بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi
Wasiat – Wasiat Ibn ‘Arabi
Penerjemah : Irwan Kurniawan
7. WASIAT
IHWAL MELAZIMKAN DIRI DENGAN PERBUATAN BAIK
Biasakan dirimu berniat melakukan
perbuatan baik, walau pun engkau tidak mengerjakannya. Apabila dirimu berniat
melakukan kejahatan, maka bersungguh-sungguhlah untuk meninggalkannya karena
Allah. Jika tidak, maka qadar yang lalu dan qadha’ yang akan datang bakal
menguasaimu. Jika Allah tidak menakdirkanmu melakukan kejahatan yang engkau
niatkan, maka Dia menuliskan untukmu satu kebaikan. Hal ini ditegaskan
Rasulullah saw., dari Tuhannya, bahwa Dia berfirman : “Apabila hamba-Ku berniat
melakukan kebaikan, maka Aku tuliskan baginya satu kebaikan jika ia tidak melakukannya.”
Ma di sini mengandung makna zhaffiyah, yakni menunjukkan waktu.
Maka,untuk setiap waktu yang
berlalu atas dirinya dalam berniat melakukan kebaikan ini, walau pun ia
tidak mengerjakannya, Allah selalu menuliskan baginya satu satu kebaikan. Waktu-waktu
itu mencapai jumlah tertentu. Karena itu, baginya ada satu kebaikan untuk
setiap kali ia berniat, karena Dia berfirman : .................. Selama dia
tidak mengerjakannya.
Selanjutnya Allah SWT berfirman :
Jika ia mengerjakannya, maka Aku akan menuliskan baginya sepuluh kali kebaikan
itu. Di sini, jika engkau ketahui, kebaikan itu adalah kira-kira sepersepuluh
dari air yang tercurah dari langit.
Jika kebaikan itu merupakan
bagian dari kebaikan-kebaikan yang terus menerus, yang mendapat ganjaran kekal,
maka ganjaran itu terus diperbaraui hingga Hari Kiamat sebagai shadaqah
jariyah, seperti wakaf, ilmu yang disebarkan kepada masyarakat; perilaku yang
baik, dan sebagainya.
Kemudian Allah menyempurnakan
nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Maka, Dia berfirman : Jika ia berniat
melakukan kejahatan, maka Aku akan mengampuninya selama ia tidak
mengerjakannya. Dan ma di sini mengandung makna zharfiayh, sama seperti dalam
hadis mengenai kebaikan di atas. Hukumnya pun sama dengan hukum tentang niat
melakukan kebaikan itu, dan balasannya pun sepadan dan setimpal. Selanutnya
Allah SWT berfirman : Jika mengerjakan, maka Aku menuliskan baginya satu
kejahatan. Dia membuat kesataraan di dalam kejahatan dan kelebihan di dalam
kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya : Bagi orang-orang yang
beruat baik adalah kebaikan dan tambahan (QS. Yunus, 10:26). Yang demikian itu
adalah keutamaan, yakni kelebihan dari yang semisal itu.
Kemudian Allah mengabarkan ikhwal
para malaikat. Mereka mengemukakan hukum prinsip bagi yang mereka sampaikan
berkenaan dengan hak moyang kita. Adam, a.s, lewat ucapan mereka : Mengapa
Engkau menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di
atasnya danmenumpahkan dara...... (QS. Al-Baqarah, 2:30).
Mereka mengemukakan ini hanya lantaran
kejahatan kita, dan mereka menentangnya demi kebaikan. Tempat yang tinggi
(al-ma’ al-a’la) dikuasai oleh kecemburuan (ghairah) agar tunduk kepada segala
sesuatu yang datang dari sisi Allah. Dari kejadian yang elemental
(‘’usnhuriyah) ini, mereka tahu bahwa mereka harus berpaling dari Tuhan mereka
kepada yang menjadi hak mereka. Itulah perasaan yang ada pada diri mereka,
padahal terdapat kejelasan dalam penciptaan mereka. Kalau saja penciptaan para
malaikat atas bentuk kejadian kita, yang Allah sebutkan tentang mereka adalah
bahwa mereka itu bermusuhan, maka permusuhan itu terjadi hanya lantaran adanya
pertentangan.
Yang Allah kabarkan mengenai para
malaikat : di dalam hak kita ialah bahwa mereka mengatakan, “Itulah hamba-Mu
yang ingin berbuat kebaikan.” Kajilah kekuatan prinsip ihwal apa yang
diputuskannya bagi orang yang mengkajinya ini.
Dari sini, engkau pun mengetahui
keutamaan manusia ketika ia menyebutkan kebaikan pada diri seseorang dan tidak
menyebut-nyebut kejahatannya, di mana derajatnya ada bersama derajat kemuliaan
para malaikat, seperti yang mereka sebutkan. Akan tetapi, aku ingatkan engkau
dengan apa yang mereka ingatkan kepadamu, agar engkau mengetahui kejadian
mereka dan apa yang telah mereka jelaskan. Semuanya bekerja atas niatnya,
sebagaimana difirmankan Allah SWT.
Dikabarkan pula bahwa para
malaikat mengatakan, “Itulah hamba-Mu si fulan hendak berbuat kejahatan.” Maka
dia memandangnya dan berkata, “Awasilah! Jika ia melakukan kejahatan, maka
tuliskan baginya yang setara dengan kejahatan itu. Tapi jika ia
meninggalkannya, tuliskan baginya kebaikan, karena ia meninggalkannya
semata-mata karena Aku.”
Para malaikat tersebut adalah
mereka yang disebutkan Allah, kepada kita : Sesungguhnya bagi kami ada
malaikat-malaikat yang mengawasi pekerjaanmu, yang mulia di sisi Allah dan yang
mencatat pekerjaan-pekerjaanmu itu (QS. Al0Infithar, 82:10-11).
Martabat dan
kekuasaan yang diberikan kepada mereka dimaksudkan agar mereka memperbincangkan
apa yang kamu perbincangkan. Bagi mereka ada catatan kebaikan tanpa mengetahui
aa yang akan Allah perintahkan kepada mereka dalam hal itu.
Mereka
memperbincangkan kejahatan atas sesuatu yang mereka ketahui sebagai karunia
Allah dan ampunan-Nya. Kalau mereka tidak memperbincangkan hal itu, kita tidak
mengetahui apa yang terjadi di sisi Allah. Seperti yang mereka katakan tentang
seseorang yang berada di majelis-majelis zikir, yang datang ke tempat itu untuk
memenuhi keperluannya, bukan karena Allah, maka Allah tidak mengecualikannya
dalam memberikan ampunan kepada semua orang yang hadir di majelis itu. Allah
SWT berfirman : “Mereka adalah kaum yang majelisnya tidak sia-sia.”
Kalaulah
bukan karena pertanyaan mereka dan pengenalan mereka, maka kita tidak akan
mengetahui wewewnang yang Allah berikan kepada mereka. Maka, perbincangan
mereka adalah pelajaran dan rahmat, sekalipun yang tampak adalah seperti
pemahaman yang terbatas menadhului prinsip yang kami engatkan kepadamu.
Allah SWT berfirman ihwal
kebaikan dan kejahatan : “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya
(pahala) sepuluh kali lipat amalnya,; dan Dia menambahkan :
.................... Dan barangsiapa membawa perbuatan yang jahat, maka ia
tidak diberi pembalsan melainkan seimbang dengan kejahatannya,” (QS. Al-An’am L
6 :160). Dan mengampuni suatu kamu setelah pembalasan, dan mengampuni kaum yang
lain sebelum pembalasan. Ampunan-Nya pasti diberikan bagi setiap orang yang
melampaui batas dirinya, meski ia tidak bertobat.
Barangsiapa memahami wasiat ini,
maka ia mengetahui kejadian manusia dan malaikat. Prinsipnya aalah satu,
sebagaimana halnya Tuhan kita pun satu. Bagi-Nya adalah nama-nama (al-asma’)
yang saling berlawanan. Karena itu, wujud pun berupa bentuk nama-nama itu.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.