakusan dan ketergesaan, menangani urusan agamanya
denga ilmu dan ijtihad.”
Abu
Abdullah bin Khafif berkata : “Qana’ah adalah meningkatkan keinginan terhadap
apa yang telah hilang atau yang tidak dimiliki, dan menghindari ketergantungan
keapda apa yang dimiliki.”
Dikaakan
mengenai firman Allah swt. “Allah akan menganugerahi mereka rezeki yang
berlimpah)>” (Qs. Al-Hajj : 88), bahwa yang dimaksud di sini adalah qana’ah.
Muhammad
bin Ali at-Tirmidzy menegaskan : “Qana’ah adalah kepuasan jiwa terhadap rezeki
yang diberikan.”
Dikatakan
: “Qana’ah adalah menemukan kecukupan di dalam apa yang ada dan tidak menginginkan
apa yang tiada.”
Wahb
menuturkan : “Kehormatan dan kekayaan berkelana mencari teman. Mereka berjumpa
dengan qaba’ah dan mereka hinggap menetap apdanya.”
Dikatakan
: “Orang yang merasa qana’ah akan menemukan bubur yang lezat.” Dikatakan juga,
“Orang yag selalu kembali kepada Allah swt. dalam segala hal, akan dianugerahi
qana’ah.”
Dalam
sebuah cerita disebutkan ketika Abu Hazim melewati seorang penjual daging yang
mempunyai sejumlah daging berlemak, si penjual berkata kepadanya : “Ambillah
sedikit, wahai Abu Hazim, karena daging ini berlemak!.” Abu Hazim menjawab,
“Aku tidak membawa uang.” Si pedagang berkata : “Aku beri engkau waktu untuk
mebayarnya.” Abu Hazim menjawab : “Jiwaku masih lebih baik menunggu
daripadamu.”
Salah
seorang Sufi ditanaya : “Siapakah orang yang paling qana’ah di antara ummat
manusia>” Ia menjawab : “Yaitu orang yang paling berguna bagi ummat manusia
dan paling sedikit upahnya.”
Dikatakan
dalam kiab Zabur : “Orang yang Qana’ah adalah orang yang kaya, sekalipun ia
dalam keadaan lapar.”
Dikatakan
: “Allah swt. menempatkan lima perkara dalam lima tempat : Keagungan dalam
ibadat, kehinaan dalam dosa, kehidmatan dalam bangun malam, kebijaksanaan dalam
perut kosong, dan kekayaan/cukup dalam qana’ah.”
Ibrahim
al-Maristany berkata : “Lakukanlah pembalaan terhadap kerakusanmu dengan
qana’ah sebagaimana engkau membalas dendam kepada musuhmu dengan qisas.”
Dzun Nuun
al-Mishry berkata : “Orang yang qana’ah selamat dari orang-orang semasanya dan
berjasa atas semua orang.”
Dikatakan,
Orang yang qana’ah akan menemukan istirah dari kecemsan dan berjaya atas segala
sesuatu.”
Al-Kattany
mengatakan : “Barangsiapa menjual kerakusan demi qana’ah berarti telah
memperoleh keagungan dan kebesaran.”
Dikatakan
: “Kesedihan dan rasa gelisah menjadi panjang bagi orang yang matanya mengejar
apa yang dimiliki orang lain”
Kaum Sufi
sering membacakan syair berikut :
Betapa
indahnya pemuda.
Dari
hari-hari yang lapar
Lebih
terhormat dari kekayaan yang disetai lapar.
Dalam
suatu cerita disebutkan : “Seorang laki-laki melihat seorang yang bijaksana
sedang mengunyah potongan-potongan sayur yang dibuang di tempat air, dan berka
kepadanya,: “Jika saja Anda mau mengabdi kepada Sultan, niscaya Anda tidak
perlu makan-makanan begini. Orang bijak itu menjawab : “Dan Anda, seandainya
saja Anda mau berqana’ah dengan makanan begini, niscaya Anda tidak pelu
mengabdi kepada Sultan.”
Mengenai
firman Allah swt. :
“Sesungguhnya
orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh
kenikmatan.” (Qs. Al-Infithar :13).
Dikatakan
bahwa kata na’im adalah qana’ah di dunia. Dalam Ayat berikutnya :
“Dan
sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” (Qs.
Al-Infithar :14).
Kata
Jahim berarti kerakusan di dunia.
Mengenai
firman Alalh swt. :
“Tahukah
kamu, apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) melepaskan budak dari
perbudakan.” (Qs. Al-Balad :12-3).
Dikatakan
bahwa ayat ini berarti : Membebaskan orang dari kerendahan sifat tamak.”
Dikatakan
bahwa firman Allah swt. : “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan
dosa dari kamu, hai ahlul bait.” (Qs. Al-Ahza :33), berarti, “menghilangkan
sifat kikir dan iri.”
Dan
firman-Nya selanjutnya : “Dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Qs.
Al-Hazab :33)) berarti : Melalui sifat murah hati dan tidak pelit dalam
memberi.”
Mengenai
firman Allah Swt. : “Ia berkata : “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah
kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku.” (Qs.
Shaad:35). Berarti : “Anugerahkanlah kepadaku derajat qana’ah yang dapat
membuatku sendiri, dibanding sibuk dengan pesoalanku, yang dengannya aku akan
merasa ridha dengan ketentuan-Mu.”
Dikatakan
mengenai firman Allah swt. : “Aku (Sulaiman) pasti akan menghukum (burung
hud-hud) dengan hukuman yang pedih.” (Qs. An-Naml :21), bahwa ayat ini berarti
: “Aku akan menaggalkan darinya sifat qana’ah dan memberinya cobaan dengan
sifat rakus.” Yakni : “Aku akan memohon kepada Allah swt. agar melakukan hal
ini terhadapnya.”
Abu Yazid
Bisthamy ditanya : “Bagaimana Anda bisa sampai pada
kedudukan sekarang ini?” Ia menjawab : “Aku mengumpulkan harta benda
dunia ini lalu mengikatnya dengan tali qana’ah. Lalu aku menempatkan mereka
dalam ketepil keikhlasan dan melontarkannya ka lautan putus asa. Maka aku pun
bisa istirahat.”
Abdul Wahahb,
paman Muhammad bin Farhan, menuturkan, : “Aku sedang duduk-duduk bersama
al-Junayd di sat musim haji, dan disekelilingnya ada sekelompok besar orang non
Arab, termasuk beberapa orang yang telah dibesarkan di lingkungan rang Arab.
Seseorang datang kepadanya dengan membawa uang limaratus dinar, yang
diletakkannya di hadapan al-Junayd, lalu Junayd berkata, : “Sebarkan pada
orang-orang fakir.” Sambil bertanya kepadanya : “Apakah kamu masih punya uang
selain ini?” Ia menjawab : “Ya, aku masih punya banyak.” Al-Junayd bertanya
kepadanya : “Apakah kamu ingin memperoleh lebih banyak dari yang kamu miliki
sekarang?” Ia menjawab : “Ya”. Maka al-Junayd lalu berkata kepadanya :
“Ambillah kembali uangmu ini, sebab engkau lebih memerlukannya daripada kami.”
Junayd tidak menerimanya.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.