بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH
KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
Karya:
Abul Qasim Abdul Karim Hawazin Al Qusyairi An Naisaburi
BAB 2.
TERMINOLOGI TASAWUF
(Istilah kata-kata
dalam bahasa tasawuf)
15.
LAWAIH, LAWAMI’ DAN THAWALI’
Kata-kata tersebut makananya saling
berdekatan, nyaris tidak ada perbedaan besar. Kata tersebut merupakan
sifat-sifat dari orang yang sedang dalam tahap permulaan (bidayat). Mereka yang
sedang menaiki tahap dalam kalbu. Sehingga cahaya matahari ma’rifat tidak
menetap abadi dalam diri mereka. Namun Allah swt. mendatangkan rezeki kalbunya dalam
setiap saat.
Sebagaimana Allah swt. berfirman :
“Bagi mereka rezeki mereka di dalam
surga, pagi dan petang.” (Qs. Maryam : 62).
Apabila langit kalbu dipenuhi mega
dunia, terbayanglah kilatan kasyaf bagi mereka, dan tampaklah kilatan taqarrub.
Mereka dalam zaman yang menutup mereka, sedang mereka mengintai ekjutan kilatan
itu. Mereka seperti digambarkan dalam syair :
Wahai kilatan yang cemerlang
Dari sayap-sayap lagnit yang
benderang
Lawaih sebagai tahap pertama,
disusul Lawami’, kemudian Thawali’. Lawaih seperti kilatan cahaya, tidak akan
tampak sehingga cahayanya tertutup. Dalam syair dikatakan :
Kami berpisah setahun
Ketika kami bertemu
Seakan salamnya padaku
Salam selamat tinggal
Mereka berkata :
Wahai orang yang berjalan,
Dan bukan pezarah sebenarnya
Seakan ia terkena api
Lewat di depan pintu rumah tergesa-gesa
Padahal tak ada bencana
Jika ia memasukinya
Sedangkan Lawami’ lebih jelas
daripada Lawaih. Hilangnya cahaya tidak secepat itu. Lawami’ disinari cahaya
beberapa waktu. Namun seperti ucapan syair : Dan mata menangis, tak
puas-puasnya memandang.
Dalam syair mereka berkata pula :
Tak sampai air wajahnya di
mata
Kecuali telah penuh
Sebelum puasnya mendekat
Bila telah tampak cahayanya, ia memutus
dirimu dan mengumpulkanmu dengan cahaya itu. Tetapi cahaya siangnya tidak
berlalu sampai pasukan-pasukan malam menyerang. Mereka beada di antara pasukan
Ruh dan Nuh. Karena mereka berada di antara Kasyaf dan Sitr. Mereka bersyair :
Sedang malam mengandung kita
Dengan dinginnya yang mencekam
Sementara subuh, menyingkap selimut
kita.
Thawali’ lebih lama dan abadi
waktunya, lebih kuat dominasinya dan lebih abadi ketetapannya. Thawali’ mampu
menghapus kegelapan dan menyirnakan keraguan. Tetapi tetap berada dalam bisikan
yang lenyap. Tidak terlalu tinggi, tidak pula berdiam abadi. Waktu-waktu
memperolehnya dengan perjalanan yang cepat dan ihwal lenyapnya berbuntut
panjang.
Makna-makna dari Lawaih, Lawami’ dan
Thawali’ tersebut berbeda-benda disiplinnya. Antara laian, ketika kehilangan
jejak, tidak sedikitpun memberkas. Sepeti kilatan-kilatan, ketika lenyap,
seakan-akan malam panjang nan abadi yang ada. Ada pula yang meninggalkan bekas,
apabila hllang angkanya, yang ada tinggal dukanya. Apabila cahaya-cahayanya
asing, yang tetap beks-bekasnya. Orang akan berada di tahap tersebut setelah
menghuni luapannya, hidup dalam sorotan berkatnya. Lanatas pada hamparan ke dua
kalinya, ia berharap dengan waktunya untuk menunggu kembalinya cahaya itu, dan
ia hidup dengan sesuatu yang ditemui, pada saat adanya itu.
Kembali ke Bab 2(dua) (Istilah kata-kata dalam bahasa tasawuf)
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :