بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
{AJARAN KAUM SUFI}
Karya:
Ibn Abi Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ya’qub Al-Bukhari Al-Kalabadzi
62.
AJARAN KAUM SUFI MENGENAI PEMERIAN MA’RIFAT
Al-Hasan
ibn Ali ibn Yazdaniyar ditanya : “Kapankah ahli ma’rifat itu bersama Tuhan?”
Dia
menjawab : “Ketika kesaksian itu muncul dan kesaksian-kesaksian itu hilang,
indera-indera itu lenyap dan ketulusan musnah.”
Ketika
dia mengatakan : “Kesaksian itu muncul. Maksudnya adalah kesaksian Tuhan, yaitu
apa yang dilakukan-Nya terhadap Sufi itu sebelumnya, kebaikan-Nya dan
pemberian-pemberian ma’rifat, pengesaan dan iman kepada-Nya yang begitu banyak,
pemikiran akan hal ini akan menyebabkan tindakan-tindakan para Sufi itu
sendiri, kesalehan dan kepatuhannya sendiri, akan lenyap dari benaknya. Lalu
dia akan melihat bahwa sebagian besar dirinya tertelan dalam sebagian kecil
dari Tuhan, meski yang demikian Tuhan itu banyak dan yang dimilikinya sedikit.
Keluruhan
kesaksian adalh hilangnya pemikiran akan orang-orang lain, apakah mereka akan
merugikan atau menguntungkan, menyalahkan ayau memuji, sementara lenyapnya
indera-indera itu dicontohkan di dalam hadits (Qudsi) ini : “Lewat aku dia
berkata dan lewat aku dia melihat.”.
Musnahnya
ketulusan berati bahwa ketika Sufi itu memikirkan sifatnya sendiri --- sebab
sifatnya tunduk kepada penyebab, seperti dirinya sendiri – dia tiak lagi
menganggap dirinya tulus, dan tidak lagi menganggap tindakan-tindakannya pernah
atau kan tulus.
Dzul Nun
ditanya : “Bagaimanakah kesudahan ahli Ma’rifat itu?” Dia menjawab : “Ketika
dia tetap seperti dia sebelumnya di tempat dia sebelumnya di hadapan sesuatu
yang dihadapinya sebelumnya.” Dengan ini, yang dimaksudkannya adalah bahwa dia
merenungkan Tuhan dan tindakan-tindakan-Nya, bukannya merenungkan dirinya
sendiri dan tindakan-tindakannya. Yang lain berkata : “orang yang paling
mengenal Tuhan adalah orang yang paling bingung.”
Dzu’l Nun
ditanya : “Apakah langkah pertama yang harus diambil oleh ahli ma’rifat?” Dia
menjawab : “Kebingungan, sesudah itu kebutuhan, sesudah itu penyatuan, sesudah
itu kebingungan.”
Kebingungan
yang pertama adalah pada tindakan-tindakan dan karunia-karunia Tuhan terhadap
dirinya; sebab, dia merasa bahwa rasa syukurnya kepada Tuhan tidak sesuai
dengan karunia Tuhan itu, dan dia tahu bahwa dia perlu bersyukur lantaran
karunia-karunia itu; bahkan, jika dia bersyukur, kesyukurannya merupakan suatu
karunia yang harus disyukurinya. Dia merasa bahwa tindakan-tindakannya tidak
cukup patut untuk membawanya bertemu Tuhan; sebab dia mengecilkan arti tindakan-tindakan
itu, menganggap tindakan-tindakan itu sebagai kewajibannya, yang tidak akan
terhapuskan dalam keadaan apapun.
Dikatakan bahwa Al-Syibli pada suatu
kesempatan berdiri untuk bersembahyang, dan menanti lama sekali, sesudha itu
bersembahyang; dan setelah dia selesai bersembahyang dia berkata : “Aduh! Jika
aku berdoa, aku menyangkal, dan jika aku tidak berdoa, aku tidak bersyukur.”
Yang dimaksudkannya : “ Aku menyangkal besarnya kebaikan dan sempurnanya
karunia (Tuhan), kalau aku bandingkan itu dengan tindakan bersyukurku yang
buruk itu. Lalu dia mulai bersyair :
Kini, terrpujilah Tuhan, bahwa
aku bagaikan seekor kodok
Yang makanan pokonya tersedia di
air dalam
Dan membuka mulutnya, dan segera
penuh;
Ia mempertahankan kedamaiannya,
dan pasti mati dalam kesedihan
Kebingungan
yang kedua adalah di dalam keliaran tanpa penyatuan yang tak berarah, yang di
dalamnya pengertian ahli ma’rifat itu lenyap dan akalnya menciut di hadapan
kebesaran kekuasaan, pesona dan keagungan Tuhan. Telah dikatakan : “Di sisi
pengesaan ini terdapat keliaran yang di dalamnya pikiran-pikiran itu lenyap.”
Abu’l-Sauda bertanya kepada salah seorang tokoh besar Sufi : “Apakah ahli
ma’rifat itu memiliki kesempatan (waqt)?” Dia menjawab : “Tidak,” Yang lain
bertanya : “Mengapa tidak?” Tokoh Sufi itu menjawab : “Sebab, kesempatan adalah
suatu jarak waktu untuk penyegaran setelah kemarahan, dan ma’rifat itu
(bagaikan) ombak yang menarik (ahli ma’rifat), terkadang mengangkatnya,
terkadang membantingnya, dan kesemepatannya itu hitam dan gelap.” Lalu dia
berkata :
Ma’rifat membuat satu tuntutan,
dan hanya satu;
Bahwa, segala sesuatu darimu
harus dihapuskan.
Maka, ketika penyelidikan panjang
itu dimulai pertama kali,
Yang mencari, belajar menjaga
kemurnian pandangannya
Faris
berkata : “Ahli ma’rifat adalah seseornag yang pengetahuannya merupakan suatu
keadaan kejiwaan, dan yang geraknnya berlimpah-limpah.” Junaid, ketika ditanya
mengenai ahli ma’rifat berkata : “Warna air itu adalah warna wadahnya.”
Yang
dimaksudkannya adalah bawa dalam setiap keadaan dia mengikuti apa yang lebih
patut; nah, keadaan-keadaannya itu berbeda-beda, maka dia disebut :Putera sang
waktu>”
Dzu’l Nun berkata, untuk menjawab pertanyaan yang sama : “Dia ada di
sisi dan kemudian pergi,” yang berarti bahwa ahli ma’rifat itu tak pernah
terlihat pada dua kesempatan dalam keadaan yang sama, sebab dia diawasi oleh
Yang lain.
Puisi berikut ini dianggap sebagai gubahan Ibn
Atha :
Andaikan waktu punya lidah ‘tuk
berbicara, maka ‘kan bertutur..
Bahwa dalam selubung hasrat aku
senang;
Tapi, waktu tak tau tingkatku
yang sejati lagi tinggi,
Karena kuselalu bergerak ke suatu
ketinggian..
Sahl ibn
Abdillah berkata : “Keadaan pertama dalam ma’rifat adalah ketika sang Sufi
mendapatkan suatu kepastian di dalam hatinya, yang dengan itu anggota-anggota
tubuhnya menjadi tenang, dan suatu sifat kebenaran di dalam anggota-anggota
tubuhnya yang dengannya dia merasa aman di dunia ini, serta suatu kehidupan di
dalam jiwanya yang dengannya dia mencapai kemenangan di dalam keadaannya yang
mendatang.”
Oleh
karena itu, ahli ma’rifat telah berusaha keras untuk melaksanakan tugasnya
terhadap Tuhan, dan ma’rifatnya merupakan suatu perwujudan apa yang telah
diberikan oleh Tuhan kepadanya, oleh karena itu dia sungguh-sungguh berpaling
dari segala sesuatu demi Tuhan. Tuhan berfirman
: “Engkau melihat air mata mereka bercucuran, disebabkan apa yang mereka
ketahui sebagai kebenaran.” Barangkali, yang mereka maksud dengan “mereka
diketahui sebagai kebenaran” adalah yang telah mereka ketahui sebagai kebaikan Tuhan dan
pencarian-Nya akan diri mereka, berpalingnya Dia kepada mereka serta
terpilihnya mereka di antara kerabat-kerabat mereka.
Begitulah
halnya dengan Ubai ibn Ka’ab. Nabi berkata kepadanya : “Sesungguhnya, Tuhan
telah memerintahkan aku untuk menyitir (ayat-ayat suci) di hadapanmu.”
Ubai
berkata : “Wahai Rasul Allah! Adakah aku disebutkan di situ?” Nabi berkata :
“Ya”. Maka Ubai lalu meratap, sebab dia tidak melihat ada keadaan yang di
dalamnya dia bisa menghadap Tuhan, tak ada syukur yang bisa menyamai karunia
Tuhan, tak cukup ingatannya akan Dia; oleh karena itu dia bungkam saja, lalu
meratap.
Nabi juga berkata kepada haritsah : “Kau telah
tahu, maka berpeganglah erat-erat (padanya).”
Beliau menuturkan kepadanya ma’rifat itu, dan
menyuruhnya berpegang erat-erat padanya, tanpa memberi tanda kepadanya dengan
tindakan apa pun.
Ketika ditanya mengenai ahli ma’rifat, Dzu’l
Nun berkata : “Dia adalah orang yang meskipun menyatu dengan ma’rifat itu,
terpisah darinya.”
Sahl
berkata : “Mereka yang memiliki ma’rifat Tuhan adalah sebagai oarng-orang dari
A’raf, yang mengenal satu sama lain dengan tanda-tanda; Tuhan telah menempatkan
mereka pada keadaan mereka, dan mengangkat mereka tinggi-tinggi melebihi kedua
tempat itu, memberi mereka pengetahuan mengenai dua kerajaan itu.”
Salah seorang tokoh Sufi menulis baris-baris
puisi ini :
Sayang nian, mereka yang telah
menjalani
Kehdipan dunia ini, dan pergi di
jalan mereka sendiri!
Bertahun-tahun sudah ku berlomba
dengan mereka;
Bagian yang mereka mainkan tak
bisa kumainkan;
Kehdupan mereka penuh rahasia dan
terpencil.
Di tengah suasana kesombongan
atau keningratan,
Manusia-manusia berseru, yang
melihat mereka dilucuti
Mereka tak terbentuk, tak
bernyawa!
Untuk
kitab asli bahasa Arab silahkan Download Disini)
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :