بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
{AJARAN KAUM SUFI}
Karya:
Ibn Abi Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ya’qub Al-Bukhari Al-Kalabadzi
61.
AJARAN KAUM SUFI MENGENAI PENGESAAN (TAUHID)
Pengesaan
itu memiliki tujuh unsur : pemisahan yang kekal dari yang sementara, Menempatkan
Yang Kekal di atas persepsi makhluk, tidak lagi menyekutukan gelar-gelar-Nya,
menghlangkan prinsip sebab akibat dari gelar ketuhanan, mengangkat Tuhan di
atas kekuasaan (makhluk) yang sementara untuk mempengaruhi atau mengubah Dia,
dan memuliakan Dia atas segala pembedaan dan penghitungan (mental) serta
menyatakan bahwa Dia lepas dari prinisp kias.
Muhammad
ibn Musa al-Wasithi berkata : “Pengesaan itu adalah bahwa segala kemampuan
lidah untuk berkata, atau segala kata untuk mengungkapkan, suatu pemuliaan atau
pelepasan atau pemisahan itu, ada penyebabnya; padahal, hakikatnya jauh dari
itu semua.” Maksudnya, semua ini termasuk dalam sifat-sifat atau gelar-gelar
pribadi, yang seperti manusia juga, ada pembuatnya dan penyebabnya; sedangkan
hakikat Tuhan itu adalah penyifatan oleh Dia Sendiri.
Salah seorang tokoh besar
Sufi berkata : “Pengesaan itu merupkana pemencilan dirimu sebagai seorang
individu tunggal, dan itu berarti Tuhan membautmu tidak menyaksikan dirimu
sendiri.” Faris berkata : “Pengesaan itu tidak benar sepanjang masih ada dalam
dirimu kaitan pelepasan. Jika pengesaan itu ada dalam pembicaraan, Tuhan tidak
melihat hati orang yang esa itu menyatu dengan-Nya, dan jika pengesaan itu ada
dalam keadaan (hal), maka orang yang percaya kepada yang esa itu mangkir dari
segala pembicaraan; tapi penglihatan akan Tuhan itu merupakan suatu keadaan
yang menyebabkan para Sufi melihat segala sesuatu yang menjadi milik Tuhan.
Bagaimana pun juga, tidak ada cara lain untuk mencapai pengesaan Tuhan, kecuali
dengan pembicaraan atau keadaan.
Salah
seorang tokoh Sufi berkata : “Pengesaan berarti pemisahan dari diri sendiri
sepenuhnya, tapi dengan satu syarat, yaitu melaksanakan sepenuhnya segala
sesuatu yang dibebankan atas dirimu dan bahwa tak ada sesuatu pun yang akan
kembali kepadamu untuk memisahkanmu dari Tuhan.” Maksudnya, seseorang harus
berusaha keras untuk melaksanakan tugasnya terhadap Tuhan, sesudah itu
membebaskan dirinya dari adanya kenyataan bahwa dia telah melaksanakan
tugasnya; pengesaannya melepaskannya dari sifat-sifatnya sendiri, dan karena
itu tidak ada sesuatu pun yang akan kembali kepadanya, sebab sifat-sifatnya itu
akan memishakannya dari Tuhan.
Al-Syibli
berkata : “Para Sufi itu tidak mencapai pengesaan yang sesungguhnya, sampai dia
merasa dilepaskan dari kesadarannya sendiri. Sebab Tuhan mengejawantah dalam
dirinya.”
Yang lain berkata : “Orang yang mempercayai
keesaan Tuhan adalah orang yang dipisahkan oleh Tuhan sepenuhnya dari kedua
dunia itu, sebab Tuhan melindunginya, dan Dia telah berfirman : “Kami adalah
teladan-teladan kamu dalam kehidupan di dunia ini dan nanti.”
Oleh karena itu Kami tidak menegembalikan kamu
kepada wujud (ma’na) yang laind dari Kami, di dunia kini maupun nanti. Inilah
tanda orang yang percaya kepada keesaan Tuhan itu; dalam dirinya tidak pernah
melintas suatu ingatan penghargaan kepada apa pun yang tidak mengandung hakikat di hadapan Tuhan.
Segala
kesaksian terpaling dari kesadarannya dan segala keinginan akan balas jasa
terlepas dari hatinya.” Dia tak melihat satu kesaksian pun, tak mengharapkan
satu balas jasa pun, tak mempelajari satu rahasia pun dan tak mengacuhkan satu
kebaikan pun. Sedangkan dalam( melaksanakan) tugas-tugasnya dia terselubung
dari (memperhitungkan bahwa dia telah melaksanakan) tugas-tugasnya; dan meskipun
dia teikat pada hasrat, ia mampu lepas dari hasrat itu.
Dia tidak
memiliki bagian dalam setiap bagian, sebab dia terkurung di dalam kecukupan
dari segala bagian. Tuhan adalah bagian yang paling mencukupi; kalau dia merasa
kurang dekat dengan Tuhan, maka dia
kekuarangan segala sesuatu; walaupun mungkin dia memiliki segala sesuatu, dan
kalau ddia menemukan Tuhan, dia merasa memiliki segala sesuatu, walau pun
mungkin dia tidak memiliki benda sebesar atom pun.” Yang dimaksudkan penulis
itu adalah bahwa sementara dia melaksanakan tugas-tugasnya, dia tidak melihat
bahwa dia sedang melaksanakan tugas-tugasnya; dia juga melepaskan dari segala
hasratnya, sementara dia melihat jiwanya mematikan hasrat-hasrat itu.
Bagian untuk dirinya dari Tuhanadalah kemaujudan
Tuhan; dia terkurung di situ, dan tak memiliki kekuatan untuk maju atau mundur.
Salah seorang tokoh Sufi menulis puisi ini :
Maka, Kebenaran diketahui dalam
ekstase,
Sebab, Kebenaran itu akan ada di
mana-mana;
Dan bahkan akal yang paling
cerdas pun gagal
Memahami rahasia ini
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :