بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah
Kitab
“AN-NASHA’IH”
NASIHAT-NASIHAT “SANG SUFI”
Karya:
IMAM
ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD
“AL-MUHASIBI”
--000--
NASIHAT KE - 34
Perilaku Para Ulama
Saudara-saudaraku! Apabila engkau melihat kebanyakan orang senang
memamerkan ilmunya, perilaku mereka saling melecehkan satu sama lain, hati
mereka saling bertentangan, dan jiwa mereka saling berbeda, hendaklah engkau
merahasiakan urusanmu dengan berbagai cara, serta jadikanlah dirimu tidak suka
terhadap popularitas dan perdebatan, senang akan ketidak tenaran, menyukai
tindakan mengasingkan diri dan menyendiri; di tengah masyarakat merasa
terasing; dan senang kepada kesunyian dan sikap diam. Tidak ada seorang pun
yang mempunyai kesalahan melainkan Allah akan meminta pertanggungjawabannya
tentang apa yang dikehendaki dengan kesalahn itu. Oleh karena itu, wahai saudara-saudara,
janganlah kalian coba-coba mengajukan diri untuk dimintai pertanggungjawaban
oleh Allah SWT, terutama dalam hal yang engkau tidak memiliki kepentingan
terhadapnya.
Saudara-saudaraku! Bilamana engkau terpaksa menampakan sedikit
ilmumu, hendaklah engkau lakukan itu karena Allah semata dan berdiskusilah
seperlunya untuk memberikan penjelasan kepaa para murid, karena jika tidak,
dikhawatirkan termasuk katagori menyembunyikan ilmu.
Sebenarnya, saling bertanya itu sering terjadi juga pada masa
orang-orang terdahulu, tetapi setiap orang di antara mereka hanya menghendaki
jawaban seperlunya dari yang lain. Bahkan di antara mereka terdapat orang yang
sangat luas ilmu pengetahuannya, banyak memahami bermagai masalah, sementara
tetangganya sendiri tidak mengetahui kemampuannya. Di antara sahabat ada yang
bekata :“Aku memperhatikan tiga ratus orang
badui, tidak seorang pun di antara mereka kecuali menginginkan jawaban
secukupnya dari mufti.”
Jika di antara kalian ada yang menonjolkan urusannya dan menampakkan ilmunya kemudian ia
mendapat tanggapan negatif serta dianggap bodoh dan salah, maka, dalam kondisi
seperti ini tidak ada jaminan bahwa tidak akan timbul kesombongan, kemarahan
dan dendam pada dirinya. Dan kalaupun pendapatnya ditanggapi positif, tetapi masih
tidak ada jaminan untuk tidak timbul fitnah, sikap berlagak dan bangga pada
dirinya. Apabila ia mengeluarkan pendapat tanpa didasari ilmu pengetahuan, maka
lebih tidak ada jaminan bahwa ia tidak terjerumus pada kekeliruan. Demikian
pula bila ia memaksakan diri berpendapat, padahal Allah SWT tidak menyukai
tindakan tersebut. Oleh karena itu, dapatkanlah keselamatan bersama sikap diam
dan tidak terkenal. Kemudian, bagaimana bila engkau sudah terlanjur tersohor,
disegani dan dihormati, pendapat dan pemikiranmu diperhatikan dan didengar,
masyarakat bersikap ridha atas keridhaanmu dan akan marah dengan kemarahanmu,
maka dalam kondisi demikian barangkali engkau secara tidak sadar terlibat
kebencian kepada orang-orang yang tidak sependapat denganmu, atau terlalu
berlebih-lebihan dalam bersikap loyal kepada orang-orang yang sependapat
denganmu, padahal Yang Maha Mengetahui segala yang gaib selalu memantau setiap
perubahan isi hatimmu. Maka, alangkah besarnya fitnah yang menimpa seorang
hamba kecuali orang yang dilindungi oleh Allah SWT! Inilah perbedaan keutamaan
antara dua orang, salah satunya senang menonjolkan ilmunya dan menyediakan diri
untuk bermacam-macam fitnah sehingga kadangkala ia selamat, kadang kala pula ia
celaka! Sementara yang lain menyembunyikan keadaannya sehingga ia selamat
berkat karunia dan perlindungan Allah SWT.
Sesungguhnya pada perilaku para pendahulu kita yang salih terdapat
teladan yang patut ditiru karena mereka senang terhadap ketidakpopuleran dan
lebih mengutamakan menutupi jati diri mereka dari pandangan orang lain. Padahal
mereka adalah pemimpin. Maka, bagaimana dengan orang-orang yang serba
kekurangan sedangkan ilmu mereka terkungkung dalam perhiasan dan kebanggaan.
Saudara-saudaraku! Hendaklah kalian berusaha untuk tiak menonjolkan diri dan
tidak ingin menjadi populer karena orang-orang yang gemar menonjolkan ilmunya
itu banyak jumlahnya. Nah, sekarang siapa yang suka terhadap pahala dan siapa
pula yang suka menyediakan diri terhadap siksa.?
Klik disini untuk kembali ke
awal (Daftar isi).
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Title : (An-Nashaih 34 ) Perilaku Para Ulama
Description : Terjemah Kitab “AN-NASHA’IH” NASIHAT-NASIHAT “SANG SUFI” Karya: IMAM ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD “AL-MUHASIBI” ...