بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
{AJARAN KAUM SUFI}
Karya:
Ibn Abi Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ya’qub Al-Bukhari Al-Kalabadzi
60.
AJARAN KAUM SUFI MENGENAI HAKIKAT MA’RIFAT
Salah
seorang Syeikh berkata : “Ma’rifat terdiri atas dua jenis; Ma’rifat kebenaran
dan ma’rifat hakikat. Ma’rifat kebenaran merupakan penegasan Keesaan Tuhan atas
sifat-sifat yang dikemukakan-Nya. Sedang ma’rifat hakikat adalah ma’rifat yang
tidak bisa dicapai dengan alat apa pun, disebabkan oleh sifat (Tuhan) yang tak
dapat ditembus dan tahkik ketuhanan-(Nya) mustahil dipahami; Tuhan berfirman :
“Sedang pengetahuan mereka tidak dapat menjangkau-Nya.” Dia adalah Yang Tak
Dapat Ditembus, Hakikat yang gelar-gelar dan sifat-sifatnya tak dapat dilihat.”
Salah
seorang tokoh Sufi berkata : “Ma’rifat adalah panggilan hati lewat berbagai
tafakur untuk menghayati ekstase-ekstase yang ditimbulkan oleh kegiatan zikir,
sesuai dengan tanda-tanda pengungkapan (hakikat) yang berurutan.” Maksudnya,
hati menyaksikan kekuasaan-Nya, dan merasakan besarnya kebesaran Tuhan dan
Mulia-Nya, Kehebatan-Nya, yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Al-Junaid
ditanya : “Apakah ma’rifat itu? Dia menjawab : “Ma’rifat adalah beradanya hati
di antara pernyataan kebesaran Tuhan yang tak bisa dipahami dan pernyataan
kehebatan-Nya yang tak bisa dirasakan.”
Pada saat lain dia ditanya dengan
pertanyaan yang sama dan dia menjawab : “Ma’rifat berarti mengetahui bahwa apa pun yang engkau bayangkan dalam
hatimu, Tuhan merupakan kebalikannya. Kenapa sampai terjadi kekacauan itu!
Tuhan tidak merupakan bagian dari orang mana pun, dan orang itu tidak merupakan
bagian dari Tuhan. Dia, adalah suatu kemaujudan yang bergerak ke sana ke mari
di dalam ketiadaan. Ungkapan itu tidak ditujukan untuk Dia; Seba
makhluk-makhluk itu didhului oleh sesuatu, dan yang didahului itu tidak dapat
memahami yang mendahului.” Arti kata-kata “Dia adalah suatu kemaujudan yang
bergerak ke sana ke mari di dalam ketiadaan” adalah bahwa orang yang mengalami
keadaan ini (adalah suatu maujud, dan seterusnya); dia (yaitu al-Junaid)
berkata bahwa dia ada dalam padangan mata dan penglihatan, tapi tidak dalam
pandangan gelar dan sifat.
Al-Junaid juga berkata : “Ma’rifat adalah pikiran
yang mempersaksikan masalah-masalah mengenai kepulangan, dan bahwa ahli ma’rifat
tidak memiliki kekuasaan, baik sehubungan dengan keberlebihan ataupun
kelemahan.” Yang dimaksudkannya adalah bahwa ahli ma’rifat tidak mempersaksikan
sendiri keadaannya, melainkan pengetahuan Tuhan kan dirinya, dan bahwa
kepulangannya adalah menuju tepat yang telah diadakan untuknya oleh Tuhan sejak
sebelumnya, dan bahwa dia di awasi oleh (Tuhan) baik dalam ibadah maupun dalam
kekuarangannya.
Salah
seorang tokoh Sufi berkata : “Kalau ma’rifat masuk ke dalam hati, hati tidak
mampu menanggungnya, ma’rifat bagaikan matahari yang sinarnya mencegah
pelahitnya merasakan batas dan esensinya.”
Ibn al-farghani berkata : “Yang mengetahui
bentuk (rasm) itu merasa bangga, yang mengetahui kesan (wasm) itu merasa
bingung, yang mengetahui yang telah pergi sebelumnya merasa tidak berdaya, yang
mentehaui Tuhan itu teguh, dan yang mengenal Yang Mahapengatur itu hina.” Yang
dimaksudkannya adalah bahwa jika seseorang bersaksi atas dirinya sendiri bahwa
dia melaksanakan tugas-tugasnya bagi Tuhan, da bertindak sia-sia, jika dia
bersaksi atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya sebelumnya, dia
bingung, sebab dia tidak tahu tentang pengetahuan Tuhan mengenai dirinya, atau apa
yang telah dituliskan oleh Pena mengenai dirinya, jika dia tahu bahwa apa yang
telah ditakdirkan untuknya itu tidak dapat dimajukan atau dimundurkan, dia
kurang pandai mencari; jika dia mengenal Tuhan, dan kekuasaan Tuhan atas
dirinya, dan bahwa cukuplah Tuhan itu baginya, dia teguh dan tidak dibingungkan
oleh hal-hal yang menakutkan atau oleh kebutuhan-kebutuhannya, dan jika ia tahu
bahwa Tuhan menguasai segala urusannya, dia merendahkan dirinya di bawah
ketetapan dan penilaian Tuhan.
Salah
seorang tokoh besar Sufi berkata : “Jika Tuhan memberinya pengetahuan mengenai
Dia, maka Dia menempatkan padanya ma’rifat yang membuatnya tidak merasakan
cinta, ketakutan, harapan, kemelaratan atau kekayaan, sebab semua ini merupakan
tujuan, dan Tuhan jauh dari itu.” Yang dimaksudkannya adalah bahwa dia
merasakan keadaan-keadaan ini, sebab keadaan-keadaan itu merupakan
gelar-gelarnya sendiri; dan gelar-gelarnya itu jauh dari cukup untuk
mendapatkan apa yang merupakan hak Tuhan. Puisi berikut ini dianggap sebagai
karya salah seorang tokoh besar Sufi :
Engkaulah pelindungku, Tuhan, dan
penjagaku,
Engkau jauhkan aku dari wabah
yang riuh;
Engkaulah harapanku di hadapan
laan-lawanku,
Dan kalu aku haus, Engkau puaskan
hausku,
Hamba Tuhan itu mengambil kuda,
sebab dia berharap
Dapat mendaki tebing surga
tertinggi yang rahasia,
Lalu, tenggelam dalam lorong tak
berujung;
Dia pelajari setiap mukjizat yang
dikandungnya.
Dia merobek perekat rahasia yang
mengandung
Obat ajaib bagi hati dia yang
mencintai;
Tapi ketika bertemu, dia begitu
takjub
Hingga, walau masih hidup, tampak
matilah dia.
Yang
dimaksudkannya adalah bahwa dia begitu takjub dan bingung dikarenakan perasaan
batinnya berupa penghormatan dan rasa terpesona akan Tuhan, sehingga ketika
orang melihat dirinya, dia tampak bagaikan sudah mmati, meskipun dia masih
hidup, dan meluruh dari memikirkan apa-apa yang menjadi miliknya, sebab dia
tidak memiliki sendiri kekuatan untuk memajukan atau memundurkan (apa yang
telah ditakdirkan oleh Tuhan).
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :