بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
{AJARAN KAUM SUFI}
Karya
Ibn Abi Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ya’qub Al-Bukhari Al-Kalabadzi
6.
AJARAN KAUM SUFI TENTANG
SIFAT-SIFAT TUHAN
Mereka mengakui bahwa Tuhan memliki
sifat-sifat yang nyata, dan bahwa Dia disifatkan dengan sifat-sifat tersebut,
yaitu : berpengathuan, kuat, berkuasa, besar, berbelas kasih, bijaksana, agung,
makakuasa, kekal, hidup, berkehendak, berfirman. Semua ini bukan merupakan
badan, aksiden atau elemen. Mereja juga mengakui bahwa Dia memiliki
pendengaran, penglihatan, wajah dan tangan, yang dalam kenyataannya tidak
seperti pendengaran, penglihatan, wajah dan tangan yang biasa. Mereka mengakui
bahwa ini semua merupakan sifat-sifat Tuhan, buaknnya anggota, kaki tanganatau
bagian-Nya; bahwa semua itu bukan Di atau selin Dia; dan bahwa adanya semua itu
tidak mengisyaratakan bahwa dia membutuhkan mereka. Atau bahwa Dia melakukan
segala sesuatu dengan menggunakan mereka. Makna mereka merupakan sangkalan atas
kebalikan mereka, yaitu makna yang merupakan pernyataan tegas bahwa keduanya
ada dalam diri mereka sendiri, dan hidup karena Dia. Sebab pengeathuan itu
tidak mengisyarakatkan sangkalan atas kebodohan, atau bahwa kekuasaan
semata-mata mengandung arti sangkalan atas kelemahan; dalam hal yang bertama,
pernyataan itu juga merupakan suatu penegasan pengetahuan, dan dalam hal yang
ke dua penegasan kekuasaan. Jika seseorang memiliki pengetahuan karena dia
tidak memiliki kebodohan, atau jika dia memiliki kekuasaan, hanya karena dia
tidak memiliki cukup kelemahan, maka sangkalan atas kebodohan dan kelemahan
itulah yang mengandung arti bahwa orang itu memiliki pengetahuan dan kekuasaan;
dan demikian juga halnya dengan semua sifat lain. Fakta bahwa kami memerikan
Tuhan sebagai yang memiliki semua sifat itu, tidak lantas berarti bahwa kami
melimpahkan sifat atas-Nya; pemerina kami semata-mata merupakan penyifatan oleh
kami sendiri, suatu nilai yang kami berikan pada sifat yag ada karena Dia. Jika
ada orang mengatakan bahwa pemeriannya tentang Tuhan memiliki suatu sifat
sejati, maka dia adalah seorang penipu yang nyata-nyata melawan Tuhan, sebab
dia menyifati Tuhan dengan sifat yang tidak benar. Masalah ini tidak seperti
penyebutan biasa, sebab seseorang mungkin saja “disebut” merupakan sifat dari
orang yang menyebutkannya, bukan yang disebut. Orang yang disebut itu disebut
dengan sebutan orang yang menyebutnya, tapi seseorang dinilai tidak dengan
pemerian orang yang memerikannya. Nah, jika penyifatan oleh orang yang
memerikan itu merupakan sifat Tuhan, maka penyifatan oleh orang-orang musyrik
dan orang-orang kafir akan menjadi sifat-Nya, seperti anggapan bahwa Tuhan itu
beristeri, putra dan sateru. Tapi Tuhan telah menyucikan diri-Nya sendiri dari
penyifatan mereka itu ketika Dia berfirman : “Maha Suci, dan Maha Tinggi Dia
dari segala yang mereka perikan!. (S.VI,100). Tuhan Yang Maha Tinggi disifati
dengan sifat yang ada karena Dia, dan tidak terpisah dari Dia, Maka Dia
berfirman : “Sedang mereka tidak mengetahui sedikit pun Ilmu Tuhan itu. (S.ii,
256). Dia juga berfirman : “Tuhan menurunkannya dengan perhitungan ilmu-Nya.”
(S. iv, 164) dan Tidak seorang wanita pun yang mengandung dan melahirkan,
melainkan dengan setahu Dia.” S.xxxV.12) dan lagi : “Yang mempunyai kekuatan
yang amat tangguh.” (S.Li.58). Allah mempunyai karunia yang besar.”
(S.Lvii.29). Allah itu Maha Kaya, Tumpuan Puji.” (S.xxxv.11). Yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan.” (S.Lv.78).
Mereka juga mengakui bahwa sifat-sifat-Nya
tidaklah bermacam-raam, tidak juga sama; bahwa pengetahuan-Nya tidak dama
dengan kekuatan-Nya, bukan pula sesuatu yang lain dari kekuatan-Nya, dan
demikian juga dengan semua siat-Nya, seperti pendengaran, penglihatan, wajah
dan tangan ---- pendengaran-Nya tidak sama dengan penglihatan-Nya, tidak juga
sesuatu yang lain dari penglihatan-Nya, demikian juga sifat-sifat-Nya
bukanlaepelikan-kepelikan esensi (Tuhan).” h Dia, tapi juga bukan selain Dia.
Mereka berselisih mengenai masalah
campurtangan, kedatangan dan turunnya Dia. Sebagian besar mereka beranggapan
bahwa ini semua merupakan sifat-sifat-Nya, sepanjang tiga masalah itu sesuai
dengan Dia, tapi ketiganya tidak diungkapkan dalam sebagian besar sitiran dan
kisah-kisah (Yitu al-Qur-an dan Hadits), sekalipun begitu, orang harus
mempercayainya tanpa sangsi lagi. Muhammad ibn Musa al-Wasithi berkata :
“Karena esensi-Nya tidak ada penyebabnya, maka sifat-sifat-Nya pun tidak ada
penyebabnya pula: berusaha menunjukkan kekekalan itu berarti menghilangkan harapan
untuk memahami segala sesuatu dari hakikat sifat-sifat itu atau atau
kepelikan-kepelikan esensi (Tuhan),” Salah seorang tokoh Sufi memberi
penafsiran esoteris atas sifat-sifat ini dengan mengatakan : “Makna campur
tangan-Nya adalah bahwa Dia membawa sendiri apa yang Dia kehendaki; sedangkan
makna turunnya Dia ke sebuah benda adalah bahwa Dia mendekatkan benda itu pada
diri-Nya. Kedekatan-Nya berarti perkenan-Nya dan kejauhan-Nya berarti
penghinaan oleh-Nya; dan begitu juga halnya dengan semua sifat yang masing-masing
bermakna ganda ini.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :