بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi
Wasiat – Wasiat Ibn ‘Arabi
Penerjemah : Irwan Kurniawan
12.
WASIAT IHWAL BERHATI-HATI MELUKIS MAKHLUK BERNYAWA
Hendkalah engkau berhati-hati
melukis gambar sesuatu yang memiliki ruh dengan tanganmu.
Hal inilah yang diremehkan manusia, padahal di
sisi Allah yang demikian itu sangat agung.
Para pelukis adalah orang-orang
yang paling pedih siksaannya di Hari Kiamat.
Akan halnya ciptaan yang hidup atau
yang ditiupkan kepadanya ruh, maka bukanlah ia yang meniupkan.
Disebutkan di dalam hadis sahih
dari Allah SWT bahwa Dia berfirman : “Tidak ada seorang pun yang lebih sesat
melebihi orang yang menciptakan sesuatu ciptaan seperti ciptaan-Ku.
Ciptakanlah sebuah atom, sebuah
biji atau gandum.” Jika seorang hamba memelihara kemampuan ini dan
meninggalkannya karena apa yang telah difirmankan Allah tentangnya, serta tidak
menyaingi rubbubiyyah-Nya dalam menciptakan sesuatu, baik berupa hewan maupun
sesuatu lainnya, maka Dia akan mendatangkan kehidupan kepada setiap gambar di
dunia ini sehingga ia melihat semuanya sebagai hewan yang dapat berbicara
memuji Allah.
Jika engkau dibolehkan menggambar
tumbuh-tumbuhan dan sesuatu yang tidak memiliki ruh dalam penglihatan dan
pandangan mata biasa, maka selamanya Dia tidak akan mendatangkan penyingkapan
seperti ini.
Demikian pula, setiap
gambar di dunia ini memiliki ruh. Allah mencabut pengnglihatan kita dari
melihat kehidupan dalam apa yang dikatakan : “Ini bukan hewan.” Dan di akhirat
disingkapkan di depan manusia. Karenanya, tempat itu dinamakan dar al-hayawan.
Di dalamnya, engkau akan melihat segala sesuatu hidup dan bisa berbicara, yang
berbeda dari keadaanmu di dunia, sebagaimana diriwayatkan di dalam sebuah hadis
sahih bahwa batu yang ditangan Rasulullah saw., pun bertasbih memuji Allah.
Manusia memandang bertasbihnya batu sebagai
sesuatu di luar kebiasaan. Jelas mereka salah. Yang namanya di luar kebiasaan
itu hanya asing di telinga orang-orang yang mendengar saja. Toh, batu itu tetap
saja bertasbih, sebagaimana dituturkan oleh Allah. Hanya saja, ia bertasbih
memuji Allah dengan melantunkan tasbih tersendiri atau dengan cara tersendiri
pula.
Sebelumnya, batu itu tidak bertasbih
memuji-Nya, dan tidak pula dengan cara demikian itu. Pada saat itu,
keluarbiasaan pun terjadi pada batu, dan bukan pada telinga orang yang
mendengarnya.
Yang terjadi adalah bahwa ia hanya
mendengar ucapan orang yang ,mendengarnya saja.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :