بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Misykat Al-Anwar
Allah Adalah Cahaya Langit dan Bumi
Hakikat Segala Hakikat
Dari sinilah kaum
‘arifin menanjak dari dasar majaz ke puncak hakikat. Dengan demikian,
menyempurnakan mi’raj (pendakian) mereka sehingga melihat dengan musyahadah
(penyaksian), secara langsung bahwa “tidak ada sesuatu dalam wujud melainkan
Allah”, dan bahwa “segala sesuatu binasa selain wajah-Nya.” Sebab, segala
sesuatu akan binasa pada suatu waktu tertentu, bahkan --- pada hakikatnya – ia
adalah sesuatu yang binasa secara azali,s ejak permulaan dan untuk
selamanya. Tiada gambaran lain selain itu, sebab segala sesuatu selain DIA,
bila ditinjau dari keberadannya sendiri, adalah ketiadaan yang murni. Bila
ditinjau dari arah datangnya keberadaannya dari “Sumber Pertama” yang haqq,
dapatlah disadari bahwa ia maujud b ukan pada dirinya sendiri, tapi dari arah
DIA yang telah mewujudkannya. Dengan demikian yang disebut maujud itu hanyalah
Allah. Setiap sesuatu memiliki dua wajah, wajah ke arah dirinya sendiri
dan wajah ke arah Tuhannya. Maka dari itu, ditinjau dari arah dirinya sendiri,
ia adalah ‘adam (ketiadaan), dan ditinjau dari arah Allah, ia adalah wujud
(keberadaan). Jadi, tidak ada maujud kecuali Allah dan wajah-Nya. Dengan itu
pula, maka segala sesuatu binasa kecuali wajah-Nya secara azali dan abadi.
Kaum ‘arifin,
seperti yang disebutkan di atas, tidaklah membutuhkan datangnya hari
kebangkitan untuk mendengar seruan Allah. Sang Pencipta :
“Bagi siapakah
kerajaan hari ini? Bagi Allah Yang Mahatunggal lagi Mahaperkasa ..... (QS.
Al-Mu’min 40 : 16).
Sebab seruan itu
tidak pernah berpisah dari pendengarannya selama-lamanya.
Mereka juga tidak
memahami ucapan Allahu Akbar (Allah adalah Yang Terbesar), bahwa DIA adalah
lebih besar dari sesuatu selain-ya. Mahasuci Allah! Bukankah taka da selain DIA
dalam wujud ini bersama-Nya sehingga DIA dapat dikatakan lebih besar darinya?
Bahkan, tak ada sesuatu pun yang memiliki tingkatan kebersamaan dengan-Nya
ataupun tingkatan mengikuti-Nya. Bahkan, tiada kewujudan bagi selain DIA,
kecuali dari arah-Nya. Maka dari itu, yang ada hanyalah wajah-Nya dan mustahil
DIA menjadi lebih besar dari wajah-Nya.
Arti sebenarnya
ialah bahwa : “DIA adalah lebih besar dari kemungkinan disebut sebagai lebih
besar dalam arti nisbi atau pun dalam bandingan”. Juga lebih besar dari
kemungkinan adanya sesuatu selain-Nya yang mampu menyelami hakikat
keberadaan-Nya, baik ia seorang nabi ataupun malaikat. Bahkan, tak mungkin ada
yang mengetahui hakikat pengetahuan mengenai-Nya, kecuali DIA sendiri. Sebab,
segala sesuatu yang dapat diketahui termasuk di bawah kekuasaan (“orang”) yang
mengetahui dan pengaruhnya. Hal itu tentunya berlawanan dengan keagungan dan
keperkasaan-Nya. Pen-tahkik-an tentang ini telah kami uraikan dalam Kitab kami
al-Maqshad al-Asna fi Ma’ani As-ma’Illah al-Husna.
Kembali Ke Bab satu
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :