بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
{AJARAN KAUM SUFI}
Karya
Ibn Abi Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ya’qub Al-Bukhari Al-Kalabadzi
7.
PERSELISIHAN KAUM SUFI TENTANG MASALAH APAKAH TUHAN
TELAH BERHENTI MENCIPTA
Mereka berselisih paham mengenai masalah
apakah Tuhan telah berhenti mencipta atau tidak. Sebagian besar dari merreka
mayoritas pemimpin dan orang-orang termasyhur di antara mereka mengatakan bahwa
tidak mungkin Tuhan mendapat sifat kekekalan pada waktu Dia belum berhak
menunutut kekekalan.
Tidak benar Dia berhak dari nama Pencipta
karena Dia mencipta, atau nama Pembuat karena Dia mengawasi pembuatan
makhluk-makhluk yang bsia mati, atau nama pembentuk karena Dia membentuk
beberpa bentuk; sebab jika begitu, maka berarti selamaya Dia tidak sempurna,
karena Dia hanya menjadi sempurna kalau Dia mencipta sungguh Tuhan jauh lebih
tinggi dari itu!.
Mereka berpendapat bahwa Tuhan selamanya
Pencipta. Pembuat, Pembentuk, Pemaaf, Penyayang, Pengasih dan seterusnya,
dikarenakan semua sifat-Nya yang dengan sifat-sifat tersebut, Dia memberi sifat
pada diri-Nya sendiri, karena Dia telah diberi sifat dengan semua itu dalam
masa pra kekekalan. Karena Dia disifati pengetahuan, kekuatan, kebesaran,
keagungan dan kekuasaan, maka dengan begitu Dia disifati dengan pembuatan
(takwin), penentuan dan pembentukan, demikian juga dengan kehendak, kebaikan,
pengampunan dan pengasihan. Mereka tidak membedakan antara sebuah sifat yang
merupakan tindakan dan sbuah sifat yang tidak dapat diperikan dengan tindakan
seperti kehebatan, kegemilangan, pengetahuan dan kekuatan. Sama saja halnya,
karena telah ditetapkan bahwa Dia Mendengar, Melihat, Berkuasa, Mencipta, Membuat
dan Membentuk dan bahkan Dia Terpuji; toh jika Dia berhak atas nama-nama ini
semata-mata karena kebaikan benda yang diciptakan, dibentuk dan dibuat, maka
berarti Dia butuh mencipta; sedangkan kebutuhan merupakan tanda keduniawian.
Lebih-lebih, hal ini akan mengisyaratkan perubahan dan pengalihan dari satu
keadaan ke keadaan lain. Tuhan akan menjadi bukan Pencipta, lalu menjadi
Pencipta lagi; Bukan Yang Berkehendak, tetapi kemudain Berkehendak lagi; dan
hal ini akan berarti “tebenam” sebagai yang ditolak oleh Ibrahim Karib Tuhan
a.s. ketika dia berkata “Aku tidak suka kepada sesuatu yang dapat terbenam.”
(S.iv.76).
Mencipta dan membuat merupakan sifat-sifat
Tuhan, yang dengan jalan itu Dia telah diberi sifat sejak pra kekekalan.
Padahal, tindakan dan sesuatu yang dilakukan bukan merupakan suatu hal yang
sama, begitu juga dengan membentuk dan membuat. Tapi jika tindakan dan sesuatu
yang dilakukan itu adalah sama, maka berarti makhluk-makhluk itu ada dengan
sendirinya, sebab hubungan (ma’na) antara Tuhan dengan mereka tidak ada,
kecuali bahwa mereka sebelumnya tidak ada lalu ada.
Tapi dengan sebagai ari mereka menolak
doktrin di atas dan mempertahan pendapat bahwa hal itu mengisyaratakan bahwa
penciptaan itu maujud-bersama dengan Tuhan dan pra-kekekalan.
Mereka mengakui bahwa Dia tidak berhenti
menjadi Pengausa, Tuhan dan Rabb, tanpa rakyat atau abdi. Oleh sebab itu,
dengan cara yang sama, bolehlah dakatakan baha Dia adalah Pencipta, Pembuat dan
Pembentuk tanpa ada ciptaan, buatan atau bentukan.
Kembali ke Daftar isi Kitab
Untuk kitab asli bahasa Arab silahkan Download Disini.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :