بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
Mukasyafah Al-Qulub
Al-Muqarrib Ila Hadrah ‘Allam Al-Ghuyub Fi‘Al-Tashawwuf
Al-Hujjah Al-Islam Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali
Bab
6
" Kelalaian"
Kelalaian dan kelengahan akan menambah penyesalan, kelalaian
akan menghilangkan kenikmatan dan menghalangi penghambaan kepada Allah.
Kelengahan akan menambah kedengkian, keaiban dan kekecewaan.
Diceritakan bahwa ada sebagian orang-orang saleh, bermimpi
melihat gurunya. Dalam mimpi itu ia bertanya kepada sang guru : “ Penyesalah
manakah yang terbesar menurut anda?” Sang guru menjawab : “ Penyesalah akibat
kelengahan.”
Adapula riwayat yang menyebutkan bahwa sebagian mereka
bermimpi melihat Dzun Nun Al-Mishri, lalu ia berkata kepadanya : “Apakah yang
diperbuat Allah pada Anda?” Dzun nun menjawab : “Dia telah menundukkan aku
dihadapan-Nya, lalu berfirman kepadaku:”Hai orang yang berpra-pura, orang yang
bohong, Anda mengaku cinta kepada-Ku, tapi kemudian anda lengah dari Aku.
Sebagaimana disebutkan dalam syair :
Anda terlelap dalam kelalian dan hati anda Alpa, Usia anda
terus berlalu sementara dosa-dosa tetap menggudang.
Diceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang saleh bermimpi
melihat ayahnya. Dia bertanya kepada sang ayah: “Wahai ayahku, bagaimana
kondisi anda?” Sang Ayah menjawab:”Ketika hidup di Dunia saya dalam keadaan
lengah dan matipun saya dalam kondisi lengah.”
Disebutkan didalam kitab Zahrur Riyadh, bahwa Nabi Ya’kub
bersaudara dengan malaikat maut, suatu ketika malaikat maut datang kepada Nabi
Ya’kub, kemudian ia bertanya kepadanya:
“Wahai malaikat maut, Anda datang untuk mengunjungi aku,
ataukah untuk mencabut nyawaku?”, Malaikat maut menjawab : “Aku dating hanya
untuk mengunjungi anda”. Nabi ya’kub berkata: “Aku berharap anda sudi memenuhi
hajat dan permohonanku.”, “Hajat apakah itu?” Tanya malaikat maut. Nabi Ya’kub
berkata: “Apabila ajalku telah dekat dan Anda akan mencabut nyawaku, Hendaklah
kiranya anda memberitahukan kepadaku.” Malaikat maut menjawab : “ Ya, akan kau
kirimkan pada anda dua atau tiga utusan.”
Ketika ajal nabi Ya’kub telah tiba, datanglah malaikat maut
kepadanya, dan Nabi ya’kub bertanya
kepadanya sebagaimana biasanya
“Wahai malaikat maut, Anda datang untuk mengunjungi aku,
ataukah untuk mencabut nyawaku?” “Aku dating untuk mencabut nyawa anda” Jawab
malaikat maut.
Lalu Nabi Ya’kub bertanya, seolah menagih janji : “ Bukankah
anda telah berjanji kepadaku, bahwa sebelum anda mencabut nyawak, terlebih
dahulu anda akan mengirimkan utusan kepadaku?”
“Aku telah melakukan hal itu, dan menepati janjiku” Jawab
malaikat maut. “Putihnya rambut anda, yang sebelunya hitam, Lemahnya tubuh anda
setelah kuat sebelumnya, adalah utusanku kepada anak adam sebelum kematiannya,
hai Ya’kub”, sambungnya.
Masa terus berlalu, hari-hari pun terus melaju, sementara
dosa tetap terjadi;
Telah dating utusan kematian, sementara hati terlelap dalam
kalpaan.
Kenikmatan Anda di dunia merupakan tipuan dan penyesalan;
Kehidupan Anda di dunia penuh dengan kesemuan dan kebatilan.”
Abu Ali Ad-Daqaq berkata:
“Suatu ketika aku dating mengunjungi salah seorang saleh yang
sedang sakit. Dia termasuk salah seorang masyayikh besar.
Saat itu, ia dikelilingi oleh murid-muridnya dan menangis.
Dia seorang syaih yang sudah lanjut usia. Dalam kondisinya yang kritis itu, aku
bertanya : “ Wahai tuan, mengapa anda menangis, apakah ada urusan mengenai
persoalan dunia?” Dia menjawab : “Bukan itu penyebabnya, akan tetapi karena
shalatku yang terbengkalai.” Aku kembali bertanya:”Bagaimana hal itu bisa
terjadi, padahal anda adalah orang yang rajin mendirikan shalat?” Dia
menjawab:” Tidakkah anda melihat kondisiku saat ini, aku terbaring tidak dalam
keadaan bersujud, aku tak dapat mengangkat kepala dan kesadarankau tak
terkonsetrasi mengingat tuhanku, Aku tengah dalam kelalaian. Sementara saat ini
detik-detik menjelang ajalku dan aku dalam keadaan lengah.
Selanjutnya dia mendesah dan bersyair.
“Aku merenungkan kondisiku, saat dihalau di hari kiamat;
Saat dibaringkannya pipiku di alam kubur seorang diri
Yang sebelmnya mulia dan berderajat tinggi
Dosa-dosaku tergadaikan, sedangkan aku berbantal tanah liat.
Aku merenungkan tentang panjangdan luasnya hisab,
Tentang kebinaan kedudukanku, saat menerima catatan amalku
Tetapi harapanku kepada-Mu ya Tuhan yang menciptakanku
Hendaklah kiranya Engkau mengampuni DOsa-dosa ku, Ya ilahi
Didalam kitab Uyunul akbar disebutkan bahwa Syaqiq Al-Bulkhi
berkata:
” Manunisa mengucapakan tiga hal, tetapi mereka benar-benar
mengingkati apa yang dicuapkannya itu dalam perbuatannya.Pertama Mereka berkata
: “ Kami adalah hamba-hamba Allah.” Tetepi perbuatan mereka seperti perbuatan
orang-orang merdeka. Yang demikian ini adalah pengingkaran atas ucapannya.
Mereka berkata : “ Allah yang menanggung rizki kami.” Tetapi
hati mereka tidak tenang dan tidak merasa puas kecuali dengan dunia dan
mengumpulkan harta kekayaaan. Ini adalah pengingkaran atas ucapannya.
Yang terakhir Mereka mengatakan: “ Kematian adalah sebuah
kepastian.” Tetapi perbuatan mereka seolah-olah tidak akan mati. Ini juga
sebuah pengingkaran atas ucapan mereka.
Maka renungkanlah wahai saudaraku, dengan tubuh mana Anda
akan menghadap ke hadirat ilahi?
Apa yang akan anda katakana, ketika Dia bertanya mengenai
sesuatu yang terkecil sampai yang terbesar?
Maka persiapkanlah jawaban yang benar untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu. Takutlah kepada Allah, sesungguhnya Dia maha
mengetahui apa yang anda kerjakan, yang baik maupun yang buruk. Kemudian
berilah nasihat kepada orang-orang mukmin agar tidak meninggalkan perintah-Nya
dan hendaklah mengesakan-Nya baik dalam kesunyian maupun keramaian, dalam
keadaan suka maupun duka.
Nabi Muhammad saw. Bersabda : “ Tertulis pada tiang arasy:
‘sesungguhnya Aku berkenan untuk mengindahkan orang yang taat kepada-Ku, Aku
mencintai orang yang mencintai Aku, Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa kepada-Ku dan Aku mengampuni orang yang memohon ampun kepada-Ku’ “
Bagi yang bisa berfikir, seharusnya taat kepada Allah, ikhlas
dan ridho terhadap Keputusan-Nya, sabar akan cobaan-Nya dan bersyukur atas
semua nikmat-Nya. Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa yang tidak ridho dengan keputusan-Ku, tidak
sabar dengan cobaan-Ku, tidak syukur atas nikmat-Ku, juga tidak menerima
Pemberian-Ku; maka hendaknya dia mencari Tuhan selain Aku".
Ada seorang lelaki berkata kepada Abu Yazid RA:
"Aku tidak merasakan sedikitpun nikmatnya taat".
Abu Yazid RA menjawab:
"Karena engkau menyembah ketaatan itu, bukan menyembah
Allah. Maka sembahlah Allah sampai engkau merasakan nikmatnya taat".
Kisah: Ada seorang lelaki shalat dan samapai pada lafadz ayat:
"Iyyaka na'budu...";
Dan yang bergerak dalam hatinya ialah mengabdi kepada Allah.
Namun ada gerakan batin yang membantah:
"Engkau bohong, sebenarnya engkau mengabdi kepada
makhluk".
Ia pun bertobat dan menjauhkan diri dari manusia. Ia shalat
lagi dan sampai pada ayat:
"Iyyaka na'budu...."
Pun ada yang membantah:
"Engkau bohong, sebenarnya engkau mengabdi pada
harta".
Lalu semua hartanya disedekahkan. Ia sholat lagi, juga sampai
pada ayat:
"Iyyaaka na'budu...."
Ada bantahan lagi,
"Engkau bohong, sebenarnya engkau mengabdi pada
pakaian".
Lantas semua pakaiannya disedekahkan, hanya tinggal yang
dipakai saja. Lalu ia sholat lagi, dan sampai pada ayat:
"Iyyaaka na'budu..."
Barulah ada panggilan:
"Engkau baru benar, sesungguhnya engkau sudah mengabdi
kepada Allah".
Dimana ada kisah seorang lelaki yang kehilangan beberapa
barangnya, ia lupa siapa yang mengambil. Ketika sholat ia ingat siapa yang
mengambil, dan setelah salam memerintah pelayannya untuk mengambil barang itu.
Tanya pelayan:
"kapan kamu ingat, tuan?"
Jawab Tuan:
"Ketika aku sholat".
Kata pelayan:
"Wahai Tuan, engkau adalah orang yang mencari barang
itu, bukan mencari Tuhan".
Dengan ucapan si budak, budak tersebut dibebaskan oleh
tuannya berkat keyakinannya yang kuat.
Memang seharusnya orang berakal mau meninggalkan urusan
duniawi, kemudian mengabdi kepada Allah dan memikirkan masa depan kelak di
akherat. Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa yang menghendaki tanaman (pahala) akherat,
akan Kami tambah-tambah pahalanya. Dan barangsiapa yang menghendaki tanaman
dunia, Kami pun akan memberikan kepadanya, tapi tak ada bagian untuk di
akherat. (QS.42 Asy Syuuraa:20)"
Maksud tanaman dunia misalnya pakaian atau makanan. Dan
tanaman akherat bekalnya ialah menanam rasa cinta dihati mengenai akherat.
Dasar ini sehingga Abu Bakar Ash Shidiq pernah sedekah kepada Nabi SAW 40.000
dirham secara sembunyi-sembunyi dan 40.000 dirham secara terang-terangan,
sehingga hartanya sedikitpun tidak tersisa.
Keluarga Nabi Muhammad SAW dan Nabi SAW sendiri adalah orang
yang tidak mencintai kelezatan dan kesenangan dunia. Lihatlah pelaminan tuan
putri Fatimah Az Zahro sewaktu Nabi SAW menikahkan dia dengan Ali KWh hanya
berasal dari kulit domba yang sudah disamak (dicuci), berikut bantal kulit
binatang yang sudah diberi 'Laif" (sebangsa serabut akar-akaran)
KEMBALI KE AWAL (Daftar isi)
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.