بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
SULUK LINGLUNG SUNAN KALI JAGA
Banyak pelajaran yang bisa kita
ambil dari pengalaman hidup, baik itu pengalaman hidup pribadi maupun orang
lain. Orang Jawa menyebut belajar pada pengalaman orang lain itu sebagai “kaca
benggala”. Nah, kini kita belajar pada pengalaman dari Kanjeng Sunan Kalijaga.
Ketika itu, Kanjeng Sunan Kalijaga yang juga dijuluki Syech Malaka berniat
hendak pergi ke Mekkah. Tetapi, niatnya itu akhirnya dihadang Nabi Khidir. Nabi
Khidir berpesan hendaknya Kanjeng Sunan Kalijaga mengurungkan niatnya untuk
pergi ke Mekkah, sebab ada hal yang lebih penting untuk dilakukan yakni kembali
ke pulau Jawa. Kalau tidak, maka penduduk pulau Jawa akan kembali kafir.
Bagaimana wejangan dari Nabi Khidir pada Kanjeng Sunan Kalijaga? Hal itu
tercetus lewat Suluk Linglung Sunan Kalijaga. Inilah kutipan wejangannya:
Birahi ananireku,
aranira Allah jati.
Tanana kalih tetiga,
sapa wruha yen wus dadi,
ingsun weruh pesti nora,
ngarani namanireki
Timbullah hasrat kehendak Allah
menjadikan terwujudnya dirimu;
dengan adanya wujud dirimu
menunjukkan akan adanya Allah dengan sesungguhnya; Allah itu tidak mungkin ada
dua apalagi tiga.
Siapa yang mengetahui asal muasal
kejadian dirinya,
saya berani memastikan bahwa orang
itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri.
Sipat jamal ta puniku,
ingkang kinen angarani,
pepakane ana ika,
akon ngarani puniki,
iya Allah angandika,
mring Muhammad kang kekasih.
Adapun sifat jamal (sifat
terpuji/bagus) itu ialah, sifat yang selalu berusaha menyebutkan, bahwa pada
dasarnya adanya dirinya, karena ada yang mewujudkan adanya. Demikianlah yang
difirmankan Allah kepada Nabi Muhammad yang menjadi Kekasih-Nya.
Yen tanana sira iku,
ingsun tanana ngarani,
mung sira ngarani ing wang,
dene tunggal lan sireki iya Ingsun
iya sira,
aranira aran mami.
Kalau tidak ada dirimu, Allah tidak
dikenal/disebut-sebut; Hanya dengan sebab ada kamulah yang menyebutkan
keberadaan-Ku; Sehingga kelihatan seolah-olah satu dengan dirimu. Adanya AKU,
Allah, menjadikan dirimu. Wujudmu menunjukkan adanya Dzatku.
Tauhid hidayat sireku,
tunggal lawan Sang Hyang Widhi,
tunggal sira lawan Allah,
uga donya uga akhir,
ya rumangsana pangeran,
ya ALLOH ana nireki.
Tauhid hidayah yang sudah ada
padamu, menyatu dengan Tuhan. Menyatu dengan Allah, baik di dunia maupun di
akherat. Dan kamu merasa bahwa Allah itu ada dalam dirimu.
Ruh idhofi neng sireku,
makrifat ya den arani,
uripe ingaranan Syahdat,
urip tunggil jroning urip sujud
rukuk pangasonya,
rukuk pamore Hyang Widhi.
Ruh idhofi ada dalam dirimu.
Makrifat sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat (kesaksian), hidup tunggal dalam
hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya. Rukuk berarti dekat dengan Tuhan
pilihan.
Sekarat tananamu nyamur,
ja melu yen sira wedi,
lan ja melu-melu Allah,
iku aran sakaratil,
ruh idhofi mati tannana,
urip mati mati urip.
Penderitaan yang selalu menyertai
menjelang ajal (sekarat) tidak terjadi padamu. Jangan takut menghadapi
sakratulmaut, dan jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu dengan Allah.
Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat. Ruh idhofi tak akan mati;
Hidup mati, mati hidup.
Liring mati sajroning ngahurip,
iya urip sajtoning pejah,
urip bae selawase,
kang mati nepsu iku,
badan dhohir ingkang nglakoni,
katampan badan kang nyata,
pamore sawujud, pagene ngrasa
matiya,
Syekh Malaya (Sunan Kalijogo) den
padhang sira nampani,
Wahyu prapta nugraha.
Mati di dalam kehidupan. Atau sama
dengan hidup dalam kematian. Ialah hidup abadi. Yang mati itu nafsunya. Lahiriah
badan yang menjalani mati. Tertimpa pada jasad yang sebenarnya. Kenyataannya
satu wujud. Raga sirna, sukma mukhsa. Jelasnya mengalami kematian! Syeh Malaya
(S.Kalijaga), terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan hatimu yang lapang.
Anugerah berupa wahyu akan datang padamu.
Dari wejangan tersebut kita bisa
lebih mengenal GUSTI ALLAH dan seharusnya manusia tidak takut untuk menghadapi
kematian. Disamping itu juga terdapat wejangan tentang bagaimana seharusnya
semedi yang disebut “mati sajroning ngahurip” dan bagaimana dalam menjalani
kehidupan di dunia ini
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :