بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah
Kitab
“AN-NASHA’IH”
NASIHAT-NASIHAT “SANG SUFI”
Karya:
IMAM
ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN AS’AD
“AL-MUHASIBI”
--000--
Klik disini untuk kembali ke awal (Daftar isi).
NASIHAT KE - 24
Memperbanyak Nawafil untuk melengkapi
fardhu
Saudara-saudaraku!
Apabila orang lain melaksanakan amalan sunnah dengan berpuasa dan shalat demi
untuk mencari pahala, ingat, utamakanlah niatmu dalam memperbanyak shalat
sunnah demi untuk menyempurnakan shalat fardhu, karena banyak cacatnya. Sebab,
cita-cita orang yang berakal dalam seluruh amalan kebajikannya dan amalan
sunnahnya adalah untuk menyempurnakan yag fardhu.
Telah sampai kepada kami,
sesungguhnya di atas Jahannam terdapat beberapa jembatan. Pada jembatan pertama
si hamba akan ditanya, maka jika imannya bebas dari nifaq, riya, keraguan dan
ujub, ia akan selamat. Tetapi, jika tidak, pasti ia akan terlempar ke neraka.
Lalu pada jembatan kedua ia akan ditanya tentang wudhu, mandi jinabah, tentang
shalat dan puasa, maka jika ia telah menjalankannya dengan sempurna, ia akan
selamat dan kalu tidak, ia akan terlempar ke neraka. Kemudian, pada jembatan
ketiga akan ditanya pula tentang zakat, haji, dan umrah. Maka jika ia telah
melaksanakannya dengan sempurna, selamatlah ia. Kalau tidak, akan terlemparlah
ia ke neraka. Semoga Allah SWT melindungi kita sekalian dari api neraka.
Di antara sahabat ada
yang berkata : “Pertama-tama yang bakal diperhitungkan dari si hamba pada hari kiamat ialah
Shalat wajib, maka jika ia sempurnakan shalatnya, ia akan selamat. Jika tidak.
Akan dikatakan kepadanya ‘Lihat! Apakah ia memiliki amalan sunnah? Maka jika ia
mempunyianya, akan disempurnakan kewajibannya dengan yang sunnah itu, tetapi
jika kewajibannya tidak sempurna sedang ia tidak memiliki amalan yang sunnah,
maka akan ditarik ujung rambut dan ujung kakinya, lalu dilemparkan ke neraka.” Semoga Allah melindungi kita sekalian dari hal demikian.
Telah sampai kepada
kami bahwa Allah STW berfirman : “Tidak selamat dari-Ku hamba Ku kecuali dengan melaksanakan apa
yang telah Aku wajibkan kepadanya.” Saudara-saudaraku,
kini aku yakin bahwa aku dituntut untuk melaksanakan kewajiban yang belum
sempurna, bahkan tidak pula mendekati kesempurnaan, padahal aku juga menemukan
kekurangan dalam amalan sunnahku lebih berlipat lagi. Maka, sempitlah dadaku
sehingga aku khawatir bahwa kewajiban yang tidak pernah sempurna itu menjadi
sia-sia, lalu ditambah pula dengan amalan sunnah yang ternyata lebih tidak
berguna. Nah, bagaimana akan menjadi baik, pakaian compang-camping yang
ditambal dengan tambalan yang buruk. Maka akupun yakin tentang amalan yang jauh
dari kesempurnaan dan aku pun khawatir bahwa diriku akan terlempar bersama
orang-orang yang terlempar. Sehingga akhirnya terpaksa aku berusaha keras untuk
menunaikan segala kewajiban dengan sesempurna mungkin, namun tetap sangat butuh
kepada amalan sunnah untuk menutupi kekurangan dalam batasan-batasannya. Di
sampiing itu, akupun sangat memerlukan perbuatan-perbuatan kebajikan untuk
menutupi keburukan-keburukan ku, dan hal itu cukup membuatku sibuk dari tujuan
mencari pahala melalui amalan sunnah. Sungguh aku telah banyak sekali
mengabaikan batasan-batasan kewajiban. Maka, renungkanlah urusan kalian, dan
jika apa-apa yang telah menimpaku berupa kelalaian telah menimpa kalian pula
meski hanya sebagiannya, perbanyaklah amalan sunnah untuk menyempurnakan
kewajiban tersebut! Sebab, telah sampai kepada kami bahwa Allah SWT tidak
menerima amalan sunnah sebelum kewajiban (yang fardhu) dilaksanakan. Dan telah
sampai kepada kami pula bahwa kekurangan dalam kewajiban bakal ditutupi
bilangannya dengan amalan-amalan sunnah bila amalan sunnah itu memadai.
Demikian pula dengan kekurangan yang terdapat pada zakat, dapat ditutupi dengan
sedekah bila memang sedekah itu memadai, dan seperti inilah seterusnya seluruh
amalan kebajikan yang lainnya.
Adapun orang-orang berakal yang
selalu menjunjung tinggi hukum-hukum Allah, maka jika ia sangat gemar
melaksanakan amalan sunnah, biasanya yang dominan dalam hati dan niatnya adalah
melaksanakan kewajiban terhadap Allah, kemudian ia sempurnakan kekurangannya
dengan amal kebajikan yang banyak tersebut. Tidak hanya
memperrbanyak, namun sudah seharusnya bahwa tujuan dan niatnya adalah untuk
menyempurnakan hak-hak Allah SWT dengan rasa prihatin terhadap kekurangannya.
Itulah akal yang paling utama, niat yang paling baik, dan amalan yang paling
tinggi nilainya serta paling berat bobotnya. Rasulullah saw. Telah mensifati
orang-orang seperti itu melalui sabdanya : “Ingatlah,
sesungguhnya orang-orang yang beramal itu, mereka adalah Ulama Allah, yang
memahami Allah dan mengerti tetang-Nya serta menjalankan kewajiban mereka
terhadapt-Nya.” Sampai kepada ucapan Beliau : “Merekalah orang-orang pilihan Allah
di antara makhluk-Nya.” Inilah pperbedaan keutamaan antara dua orang, yang satu, tujuan
dan niatnya adalah untuk menyempurnakan amal perbuatan demi Junjungannya, tidak
peduli akan diberi pahala atau tidak untuk hal demikian. Sedang yang lain
bagaikan orang upahan jahat yang hanya menuntut upah, padahal sebenarnya ia
hanya merusak pekerjaan-pekerjaan orang yang mengupahnya. Tentu saja orang
seperti ini sebenarnya lebih pantas untuk mendapatkan ssangsi dari upah, karena
amemang selamanya ia hanya meminta upah pada sesuatu yang dapat mendatangkan
sangsi. Seorang tokoh Ilmu Pengetahuan berkata : “Sekelompok orang merasa telah
telah mengerjakan perbuatan-perbuatan taat yang banyak, tetapi ketika berada di
hadapan Allah, mereka mencari-cari pahala dari perbuatan mereka dahulu, namun
mereka malah menemukan bahwa ternyata Allah SWT telah membuat perhitungan
dengan mereka sampai kepada hal kecil seberat atom. Sehingga nampaklah bagi
mereka dari Allah SWT apa yang tidak mereka kira sebelumnya.”
Oleh karena itu,
Wahai saudara-saudaraku, jadikanlah tujuan utamamu dalam memperbanyak amalan
sunnah hanya untuk menutupi kekurangan pada amal perbuatan yang wajib. Karena
itulah niat yang paling utama, tujuan yang paling mulia dan paling cocok dengan
kecintaan Allah SWT. Dari titik inilah sebagian orang dapat mengungguli
sebagian yang lain dan mereka saling melebihi dalam keutamaan. Semoga Allah memberikan
Taufik kepada kita sekalian untuk setiap kebaikan melalui rahmat-Nya. Aamiin.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :