بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
" SURAT-SURAT SANG SUFI "
Muhammad Ibn ‘Abad
SURAT KE LIMA BELAS
Kepada
Yahya Al-Saraj. Nasihat yang dibutuhkan oleh setiap pencari yang
menginginkan tambahan dari Zat Maha Terpuji dan Mahakaya.
93.
Segala puji bagi Allah
semata.
Seseorang yang ingin
menempuh jalan kebenaran dan selamat dari Musuhnya, terbebas dari
bisikan-bisikan jiwa rendah yang sempit, dan ingin melapangkan inti wujudnya,
mestilah lurus perilaku lahiriah dan batiniahnya kepada Allah dalam segala
keadaan. Singkat kata, yang dibutuhkan guna memperoleh tambahan dari Allah
adalah rasa syukur.
Pondasi rasa Syukur ada dua : Pertama, mengakui keagungan
dan transendensi Tuhannya, dan mengetahui sifat-sifat agung dan Nama-nama-Nya
yang mulia; dan Kedua, menyadari kekecilan, kerendahan, kekurangan, serta
kelemahannya sendiri. Seseorang yang telah menyadari sepenuhnya kedua dasar
ini, akan memikirkan dirinya sendiri, kata-kata serta berbagai tindakan yagn
berkat Allah Swt terjadi dalam dirinya, dan juga memikirkan tahap-tahap yang
melaluinya Allah telah membawa dirinya. Dari sana dia bergerak maju – berkat
kemurahan, rahmat, kemahakuasaan, serta kebaikan berlimpah dari Allah kepadanya
– menuju ke tahap yang tak terpahami oleh intelegensi dan pemahaman. Dan dari
sana pula, cinta dan kekaguman menggerakkan orang tersebut untuk
bersyukur kepada Allah Swt, lantaran dia sepenuhnya menjadi peka pada nikmat
Allah dan pada cara bertindak yang mesti ditempuhnya di hadapan Allah.
Misalnya saja, manakala
seseorang melihat dirinya sebagai hamba yang patuh, dia bergembira dengan apa
yang diberikan oleh Tuhan kepadanya, kendatipun dia tidak memiliki kedudukan
penting dan layak menerimanya. Sungguh tak banyak orang yang menerima karunia
dan anugerah seperti itu! Kemudian, orang mestilah berkelakuan baik kepada
Allah dengan menyempurnakan kepatuhannya serta menghilangkan berbagai
kekurangannya, dengan niat suci demi Tuhannya, Allah Swt.
Orang yang memandang
dirinya dan berperilaku demikian, dan dengan begitu menghabiskan waktunya
dengan keaptuhan dan segala macam ibadah.
Situasi serupa akan
berlaku jika seseorang melihat dirinya memiliki kesehatan jasmani atau kekayaan
amteri, betapapun kecil jumlahnya. Hendaknya dia bergembira dengan itu, dan
bersyukur kepada Tuhannya atas hal itu, seraya mengetahui bahwa dia sebenarnya
tidak layak menerimanya. Dalam hal ini, perilaku yang tepat adalah memanfaatkan
dua berkah itu untuk mematuhi Tuhannya, Allah Swt, bukannya untuk menetang-Nya,
betapa banyak orang menderita sakit atau kemiskinan, yang menginginkan anugerah-anugerah
semisal itu, tapi tak pernah mendapatkannya!
94.
Begitu pula, manakala
seseorang ditimpa kemiskinan atau sakit atau juga sebagian coba dunia ini,
hendaknya diabergembira; sebab ia tengah dibimbing oleh sarana itu di sepanjang
jalan para wali dan orang-orang adil. Dia mestilah menemukan kegembiraan dalam
anugerah Tuhannya, Allah Swt, lantaran dia belumlah beroleh ujian yang lebih
berat, sebagaimana yang diterima banyak orang lainnya. Baginya, perilaku yang
tepat berupa kesabaran dan kepasrahan, tidak menggerutu dan mengeluh, berdoa
kepada Allah Swt. atas berlimpahnya nafkah kehidupan dan tiadanya lagi berbagai
bahaya, serta memohon kesejahteraan dalam urusan keagamaan dan dunia serta
dalam kehidupan akhirat kelak.
Jika orang seperti ini mampu mengambil manfaat
dari kekayaan materi dan pengobatan medis bagi sakitnya, dia mestilah melakukan
yang demikian itu; sebab, yang demikian itu juga merupakan perilaku yang tepat.
Dan dia mesti bersyukur, bahwa Allah Swt. memberikan kesempatan itu kepadanya.
Demikian juga, jika
seseorang berdosa, lalai, atau bertindak tidak pantas, dia harus dapat
memperhatikan berkah dan rahmat Allah yang tersembunyi dalam kondisi itu.
Sebab, yang demikian itu akan mendorong seseorang untuk memperoleh ketakwaan
kepada Allah, bertindak melawan perasaan memetingkan dirinya, serta berlindung
kepada Tuhannya. Seperti dikatakan hadis qudsi, “Jika engkau tidak pernah berdosa, aku takut kalau-kalau
engkau bakal terjerumus ke dalam keadaan yang lebih buruk ketimbang itu;
kesombongan.” Betapa banyak orang melakukan dosa besar dan
memandangnya sebagai sumber kesenangan! Dalam hal ini, perilaku
yang pantas berupa tekad kuat untuk bertobat, dan ketakwaan terus-menerus
kepada Allah, disertai penyesalan yang dalam, doa, dan air mata.
Hal serupa juga berlaku
pada kasus seseorang yang berpegang pada hukum seorang ulama yang otoritasnya
diterima secara luas, atau yang menjumpai seseorang yang darinya dia bisa
menerima pengajaran, yakni, seorang yang benar-benar saleh yang telah menerima
pengajaran dari para pembimbing spiritualnya sendiri, dan mereka pun beroleh
dari para pembimbing spiritual mereka juga, dan sebagainya, hingga kembali ke
otoritas pertama. Orang seperti ini mestilah bergembira, dan bersyukur kepada
Allah.
Betapa banyak orang secara membuta mengikuti kaum ahli bid’ah, atau
menjadikan diri mereka ahli bid’ah, dan dengan demikian mencampakkan diri
mereka sendiri ke dalam kebinasaan dan kehancuran! Perilaku yang tepat di sini
berupa menghormati guru dan mengikuti setiap perintahnya. Jika seseorang harus
menemukan, dalam pandangan hukum seorang pemimpin lain yang otoritasnya
diterima secara luas, aturan yang membolehkan tindakan bijaksana tertentu yang
dapat dilakukannya, atau aturan yang membolehkan memenuhi sebagian kebutuhan,
dan jika tindakan itu jelas-jelas tidak dilarang oleh madzab pemimpinnya
sendiri, maka orang itu boleh mengikuti aturan lain tanpa mengurangi kelayakan
perilakunya.
Begitu pula, manakala
seseorang berjumpa dengan seorang pembimbing spiritual sufi yang menempuh jalan
Teladan Nabi, hendaknya ia bergembira dan bersyukur kepada Allah atas hal itu.
Betapa banyak orang jatuh binasa dalam cengkeraman kaum ahli bid’ah sesat,
sehingga mengalami kebinasaan! Dalam hal ini, perilaku yang tepat adalah
mematuhi sang pembimbing spiritual dan perintah-perintahnya, menolak sikap
menetang, tidak menyembunyikan tahasia batiniah apa pun dari sang pembimbing,
serta tidak mengganti satu pembimbing spiritual dengan yang lainnya.
Manakal seseorang
mempunyai teman atau saudara – atau istri atau suami – yang dalam
persahabatannya kehidupan keagamaannya selamat, dan yang dengannya dia
mengalami kenimatan dunia ini, dia mestilah senang dan bersyukur kepada Allah
atas hal itu. Betapa banyak orang dibebani oleh persahabatan yang merusak
urusan-urusan keagamaan maupun keduniaannya, dan yang darinya mereka tak mampu
melepaskan diri! Dalam hal ini, perilaku yang teapt berupa setia pada sahabat
serta melaksanakan kewajiban-kewajiban persaudaraan.
Demikian pula, jika
seseorang memiliki sumber nafkah kehidupan yang memberinya penghasilan cukup,
hendaknya dia bergembira dan bersyukur kepada Allah atas hal itu. Betapa banyak
orang tak sanggup menafkahi dirinya sendiri dan harus meminta-minta dari orang
lain, serta tidak puas dan lama menderita! Dalam hal ini, perilaku yang tepat
adalah bersikap jujur pada sesama Muslim, menghindari penipuan dan segala
sesuatu yang dilarang oleh hukum, dan sumber nafkah seseorang mungkin
mengarahkan perhatiannya ke hukum itu. Manakala seseorang melakukan amal
ibadah, seperti mengajar Al-Qur’an dan sebagainya, dia mestilah memikirkan
serta memperhatikan ganjaran utamanya, dan bersikap selemah-lembut mungkin
dalam dalam kegiatan mengajarnya, tidak pernah memperlakukan murid dengan kasar
atau tidak adil! Dia senantiasa harus memusatkan perhatian kepada Tuhannya.
95
Akhirnya, bila seseorang
mendengar atau membaca nasehat seperti itu, dia mestilah bersyukur kepada
Tuhannya dan merasa gembira dengannya. Betapa banyak orang menjadi budak
kelalaian, mereka mencari nasehat tapi tak bisa menemukan orang yang memberi
nasehat! Perilaku yang tepat dalam konteks ini adalah memperhatikan nasehat,
serta menyampaikannya kepada orang-orang yang layak dan pantas menerimanya.
Fondasi semuanya ini
adalah sikap tulus ikhlas seseorang yang membutuhkan Allah dan yang memohon
agar Allah memberinya sikap demikian secara sempurna dan membantu dirinya untuk
mencapai hal itu. Barangsiapa menerima anugerah dan nikmat ini, dia mesti
bergembira dan bersyukur kepada Allah Swt. atas hal itu. Betapa banyak orang tenggelam
dalam cinta diri serta kelewat mengandalkan intelegensi dan kepandaiannya
sendiri! Di sini, perilaku yang tepat adalah mencurigai jiwa rendah, agar
mengetahui kehampaannya, seperti telah aku anjurkan.
Segala sesuatu yang telah
aku katakan, dari awal hingga akhir, tersirat dalam sebuah haids sahih dari
Nabi saw. : “Perhatikan orang-orang yang lebih rendah darimu, dan jangan
memperhatikan orang-orang yang lebih tinggi darimu; dengan begitu engkau tidak
memandang kecil karunia dan anugerah Allah kepadamu.” Dan, semoga Allah memberi
kejayaan kepada kita. Tidak ada yang berhak disembah dan diibadahi kecuali Dia
semata.().
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :