بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi
Wasiat – Wasiat Ibn ‘Arabi
Penerjemah : Irwan Kurniawan
4. WASIAL
IHWAL PRASANGKA BAIK KEPADA TUHAN
Berbaik sangkalah kepada Tuhanmu
dalam setiap keadaan.
Dan janganlah berburuk sangka, sebab engkau tidak tahu,
apakah engkau berada pada akhir hayatmu dalam setiap tarikan napas yang keluar
darimu, dan kemudian engkau meninggal serta menemui Allah dalam keadaan berbaik
sangka kepada Allah, bukan dalam keadaan berburuk sangka kepada-Nya. Engkau
tidak tahu bahwa mungkins saja Allah menggenggammu pada suatu tarikan napas
yang keluar darimu itu.
Tinggalkanlah perkataan orang yang menampakkan
prasangka buruk dalam hidupmu dan memperlihatkan prasangka baik kepada Allah di
saat kematian menyongsongmu. Yang demikian ini tidak dikenal di kalangan para
ulama yang sungguh-sungguh mengenal Allah, karena mereka bersama Allah dalam
setiap tarikan napas mereka. Di dalam prasangka baik itu terdapat faedah dan
pengetahuan tentang Allah, yakni bahwa engkau telah memenuhi dan menunaikan
hak-Nya. Hak Allah atas dirimu ialah bahwa engkau beriman kepada firman-Nya :
Dan kami jadikan kamu dalam keadaan tidak mengetahui (QS. Al-Waqi;ah, 56-61).
Mungkin saja Allah menjadikanmu dalam suatu tarikan napas yang – menurut
hematmu – bisa menyebabkan kematianmu. Engkau pun lantas kembali kepada-Nya,
padahal, ketika itu, engkau tengah berprasangka buruk kepada Tuhanmu dan
menemui-Nya dalam keadaan demikian. Diriwayatkan dari Rasulullah saw.
Tentang
apa yang diriwayatkan dari Tuhannya, bahwa Dia berfirman : “Aku sesuai dengan
prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Karena itu, berbaik-sangkalah kepada-Ku.”
Dan berprasangka baik tidaklah khusus berlaku hanya pada waktu tertentu saja.
Jadikanlah prasangkamu kepada Allah sebagai pengetahuan bahwa Dia akan
memaafkanmu dan menyerumu kepada prasangka ini sesuai dengan firman-Nya : Wahai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas kepada diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah (QS. Az-Zumar, 39-53).
Tidak ada yang mencegahmu
dari hal itu, melainkan kamu harus mengakhirinya. Dia telah berfirman dalam
Al-Quran. Firman-Nya adalah benar, dan tidak mengalamik penghapusan. Sekiranya
firman Allah mengalami penghapusan, maka hal itu adalah dusta belaka, padahal
Allah mustahil berdusta. Allah berfirman : Sesungguhnya Allah mengampuni dosa
seluruhnya. Ampunan itu tidak dikhususkan pada dosa tertentu saja. Bahkan, Dia
menegaskan dengan firman-Nya : Seluruhnya. Kemudian Dia melanjutkan firman-Nya
: Sesungguhnya Dia. Di sini disebutkan kata ganti yang kembali kepada-Nya,
yakni Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Az-Zumar : 53-54).
Rahmat-Nya mendahului murka-Nya. AllDemikian pula Dia berfirman : Orang
yang melampaui batas. Dia tidak menyebutkan siapa saja yang melampaui
batas itu, melainkan menggunakan ism naqish, yang mencakup setiap orang yang
melampaui batas.
Kemudian, al-‘ibid (hamba-hamba) di-idha-fat-kan kepada-Nya,
karena mereka adalah hamba-hamba-Nya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya
tentang hamba yang saleh, Nabi ‘Isa, as. : Jika engkau menyiksa mereka, maka
sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu (QS. Al-Maidah : 5-118). Dia
menisbatkan mereka kepada-Nya. Dan keluhuran penisbatan kepada Allah SWT
cukuplah sudah dikatakan sebagai kemuliaan.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :