بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
راَيت الله
"Ro-aytullooh"
(Melihat Allah)
Oleh: Mustafa Mahmud
Di Nuqil dari Kitab
Al Mawaqif wal Mukhotobat - Imam An Nafri
21.
APA-APA YANG DISERUKAN ALLAH KEPADA HAMBA-NYA (69--80)
69.
Hai hamba! Bila engkau telah melihat Ku, sangat Aku rindukan padamu untuk
datang menjumpai Ku diantara kedua tangan Ku. Maka sekali-kali tidaklah Aku
maqamkan engkau dengan selain Ku.
70.
Hai hamba! Puncak kemanjaan Ku padamu ialah, bahwa Aku bertutur kata, yang mana
dengan Firman Ku, Aku perintahkan padamu untuk mengulang baca”. Yang dimaksud
adalah (QS. Al Isra’ 17:111).
71.
Hai hamba! Akulah yang membangkitkan keinginan-keinginan, cita-cita, maka bila
engkai didatangi olehnya, hendaklah engkau ucapkan : “Ya Tuhan! Selamatkanlah
kami dari utusan-utusan Mu”.
72.
Hai hamba! “Apabila Aku menjadi terang-cemerlang bagimu, nicaya akan putus
segala sebab musabab, dan apabila engkau telah melihat Ku, niscaya akan putus
segala nisbah.
73.
Aku telah menguji engkau antara ilmu Ku dan ilmumu, dan Ku uji pula antara
hukum Ku dan hukummu.
74.
Pengetahuan-pengetahuan yang bersumber dari selain Ku, dapat diingkari oleh
pengetahuan-pengetahuan yang berasal daripada Ku.
75.
Ucapan segala sesuatu merupakan hijabnya, apabila berkata, maka segala sesuatu
terhijab oleh ucapannya sendiri.
76.
Makrifat yang bersikap diam dapat menghukum, dan makrifat yang berbicara dapat
menyeru.
77.
Aku lebih dekat dari apa yang dirasakan dengan ilmu pengetahuan, dan Aku lebih
jauh untuk dicapai dengan ilmu penegetahuan.
78.
Aku ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya, lalu ia pun mengajukan
pertanyaan : Apakah engkau melihat selain Ku? Kujawab : Tidak....... Lalu ia
berkata pula : Sekali-kali tiadalah engkau dapat melihat Ku melainkan di antara
kedua tangan Ku. Inilah dia! Engkau
menyingkir dan melihat kepada selain Ku, niscaya engkau tidak akan melihat Ku
lagi....... Bila engkau melihatnya (selain Ku), maka janganlah engkau
mengingkari dia; Jagalah wasiat Ku baik-baik, jangan sampai hilang karena bila
hilang, kafirlah kamu... Jika dia berkata padamu dengan sebutan kata “AKU” maka
hendaknya engkau mempercayainya, maka sesungguhnya Aku telah membenarkan; Dan
bila dia mengatakan padamu kata “dia” maka hendaknya engkau mendustakan dia,
karena Aku telah mendustakan dia.
79.
Telah terungkaplah bagiku wajah segala wajah, kesemuanya kulihat saling
bergantung kepada wajah Nya; kulihat pula jasad, maka kesemuanya bergantung
pada titah Nya, baik perintah maupun larangan Nya, lalu ia pun berkenan berkata kepadaku :
“Pandanglah wajah Ku” lalu ku pandang.... lalu ia pun berkata lagi : “Bukan
selain Ku”.... kujawab : “Bukan selain Mu”.... Lalu katanya lagi : ‘Lihatlh
wajahmu sendiri” Lalu kulihat wajahku ..... Ia pun berlanjut lagi .... “Bukan
lainmu!”.... maka kujawab : Bukan lainku..... maka iapun berkata lagi : “Engkau
adalah seorang faqih, maka hendaklah engkau keluar!....... akupun keluar dan
berusaha mendalami ilmu fiqih, telah sah bagiku “membalik mata” (Qolbul ‘ain), maka akupun mengikuti dengan
cara ilmu fiqih. Akupun datang kembali dengan membawa bekal ilmu ini, dan ia
pun berkata : “Aku tidak mau melihatmu dengan berbekal bikinan *mashnu)......
(membalik mata ... itu adalah perkataan ... sesuatu yang dikatakan); bahwa mata
sesuautu (ainusy syai’) atau mahiyatnya (apa yang ia nya) dan zatnya adalah
mata Allah (‘ainullah), zat Allah (semata-mata) itu adalah suatu persoalan yang
dibuat-buat (mulaffaq) sama dengan diada-adakan, yakni uraiannya tersusun dari
huruf-huruf (talfieq) yang memutar balikan kebenaran. Hakikat itu jauh dari
huruf dan jauh dari uraian huruf.... yang mungkin dapat diuraikan dalam maudhu,
persoalan ini ialah “Bahwa zat dari segala sesuautu itu bergantung pada zat
Allah, tetapi jangan salah tafsir bahwa itu adalah mata zat Ilahiat (zat
Allah). Jika tidak maka kami dengan demikian telah membalikkan mata dan telah
memalsu kebenaran (Al Haqiqat). Firman Allah, yang artinya : “Sesungguhnya Aku
hendak menciptakan manusia dari tanah, maka bila ia telah Ku bentuk dan Ku
tiupkan dari sebagian roh Ku dalam dirinya, hendaklah kamu sujud kepadanya”
(QS. Shad 38:71-72). Ruh anak Adam, adalah dari Ruh Alloh.... ia suatu tiupan
dari ruh Alloh dan berkaitan dengan zat Allah..... tetapi sesungguhnya ia
bukanlah ia..... karena zat Ilahiat tiada satu pun yang menyamai Nya (Laisa
Kamitslihi Syai’un).
80.
Hai hamba! “Kepada kalian Ku sampaikan : “Andaikan benar-benar kalian telah
melihat bahwa Dialah yang berkuasa menyempitkan dan melapangkan, tentu kalian
akan cuci tangan dari nasab keturunanmu yang mulia itu.
Selanjutnya 81- .
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :